BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Penulisan
Dalam
zaman modern seperti sekarang ini simbol-simbol zaman modern seperti yang
diterapkan oleh peradaban kota tumbuh sangat cepat, jauh melampai kemajuan
manusianya, sehingga kesenjangan antara manusia dan tempat dimana mereka hidup
menjadi sangat lebar. Kesenjangan itu melahirkan problem kejiwaan, dan problem
itu menggelitik pertanyaan tentang jati diri manusia. Sepanjang sejarah
kemanusiaan, manusia adalah makhluk makhluk yang bisa menjadi subyek dan objek
sekaligus (Burhani, 2002 : 166).
Manusia
modern idealnya adalah manusia yang berfikir logis dan mampu menggunakan
berbagai teknologi untuk meningkatkan kualitas kehidupan manusia. Dengan
kecerdasan dan bantuan teknologi, manusia modern mestinya lebih bijak dan arif,
tetapi dalam kenyataannya banyak manusia yang kualitas kemanusiaan lebih rendah
dibanding kemajuan berpikir dan teknologi yang dicapainya. Akibat dari
ketidakseimbangan ini kemudian menimbulkan gangguan kejiwaan (Burhani, 2002 :
167).
Orang
yang sedang mengalami kegelisahan, sudah sewajarnya untuk kembali kepada ajaran
Islam. Psikoterapi Islami dengan menggunakan dasar pijakannya dari nilai-nilai
dan ajaran agama Islam, tidak hanya ditujukan untuk mengobati penyakit kejiwaan
dalam kriteria mental – psikologis – sosial, tetapi juga memberikan terapi
kepada orang-orang yang “sakit” secara moral dan spiritual. Dengan demikian
psikoterapi Islam dengan cakupan yang lebih luas dapat mengantisipasi
permasalahan kejiwaan manusia modern, baik dalam segi kejiwaan itu sendiri
maupun segi moral-spiritual.
Secara
umum psikoterapi bertujuan untuk meningkatkan kemampuan seseorang baik itu
emosi, mental, pengetahuan dan pemahaman diri dan perubahan tingkah laku. Maka
psikoterapi Islampun secara umum bertujuan mengeksploitasi diri dan memahami
diri sebagai makhluk berkepribadian, sebagai makhluk bersosial dan sebagai
makhluk yang menghambakan diri kepada Allah SWT., sehingga akan terjadi
perubahan tingkah laku yakni kondisi psikis yang tercermin dalam sikap yang sehat
dan dinamis menuju kepada ketenangan, ketentraman dan kebahagian dalam
kesehaatan sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam sebagai upaya meraih Ridha
Allah SWT (Prawita, 2002 ; 7-9)
B.
Tujuan
Penulisan
Tujuan
penulisan makalah ini adalah mengetahui dan memahami serta dapat
mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari tentang praktik ibadah yang
digunakan sebagai terapi penyembuhan penyakit berdasarkan nilai-nilai ajaran
Islam. Macam-macam praktik ibadah yang digunakan sebagai terapi penyembuhan
diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Puasa
Ramadhan
2. Keajaiban
Sedekah dan Istiqfar
3. Wudhu
dan Mandi
4. Sunnah-unnah
fitrah, dan
5. Haji.
BAB II
Praktik Ibadah Lain yang digunakan sebagai
Terapi Penyembuhan
Penyakit
A.
Puasa
Ramadhan
Melalui puasa Ramadhan, kita, umat islam,
dapat merasakan bahwa agama islam adalah agama yang toleran, mudah, dan
gampang. Kewajiban berpuasa Ramadhan misalnya tidak diberlakukan bagi orang
yang sedang sakit. Tidak diragukan lagi, bahwa memang ada beberapa penyakit
tertentu yang disarankan oleh para dokter pada penderitanya agar tidak
berpuasa, misalnya penyakit TBC, kekurangan darah (anemia), demam, dan lain
sebagainya. Akan tetapi, para dokter juga sepakat bahwa puasa sangat bermanfaat
untuk mengatasi bermacam jenis penyakit (Salim, 2009; 103).
Sejumlah penelitian yang dilakukan di
Sudan, Turki, Amerika Serikat, dan Mesir membuktikan bahwa puasa yang dilakukan
orang sehat kapan pun dalam setahun tidak memiliki efek samping yang berbahaya
bagi kesehatan dirinya, bahkan puasa malah berpengaruh positif pada yang sehat
(Salim, 2009; 103).
Menurut Salim (2009; 103) penelitian
Dr.Islam Al-Uryan di Mesir terhadap 120 orang yang berpuasa, baik laki-laki
maupun perempuan, dengan usia yang bervariasi menunjukkan hasil-hasil sebagai
berikut:
1.
Puasa bekerja
menetapkan kadar glukosa dalam darah pada angka rata-rata 80-120 selama
sebulan.
2.
Puasa membantu
membebaskan tubuh dari kandungan lemak berlebih.
3.
Puasa menyebabkan
penurunan kadar kolesterol bagi orang yang pada awal puasanya masih memiliki
kadar kolesterol tinggi, namun kadar kolesterol orang yang sejak awal puasanya
berkadar kolesterol normal tidak terpengaruh oleh puasa.
4.
Puasa menyebabkan
penurunan tingkat asam folic, namun tidak terjadi perubahan apa pun pada
tingkat asa polina dalam darah selama berpuasa.
Menurut Salim (2009; 103) dari berbagai
pendapat para dokter yang dimuat di sejumlah surat kabar dan majalah terkait
dengan bulan Ramadhan dapat disimpulkan bahwa puasa bermanfaat untuk mengatasi
beberapa macam penyakit, antara lain :
1. Obesitas
dan perut buncit. Kedua penyakit ini biasa diderita oleh orang-orang yang gemar
makan, pemalas, dan terbiasa hidup mewah.
2. Penyakit
encok/sengal; dahulu biasa dikenal dengan penyakit para raja dan di Mesir lebih
dikenal dengan penyakit asam urat.
3. Arteriosklerosis
(pengerasan pembuluh darah).
4. Penyakit-penyakit
hati (liver), kandung kemih akibat peradangan, dan batu empedu.
5. Radang
ginjal akut dan kencing batu.
6. Penyakit
jantung kronis yang menyertai obesitas dan tekanan darah tinggi (hipertensi).
7. Penyakit
gangguan pencernaan yang disertai dengan asam lambung pada zat-zat albuminous
dan zat pati (amylum).
8. Penyakit
gula (diabetes). Sebelum ditemukakan insulin (suntikan untuk penyakit diabetes
militus), penyakit ini hanya disembuhkan dengan puasa dan diet.
9. Dan
penyakit-penyakit otonom maupun turunan yang dikenal oleh para dokter.
Bulan Ramadhan yang penuh berkah
memberikan kesempatan kepada kita untuk meraih peluang emas dalam memperhatikan
kesehatan serta membantu tubuh kita dalam menjalankan fungsi vitalnya (Salim,
2009; 105).
Terkait dengan penyakit-penyakit kulit
secara khsusu, puasa memiliki manfaat yang luar biasa, karena puasa memberikan
kemudahan pada sistem pencernaan dan usus kembali aktif menghadapi waktu makan
berikutnya. Dengan demikian, kesempatan untuk menjalankan proses pencernaan
lebih besar karena ritme makan yang terlalu berdekatan tidak memberi sistem
tubuh yang sangat penting ini kesempatan yang cukup untuk membersihkan diri dari
sisa-sisa makanan sebelumnya yang disantap bakteri sehingga menjadi kotoran
(feces) yang keras dan racun-racunnya menyebar ke mana-mana dan menyebabkan
munculnya sejumlah penyakit; diantaranya penyakit kulit yang sulit dikendalikan
(Salim, 2009; 106).
Ditinjau dari aspek yang lain, kegemaran
terhadap beberapa jenis makanan seringkali tidak membantu mempercepat proses
penyembuhan penyakit-penyakit alergi, seperti enzim (kutu air), artikaria,
kulit gatal, dan lain lain sebagainya. Dan bulan Ramadhan merupakan kesempatan
emas untuk meminimalisir penyakit-penyakit ini jika kita mengikuti apa yang
dituntunkan akal dan tidak berlebih-lebihan (ifrath) dalam mengonsumsi menu
makanan berlemak saat berbuka puasa dan makan sahur, misalnya keju, susu,
daging, mentega, cream, biskuit, telur, ikan, roti, hati, pisang, mangga, dan
strawberi (Salim, 2009 : 107).
Pada dokter, ilmuan, dan peneliti sepakat
bahwa pada dasarnya puasa Ramadhan menurut metode Islam yang benar sama sekali
tidak berbahaya (efek samping), karena tubuh yang sehat mampu menahan lapar dan
dahaga dalam waktu 24 jam tanpa ada efek samping apa pun (Salim, 2009 : 107).
Menurut As-Sayyid (2004 : 171) Puasa
dapat mengantarkan kita menuju hidup sehat diantaranya sebagai berikut:
1. Kulit
Bersinar Saat Berpuasa
Kulit menjadi pelindung terpenting bagi
tubuh seseorang. Kulit juga merupakan salah satu anggota tubuh yang paling
besar dengan bobot berat mencapai kurang lebih 15 Kg pada kulit orang dewasa.
Kulit merupakan anggota tubuh yang paling pertama menerima stimulus dari luar,
mulai dari merasakan dingin, panas, merasa tersentuh, merasakan tekanan, dan
sakit. Kulit merupakan pemberian Tuhan yang luar biasa. Ia mempunyai struktur
yang bagus yang sekaligus membuktikan keagungan Sang Pencipta. Kulit juga
merupakan anggota tubuh yang cepat beradaptasi pada suatu tempat (As-Sayyid,
2004; 173).
Kulit seperti anggota-anggota tubuh
lainnya beristirahat ketika berpuasa. Ia melepaskan segala beban berat yang
diisi oleh makanan selama satu tahun. Ada berbagai macam jenis penyakit kulit
yang akan menjadi baik ketika berpuasa, bahkan si penderita merasakan adanya
perubahan yang signifikan setelah berpuasa dibandingkan sebelum
melaksanankannya (As-Sayyid, 2004; 175).
Berikut beberapa penyakit yang akan
menjadai lebih baik dengan berpuasa menurut As-Sayyid (2004; 175-178) antara
lain:
a. Jerawat
jerawat merupakan masalah yang banyak muncul di kalangan
remaja, baik pria maupun wanita. Jerawat dianggap sebagai penyakit radang
kulit. Penyebab utama timbulnya jerawat adalah terserangnya kelenjar-kelenjar
yang bertugas mengeluarkan lemak. jerawat bisa menyerang akar rambut, muka,
leher, punggung, dan leher. Banyak faktor yang menyebabkan timbulnya penyakit
ini, di antaranya faktor keturunan (adanya epidemis yang berlemak,
ketidakseimbangangan dalam mengeluargkan sebagian hormon, dan faktor
psikologis).
Mereka yang menderita penyakit seperti itu
akan menjadi lebih baik, jika ia berpuasa. Hal ini disebabkan karena puasa
dapat mengurangi bahan makanan berlemak, bahan makanan yang dapat membangkitkan
selera, dan manisan. Manfaat puasa lainnya adalah dapat menimbulkan ketenangan
jiwa dala diri si penderita. Dengan begitu, puasa dapat mempengarui keadaan
kulitnya dan dengan cepat mendapat respons dari si penderita terhadap
pengobatan yang ia peroleh. Jika puasa dapat membuat kulit menjadi lebih baik,
maka shalat dan wudhu dapat membantu kebersihan kulit, karena wudhu merupakan
bagian yang paling penting dalam mengobati penyakit jerawat. Bahkan menjadi
langah awal.
b. Artekaria
Artekaria adalah bintil-bintil gatal
disertai pembengkakan pada kulit yang datang dan pergi selama beberapa jam.
Seorang penderitanya hanya akan merasakan gatal ditubuhnya dan disebabkan oleh
sesuatu yang asil menempel ditubuhnya atau karena alergi. Makanan menyebabkan
timbulnya penyakit ini adalah udang, ikan telur, sedangkan dari obat adalah
pinisilin.
c. Eksim
Eksim adalah penyakit kulit yang
berlangsung lama. Penyakit ini timbul hanya pada satu tempat yang bentuknya
seperti bunga mawar yang berwarna kemerah-merahan dan di atasnya berwarna putih
perak.
Ketika berpuasa, para penderita eksim akan
menjadi lebih baik keadaanya. Luka-luka mereka menjadi sembuh. Dari sisi
psikologis, mereka juga akan menjadi lebih baik dalam menghadapi rangsangan
dari luar yang memengaruhi kondisi kulitnya.
2. Tekanan
Normal bagi Penderita Darah Tinggi
Ramadhan membawa berkeh kesehatan bagi
semua orang. Mereka melaksanakan puasa sebagai upaya memohon ampunan, mencari
rahmat, dan mendapat kesehatan (As-Sayyid, 2004; 179).
a. Tekanan
Darah
Tekanan Darah adalah berbedanya batas
akhir yang disalurkan darah ke dinding pembuluh darah. Ada dua jenis tekanan
darah. Pertama, tekanan darah sistole (tekanan pada masa reaksi jantung), yaitu
100-150 mmHg. Kedua, tekanan darah (tekanan pada masa relaksasi jantung), yaitu
60-90 mmHg (As-Sayyid, 2004; 180).
Faktor yang menyebabkan timbulnya tekanan
darah adalah bertambahnya pengeluaran kelenjar di atas ginjal (zat krotozon),
bertambahnya pengeluaran zat adrenalin yang dikenal dengan penyakit
peyokromostima (As-Sayyid, 2004; 180).
b. Tekanan
Darah pada Masa Kehamilan
Biasanya peningkatan tekanan darah
terjadi ketika datang masa kehamilan. Peningkatan tekanan darah kadang-kadang
disebabkan karena mengonsumsi pil-pil konstrasepsi (As-Sayyid, 2004; 181).
c. Pencegahan
Puasa mendidik seseorang bersabar dan mengajarkan
bagaimana ia mengontrol dirinya, baik ketika senang maupun sedih. Semua itu
diharapkan agar pada akhirnya seseorang yang berpuasa bisa memiliki keadaan
yang seimbang atau kondisi mental yang sehat, yang mempunyai kemampuan paling
tinggi, baik fisik maupun nonfisik (As-Sayyid, 2004 : 183).
Menurut As-Sayyid (2004 : 184) Seseorang
akan merasakan nikmatnya berpuasa secara sempurna, jika ia mengikuti anjuran
para ahli tentang:
1) Meminimalisasi
garam yang berlebihan di makanan, agar ia terjaga dari meningkatnya menyebabkan
tekanan darah dan kerapuran tulang.
2) Meminimalisasi
makan makanan berlemak yang tidak mengenyangkan sehingga menyebabkan penebalan
dinding pembuluh nadi.
d. Pengobatan
Gratis
Puasa memberikan seorang kesempatan gratis
untuk mengurangi kadar kolesterol dalam darah. Pada saat itulah diri seseorang
terlatih dalam kecintaan dan belas-kasih. Karena penyakit inilah, banyak negara
harus membayar dengan harga yang sangat tinggi, baik dalam meperoleh obat untuk
mengobati tekanan darah yang baik, menurunkan kadar kolesterol, maupun untuk
mengobati tekanan darah yang naik, menurunkan kadar kolestreol, maupun untuk
mengobati komlikasi penyakit yang timbul dari masalah-masalah tersebut. Cara
pengobatan dengan puasa itu didasarkan pada pendisiplinan dan pengekanan hawa
nafsu yang dapat membinasakan (As-Sayyid, 2004; 185).
3. Gigi
yang Indah
Banyak orang yang menderita penyakit gigi.
Pada bulan Ramadhan, gigi beristirahat sebagai efek domino istirahat total yang
dilakukan oleh tubuh. Puasa juga dapat mengistirahatkan tulang rahang dari
pengaruh aktivitas mengunyah yang sangat melelahkan (As-Sayyid, 2004; 187).
a. Organ
Tubuh yeng Penting
Gusi merupakan organ tubuh yang menutupi
akar gigi. Ia juga merupakan sistem penting yang mempunyai ciri tertentu. Gusi
terkadang harus menghadapu berbagai macam penyakit yang menyerangnya. Jika gusi
terserang penyakit, maka ia akan memengaruhi kesehatan mulut dan kesehatan
anggota tubuh seseorang pada umumnya (As-Sayyid, 2004; 188).
Pada saat berpuasa, para penderita
diabetes akan merasa keadaannya menjadi lebih baik, terutama mereka yang
melaksanakan puasa Ramadhan . Mereka yang mempunyai kondisi stabil, kemudian
terserang gejala diabetes yang tidak bergantung pada zat insulin biasanya
mereka memiliki lemak yang berlebihan (As-Sayyid, 2004; 189).
Oleh karena itu, mereka dianjurkan
memeliharanya giginya, menghindari sebagian makanan seperti manisan, dan segera
membersihkan gigi setelah selesai makan kurma dan manisan. Kurma dan manisan
inilah yang akan berubah menjadi asam di mulut. Pada gilirannya, asam ini yang
menyerang materi yang bertanggung jawab pada pengapuran gigi, kemudian makanan itu
larut dan terjadilah kerapuhan (As-Sayyid, 2004; 189).
Para penderita diabetes dianjurkan
menjalani pemeriksaan dengan dokter spesialis secara teratur untuk diperiksa
keadaan gusinya sekaligus mengobati radang gusi sebelum berkembang (As-Sayyid,
2004; 189).
b. Mulut,
Sarang Penyakit
Mulut seseorang terdiri dari berbagai
macam jenis bakteri penting. Bakteri akan aktif pada saat kondisi kekebalan
tubuh seseoang menurun. Bakteri mulai masuk ke mulut seseorang biasanya setelah
persalinan secara otomatis. Bakteri ini (yang biasanya dikenal dengan florin)
berada dan menetap di dalam mulut untuk selamanya (As-Sayyid, 2004; 189).
Sebagian ahli memperkirakan bahwa sekitar
24 jam setelah persalinan, mulut sudah diserang oleh sekitar 14 jenis kuman
yang hidup di dalamnya. Pada hari kesepuluhan pertama dari kehidupan seorang
bayi sudah terdapat 21 jenis kuman (As-Sayyid, 2004; 189).
Kadang kala satu jenis dari kuman itu
pindah ke gigi depan gusi sebagai akibat dari radang akut atau kronisnya gusi.
Radang gusi dapat dilihat dengan adanya pembengkakan dan merahnya gusi
disebabkan oleh adanya pembengkakan dan merahnya gusi yang disebabkan oleh
adanya penempatanyang salah di dalam gigi. Di sisi lain, tidak adanya perhatian
terhadap kebersihan gigi juga akan menyebabkan bertumpuknya makanan di sebagian
tempat akibat aktivitas bakteri. Hal ini juga yang menyebabkan terjadinya
radang gusi (As-Sayyid, 2004; 190).
Radang gusi dapat disebabkan oleh penggunaan
gigi buatan (palsu) yang tidak sesuai, sehingga menyebabkan terjadinya
“konflik” yang tidak sehat di dalam gusi dan akhirnya timbul bengkak dan radang
(As-Sayyid, 2004; 190).
Radang gusi memerlukan pengobatan yang
efektif bagi gigi itu sendiri. Selain itu, yang bersangkutan juga harus
senantiasa membersihkan mulut dan mengonsumsi kalsium dan vitamin (As-Sayyid,
2004; 190).
c. Bahaya
Merokok terhadap Gusi
Jika seseorang merokok, maka bahayanya
lebih banyak dibandingkan manfaatnya. Merokok dapat membahayakan semua bagian
tubuh dan mengakibatkan timbulnya radang gusi. Ketika terjadi radang, gusi si
perokok terlihat berwarna hitam, akibat dari kurangnya oksigen dalam darah dan
bertambahnya infeksi gusi (As-Sayyid, 2004; 190).
Di sinilah kesempatan baik yang harus
dimanfaatkan oleh orang orang yang berpuasa untuk menjauhkan diri dari merokok.
Kemudian memperbaiki kondisi gusinya dengan membersihkan gigi sampai warnanya
berubah menjadi lebih baik (As-Sayyid, 2004; 191).
d. Infeksi
Mulut
Para penderita penyakit usus besar dan
jantung secara otomatis akan menderita infeksi mulut. infeksi ini timbul akibat
dari sulitnya sistem pencernaan. Biasanya, mereka yang menderita penyakit
seperti ini, keadaan mereka akan menjadi lebih baik pada saat mereka berpuasa,
karena puasa dapat meminimalisasikan terjadinya infeksi yang menyakitkan
(As-Sayyid, 2004; 191).
Sebagian besar infeksi mulut tidak
memerlukan pengobatan secara khusus, tentu saja bila itu terjadi hanya beberapa
hari saja. Bila infeksi ini berlanjut lebih dari 10 hari atau infeksinya lambat
laun semakin parah, maka mereka harus meminta petunjuk dokter, agar ia dapat
mengambil gambaran infeksi diri mereka untuk diketahui karakter selnya. Ini
berlaku untuk semua penderita ini, terutama para perokok (As-Sayyid, 2004;
191).
e. Memelihara
Gigi
Pemeliharaan gigi dimulai sejak janin
tumbuh dalam rahim seseorang wanita pada masa kehamilan pertama. Caranya dengan
memelihara kehamilan, rutin minum kalsium, dan berkonsultasi dengan dokter gigi
selama masa kehamilan (As-Sayyid, 2004; 191).
Wanita yang sedang mengandung harus
meminta petunjuk dokter sebelum meminum obat apa saja pada masa kehamilan. Ada
sebagian antibiotik yang mempengaruhi warna gigi bila dikonsumsi oleh ibu hamil
pada masa-masa awal dari kehamilannya, terutama obat-obatan umum (As-Sayyid, 2004;
192).
Hal yang juga penting adalah mengobati
sebagian sakit bawaan (turunan) yang menyerang pada saat persalinan, seperti
bibir sumbing. Setelah mulai beranjak pada tingkat pemeliharaan gizi si balita,
maka biasakanlah ia selalu berada dalam kebiasann yang sehat dan memelihara
mulutnya tatkala ia sudah sampai pada usia yang sesuai (As-Sayyid, 2004; 192).
4. Perut,
Sarang Penyakit
Perut merupakan anggota tubuh paling urgen
yang dengan sabar menunggu datngnya bulan Ramadhan setiap tahun. Namun, ketika
setiap kali berbuka, perut dapat terserang penyakit (As-Sayyid, 2004; 195).
a. Gejala
yang Terjadi di Dalam Perut
Perut merupakan tempat perhentian kedua
dalam mengolah makanan setelah dikunyah oleh mulut, yang sebagian rasanya
disalurkan melalui mulut dan kerongkongan (As-Sayyid, 2004; 195).
Perut juga merupakan tempat perhentian
yang sangat penting dalam mencerna makanan. Ketika proses pensernaan makanan
sedang berlangsung, pada saat itulah selaput lendir bertugas mengeluarkan enzim
penting seperti enzim pepsisn yang melakukan pencernaan protein yang dikandung
dalam makanan. Selaput lendir ini juga mengeluarkan zat asam hidro-klorida yang
bertugas melakukan pembersihan makanan yang dibawa dari sel-sel berbahaya dan
bekteri (As-Sayyid, 2004; 196).
Perut besar dapat mengeluarkan zat lendir
lengket yang menutupi dinding semua perut, terutama pada waktu istirahat.
Pengeluaran zat dalam perut inilah yang membangkitkan nafsu makan. Selain itu
juga, zat lendir ini dapat mengaktifkan proses pencernaan atau lambung mekanik,
ketika otot-otot perut mulai menyiut dalm bentuk berbeda-beda setiap dua menit.
Otot-otot ini bertugas melakukan pengadukan makanan yang kemudia disalurkan ke
usus dua belas jari (As-Sayyid, 2004; 196).
b. Infeksi
Tidak diragukan lagi bahwa perut merupakan
sarang penyakit yang paling banyak diadukan oleh seseorang. Contoh gangguan
yang terjadi dalam perut, seperti terganggunya sistem pencernaan, kentut,
merasa kenyang, bersendawa, dan penyakit-penyakit yang timbul di sekitar perut
sebagai akibat penggunaan perut yang kurang baik. Hal ini biasa diakibatkan
oleh kebiasaan makan yang kurang baik, seperti makan sampai berulang kali,
mengisi perut dengan jumlah makanan yang banyak, menambah jumlah kadar lada dan
pembangkit selera dalam makanan (As-Sayyid, 2004; 196).
Hal yang sama juga bisa saja diakibatkan
oleh pengaruh urat saraf perut yang disebabkan oleh kerisauan dan kegelisahan,
sehingga dapat mengakibatkan bertambahnya akitivitas yang dapat mengeluarkan
sumber energi yang dimiliki perut. Jika itu terjadi, makan akan menambah
pengeluaran enzim pencernaan dan zat asam dalam perut. Akhrinya, infeksi ini
menjadi hal menakutkan yang dihadapi oleh para penderitanya dan para dokter
pada keadaan serupa (As-Sayyid, 2004; 197).
Para penderita infeksi perut dan mereka
yang menderita penyakit akut perlu melakukan pengobatan agar kondisi mereka
dapat diketahui oleh dokter, sehingga ia dapat melakukan yang terbaik dan
mengobati penyakitnya sampai sembuh (As-Sayyid, 2004; 197).
Jangan meminum air es ketika mulai berbuka
puasa. Karena es dapat melakukan penyempitan pembuluh darah. Jika itu terjadi
maka aktivitas perut menjadi berkurang, sehingga dapat menyebabkan pencernaan
menjadi lemah dan buruk (As-Sayyid, 2004; 197).
c. Makanan
Berbahaya
Penyakit infeksi perut memerlukan
pemahaman pola makan. Jika makanan yang dikonsumsi baik yang tidak dimasak
maupun yang dimasak sudah dicuci dengan bersih dan memasakannya melalui yang
sehat, maka makanan seperti itulah yang berdampak paling minim pada perut.
Sebaliknya, makanan yang banyak mengandung rempah-rempah, bahan makanan
berlemak, pembangkit selera, seperti asinan, zat penambah makanan dan warna,
semua bahan-bahn tersebut dapt mengacaukan perut dan memengaruhi sistem kerja
perut (As-Sayyid, 2004; 200).
Selanjutnya, selaput lendir perut tergerak
dan menyebabkan bertambahnya keasaman. Bagutu juga yang terjaadi dengan zat-zat
makanan penyuli pencernaan. Memasak makanan dengan menggunakan banyak minyak
atau lemak dapat memperlama sisa makanan tertinggal di dalam perut, sehingga
menyebabkan kesulitan pencernaan dan menyebabkan pembengkakan (As-Sayyid, 2004;
200).
Minuman ringan (soft drink) dan minuman
asam, seperti juice dan limun, yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat
belakangan ini, tidak bisa mengerakkan selaput lendir yang terdapat pada perut.
Selain pengaruhnya terhadap selaput lendir, minuman ini juga dapat memproduksi
bahan makanan yang mengandung zat kaustik (zat tajam yang dapat membakar kulit)
(As-Sayyid, 2004; 200).
d. Makanan
Ideal
Makanan yang komposisinya alami dan
mengurangi penggunaan bahan makanan yang pedas akan memudahkan pencernaan
makanan. Makanan jenis itu akan mengurangi masalah yang dihadapi oleh orang
yang sedang sakit (As-Sayyid, 2004; 201).
Sayuran yang masih segar atau sudah
dimasak tanpa ditambah dengan penyedap makanan merupakan konsumsi yang sehat
yang tidak membahayakan perut. Selain itu, mereka yang sedang sakit harus
menjauhi merokok, minum kopi, dan minum teh (As-Sayyid, 2004; 201).
Puasa berpengaruh pada sisi psikologis
orang yang menderita sakit infeksi perut. Singkatnya, puasa dapat mengembalikan
ketenangan dan keselamatan jiwa mereka. Puasa juga dapat meredam lelupan
perasaan, kemarahan, dan cepat emosi. Selain itu, puasa juga dapat memberi
ketenangan jiwa, membantu seseorang dalam berjuang membiasakan diri untuk mampu
menghadapi musibah yang menimpa dirinya. Perjuangan merupakan satu kenikmatan
tersendiri yang hanya dirasakan oleh seseorang yang sedang berpuasa bila ia
memahami benar esensi dari kenikmatan tersebut. Dengan begitu, ia dapat
mengadaptasikan dirinya pada kondisi baru dan tertentu (As-Sayyid, 2004; 201).
B.
Keajaiban
sedekah dan Istiqfar
1. Sedekah
a. Pengertian
sedekah
Sedekah
menurut bahasa diambil dari unsur huruf
shad, dal dan qaf, dan dari unsur
“ash-Shidq” diambillah kata sedekah
karena sedekah itu menunjukkan kepada kebenaran penghambaan kepada Allah.
Al-Jurjani berkata, “Sedekah adalah sebuah pemberian yang diharapkan
ganjarannya dari Allah SWT” sedangkan ar-Raghib berkata, “ Sedekah adalah harta
yang dikeluarkan oleh manusia dengan ibadah seperti zakat, akan tetapi sedekah
itu pada dasarnya disyariatkan untuk suatu perkara yang disunnahkan, sedangkan
zakat untuk suatu hal yang diwajibkan.” (al-Jauhari, ash-Shihah ; Al-Jurjani
at-Ta’rifat : 138 dan ar-Raghib, al-Mufradat : 278 dalam Hasan. 2007 ; 5)
b. Di
antara pendapat para salaf tentang sedekah
Ibnu
Abi al-Ja’d berkata, “Sesungguhnya sedekah itu benar-benar menghilangkan tujuh
puluh pintu keburukan.” (Al-Ihya’ Ulum ad-Din, Ghazali, 1/226 dalam Hasan. 2007
: 6)
Dari
Ali bin Abi Thalib Ra berkata, “Barangsiapa yang telah diberikan suatu harta
oleh Allah maka hendaklah ia menyambung kekerabatan dengannya, memperindah
jamuan untuk tamunya, menolong seseorang yang membutuhkan, membebaskan tawanan,
ibnu sabil, orang-orang fakir miskin, para mujahidin, dan dia bersabar atas
musibah yang menimpa hartanya, karena perkara-perkara itu dia akan memperoleh
kemuliaan dunia dan akhirat.” (Hasan. 2007 : 7)
c. Pahala
sedekah dan akibatnya (Hasan, 2007 : 8)
1) Sedekah
adalah penyucian dan pembersihan
“Ambillah
zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan
mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu
(menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha
Mengetahui. (QS. At-Taubah : 103)
Maksudnya:
zakat itu membersihkan mereka dari kekikiran dan cinta yang berlebih-lebihan
kepada harta benda. Zakat itu menyuburkan sifat-sifat kebaikan dalam hati
mereka dan memperkembangkan harta benda mereka.
2) Sedekah
adalah bentuk ketundukan kepada perintah Allah dan RasulNya.
“Dan
belanjakanlah sebagian dari apa yang Telah kami berikan kepadamu sebelum datang
kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: "Ya
Rabb-ku, Mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang
dekat, yang menyebabkan Aku dapat bersedekah dan Aku termasuk orang-orang yang
saleh?" (QS. Al-Munafiqun : 10)
3) Seorang
Mukmin berada dalam naugan sedeh-Nya pada hari kiamat kelak
Dari
Uqbah bin Amir Ra berkata, “Saya telah mendengar Rasulullah SAW bersabda yang
artinya “Setiap orang berada dibawah
naugan sedekahnya hingga manusia diadili oleh pengadilan Allah, atau beliau
bersabda hingga ditetapkan keputusan antara manusia (oleh pengadilan Allah.)
(HR. Ibnu Khuzaimah)
4) Sedekah
itu akan menghindarkan dari musibah dan menjauhkan dari kematian yang buruk
Dari
Anas bin Malik Ra berkata, “Rasullah SAW bersabda, yang artinya : “Sesungguhnya sedekah itu dapat memadamkan
amarah Allah dan menghindarkan diri dari kematian yang buruk”
5) Sedekah
adalah tanda dan buakti nyata dari iman yang benar
An-Nawawi
Ra berkata arti dari burhan (bukti
nyata) artinya adalah “bahwa sedekah itu hujjah
dan dalil atas keimanan pelakunya
karena seseorang munafik tidak melakukannya karena ia tidak menyakininnya, lalu
barangsiapa yang bersedekah maka dapat diambil kebenaran imannya.” (Shahih
Muslim : 223 dalam hasan, 2007 : 16)
6) Sedekah
itu sebagai tebusan bagi seorang muslim belenggunya
Sebagaimana
yang telah ada dalam hadits Nabi SAW yang mengabarkan tentang Nabi Yahya AS,
yang artinya : “Saya memerintahkan kalian
untuk sedekah karena yang demikian itu adalah seseorang yang ditawan oleh
musuh, dan mereka mengikat erat tangannya dan lehernya lalu mereka
menghadapkannya untuk memengal lehernya, kemudian dia berkata, ‘saya tebus
perkara ini dari kalian dengan hartaku yang sedikit dan yang banyak hingga
akhirnya ia menebus dirinya dari mereka’.” (Shahih at-Tirmidzi). Sesungguhnya Nabi SAW telah menyerupakan
seorang pemberi sedekah seperti tawanan, lalu sedekah hadir untuk
membebaskannya dari tawanan (Hasan, 2007 : 18)
7) Allah
SWT memberikan ganti orang yang memberi sedekah
Katakanlah:
"Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di
antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan bagi (siapa yang
dikehendaki-Nya)". dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, Maka Allah
akan menggantinya dan Dia-lah pemberi rezki yang sebaik-baiknya. (QS.
Saba’ : 39)
8) Pahala
sedekah tidaklah terputus dari pemberinya setelah kematian
Rasulullah
SAW bersabda, yang artinya : “Apabila
seorang manusia itu meninggal maka terputuslah segala amal perbuatannya kecuali
tiga perkara : sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan doa seorang anak yang
shalih untuknya.” (HR. Muslim dari hadits Abu Hurairah Ra)
9) Sedekah
itu menghapus kesalahan
Dari
Mu’adz bin Jabal Ra berkata “Rasulullah SAW bersabda, yang artinya “Sedekah itu menghapuskan kesalahan
sebagimana air memadamkan api” (Shahih at-Tirmidzi)
d. Kisah-kisah
nyata tentang berobat dengan sedekah (Hasan, 2007 : 46)
Sabda
Rasulullah : “obatilah orang-orang yang
sakit diantara kalian dengan sedekah”.
1) Allah
menyembuhkannya dari kanker dan sebabnya adalah sedekah
Seorang
pedagang sukses dan kaya merasakan sakit yang begitu mengerikan, tidak mampu
menahannya lalu pergi kerumah sakit yang terkenal dan mengadakan pemeriksaan intensif. Hasil
pemeriksaan menunjukkan bahwa telah terdapat kanker dalam tubuhnya dan
persentase kesembuhan sangat tipis. Orang tersebut menjalani pemeriksaan dan
perawatan diluar negeri berdasarkan saran dokter dan pulang kenegerinya untuk
mengurusi semua perkara seperti bisnisnya, surat wasiat dan berpamitan kepada
kerabatnya karena kemungkinan dia tidak dapat lagi bertemu dengan mereka.
Pada
suatu hari ketika hendak kembali kerumahnya, wanita yang tua renta menarik
perhatiannya. Wanita tersebut memungut beberapa potongan tulang-tulang yang
berjatuhan dari tempat pemotongan tersebut. Laki-laki tersebut mendekati wanita
tua itu dan bertanya tentang kondisinya dan mengapa dia mengumpulkan
tulang-tulang tersebut? Dia menjawab, “Dia memiliki beberapa anak yang telah
yatim dan miskin, sedang mereka tidak memiliki uang untuk beli daging sehingga
dia mengumpulkan tulang-tulang tersebut supaya dapat dimasak untuk anak-anaknya
sebagai pengganti daging.” Laki-laki memerintahkan tukang potong hewan untuk
selalu mengirimkan sejumlah daging pada keluarga wanita itu setiap minggunya.
Lalu wanita tersebut berterima kasih atas perbuatan baiknya dan berdoa
untuknya, kemudian dia berbalik pulang.
Kemudian
laki-laki tersebut kembali keluarnegeri utnuk melakukan operasi bedah. Dokter
memeriksa dan menyatakan bahwa tidak ada sisa kanker dalam tubuhnya. Namun
laki-laki tersebut tidak percaya dan tiba-tiba air matanya mengalir dari kedua
matanya seraya memuji Allah SWT dan mengucap “Sungguh Allahlah yang
menyembuhkan penyakitku karena doa wanita tua tersebut yang telah aku berikan
sedekah untuk anak-anaknya yang yatim.”
2) Batu
ginjal dan sedekah
Seorang
ayah mengeluh dan mengerag kesakitan yang luar biasa, anaknya membawanya
kedokter dan ternyata hasil pemeriksaan ditemukannya batu dalam ginjal dan
mempersiapkan operasi. Pada pagi harinya anak tersebut pergi menuju tempat
kerjanya dan hari tersebut dia mendapatkan gaji pertamanya dan saat dia pulang,
dia melihat seorang fakir berpenampilan buruk dan tua renta serta nampak
kelelahan. Dia berniat harus menyedekahkan seluruh gajinya kepada pengemis
dengan niat agar Allah menyembuhkan penyakit ayahnya.
Dan
benarlah, dia mengeluarkan uang tersebut untuk diberikan kepada pengemis itu,
dan pulang kerumah. Tiba-tiba ayahnya membukakan pintu, terlihat wajah
kebahagiaan dan kegembiraan lalu berkata, “Wahai ankku, segala puji hanya milik
Allah, baru saja saya merasakan sakit yang luar biasa lalu saya pergi kekamar
mandi untuk buang air hingga jatuhlah batu tersebut dan sekarang saya telah
merasakan kelegaan yang luar biasa.”
3) Sedekah
dan istiqfar adalah obat bagi kemandulan
“Kepunyaan Allah-lah
kerajaan langit dan bumi, dia menciptakan apa yang dia kehendaki. dia
memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang dia kehendaki dan memberikan
anak-anak lelaki kepada siapa yang dia kehendaki. Atau dia menganugerahkan
kedua jenis laki-laki dan perempuan (kepada siapa) yang dikehendaki-Nya, dan
dia menjadikan mandul siapa yang dia kehendaki. Sesungguhnya dia Maha
mengetahui lagi Maha Kuasa.(QS. Asy-Syura : 49 – 50)
Abu
hanifah meriwayatkan dalam musnadnya dari Jabir bin Abdullah Ra bahwasanya
seseorang datang kepada Nabi Muhammad SAW seraya bertanya, “Wahai Rasulullah,
saya tidak diberikan rizki seorang anakpun, sehingga saya tidak memiliki anak,”
lalu Rasulullah bersabda, yang artinya “Dimanakah
kamu dari istiqfar dan memperbanyak sedekah, karena engkau akan diberi riziki
anak karena keduanya”.
2. Istiqfar
Terapi
Istiqfar “Penyakit kalian adalah dosa, dan obat kalian adalah istiqfar.”
(Qatadah). (Hasan, 2007 : 71)
a. Definisi
istiqfar
Istighfar adalah bentuk masdar dari istaghfara-yastaghfiru. Akar katanya
dari ghofara yang menunjukan makna
’menutup’. Al-ghofru artinya as-satru (menutup). Al-ghofru dan al-ghufran
memiliki arti yang sama. Dikatakan, ghofarallahu
dzanbahu ghufran wa maghfiratan wa
ghufranan (Hasan, 2007 : 71 )
Ar-raghib berkata, “al-ghofru artinya mengenakan sesuatu yang melindunginya dari
kotoran. Contohnya seperti kalimat ighfir
tsaubaka fiddu’a (kenakan pakaianmu ketika berdo’a). al-ghufran dan al-maghfirah dari Allah artinya adalah Allah
melindungi hanba-Nya agar terhindar adzab. Istighfar adalah permohonan untuk
memperoleh hal itu dengan ucapan dan tindakan (Hasan,
2007 : 71)
Al-Ghazali berkata, “Al-qhaffar adalah Dzat yang
menampakkan yang indah dan menutupi yang buruk, dan soda termasuk sejumlah
keburukan yang Dia tutupi dengan menguraikan penutup (tirai) diatasnya di dunia
dan tidak mengazabnya diakhirat.” (Hasan, 2007 : 71).
b. Lafazh-lafazh
istiqfar (Hasan, 2007 : 86)
Ada
beberapa lafadz istiqfar yang datang dari Nabi SAW didalam hadits-hadits yang
shahih, diantaranya adalah :
“Wahai
Rabbku, ampuni aku dan berikan aku taubatMU, Sesungguhnya Engkau Maha Penerima
taubat lagi Maha Penyayang.” (HR. al-Bukhari.
“Aku
memohon ampun kepada Allah Yang tiada tuhan (Yang berhak disembah) kecuali Dia,
Yang Mahahidup, lagi Yang terus-menerus mengurusi hambaNya. Dan aku bertaubat
kepadaNya.” (HR. Abu Dawud, at-Tirmidzi, dan al-Hakim)
c. Kondisi
dan waktu-waktu yang dianjurkan istiqfar padaNya
Istiqfar
dianjurkan disetiap waktu, beberapa waktu dan kondisi tertentu dimana istiqfar
memiliki nilai tambah dan kelebihan padanya, diantara waktu tersebut adalah :
1) Setelah
selesai menunaikan ibadah
Istiqfar disunnahkan untuk (menambal)
kekeliruan dan kelalaian yang terjadi didalam menunaikan ibadah.
“Kemudian bertolaklah
kamu dari tempat bertolaknya orang-orang banyak ('Arafah) dan mohonlah ampun
kepada Allah; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
(QS. AL-Baqarah : 199)
Nabi
SAW apabila selesai salam dari shalat fardhu, beliau beristiqfar kepada Allah
sebanyak tiga kali. Karena seorang hamba sangat rentan terjadi kekurangan dan
kesalahan dalam shalatnya akibat lalai dan lupa.
2) Istiqfar
di akhir malam
“(yaitu) orang-orang yang sabar, yang benar, yang tetap taat, yang
menafkahkan hartanya (di jalan Allah), dan yang memohon ampun di waktu sahur.” (QS.
Ali Imran : 17)
Sahur: waktu sebelum
fajar menyingsing mendekati subuh.
“Di
dunia mereka sedikit sekali tidur diwaktu malam. Dan selalu memohonkan ampunan
diwaktu pagi sebelum fajar.”(QS. Adz-Dzariyat)
3) Pada
penutup majelis
Rasulullah
SAW bersabda : yang artinya “Tidaklah
seorang mengucapkannya setelah bangkit dari majelisnya kecuali diampuni semua
dosa-dosanya didalam majelis itu.”
4) Memohonkan
ampunan bagi orang-orang yang meninggal
Jika
Nabi SAW selesai mengubur mayit, beliau berdiri dan bersabda, “Mintakan ampun bagi saudara kalian dan
mintakan keteguhan baginya, karena dia sekarang sedang ditanyai.” (HR. Abu Dawud).
d. Manifestasi
dan faidah istiqfar (Hasan, 2007 : 106)
1) Istiqfar
adalah menunaikan titah Allah
Allah
SWT telah memerintahkan dan mendorong hamba-hambaNya untuk beristiqfar dan
menjanjikan ampunan, pahala bear dan anugerah yang melimpah atas hal tersebut.
“Maka Bersabarlah kamu, Karena Sesungguhnya janji Allah itu benar, dan
mohonlah ampunan untuk dosamu dan bertasbihlah seraya memuji Tuhanmu pada waktu
petang dan pagi” (QS. Al-Mu’min : 55).
“Maka Ketahuilah, bahwa Sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, Tuhan)
selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang
mukmin, laki-laki dan perempuan. dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan
tempat kamu tinggal.” (QS. Muhammad : 19).
Allah
SWT memerintahkan orang-orang kafir dan yang sesat agar beristiqfar dan
bertaubat.
“Maka Mengapa mereka tidak bertaubat kepada Allah dan memohon ampun
kepada-Nya ?. dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”(QS. Al-Ma’idah
: 74)
2) Istiqfar
termasuk sebab rizki
“Maka Aku katakan kepada mereka: 'Mohonlah ampun kepada Tuhanmu,
Sesungguhnya dia adalah Maha Pengampun. Niscaya dia akan mengirimkan hujan
kepadamu dengan lebat. Dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan
untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.”(QS.
Nuh : 10-12)
3) Istiqfar
adalah sebab masuk surga
Dalilnya
adalah sabda Nabi SAW dalam hadits Syaddad bin Aus Ra.
Artinya : “ Sayyid (penghulu)istiqfar adalah ucapan
(doa) hamba, ‘Ya Allah, Engkau adalah Rabbku, tiada sesembahan Yang Haq kecuali
Engkau. Engkaulah yang telah menciptakanku dan aku adalah hambaMU. Aku setia
diatas perjanjianMu dan janjiku kepadaMu sesuai kemampuannku. Aku berlindung
kepadaMu dari kejelekan yang aku perbuat. Aku mengakui nikmatMu kepadaku serta
aku mengakui dosaku, maka ampunilah aku. Karena sesungguhnya tiada yang
mengampuni dosa kecuali Engkau’. Barangsiapa membacanya dipagi hari dengan
penuh keyakinan lalu mati pada hari itu sebelum memasuki sore maka dia termasuk
ahli urga. Dan barangsiapa membacanya di petang hari dengan penuh keyakinan
lalu mati sebelum memasuki Shubuh maka ia termasuk ahli surga.” (di
shahihkan oleh Syaikh Ahmad Syakir dari HR. Ahmad)
4) Istiqfar
sebab dihapuskan dosa
Qatadah
Ra berkata : “Sungguh, al-Qur’an
menunjuki kalian penyakit dan penyembuh kalian. Penyakit kalian adalah dosa,
adapun penyembuh kalian adalah istiqfar”. Maka istiqfar adalah sebab
dihapuskannya dosa, kesalahan dan keburukan.
5) Istiqfar
menolak hukuman dan azab sebelum keduanya terjadi
“Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada di
antara mereka. dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka
meminta ampun [608].” (QS. Al-anfal : 33)
[608] di antara Mufassirin
mengartikan yastagfiruuna dengan
bertaubat dan ada pula yang mengartikan bahwa di antara orang-orang kafir itu
ada orang muslim yang minta ampun kepada Allah.
6) Istiqfar
adalah sebab diangkatnya derajat setelah kematian
Dari
Abu Hurairah Ra beliau berkata, Rasulullah SAW bersabda. Yang artinya “Sesungguhnya Allah SAW mengangkat derajat
seorang hamba yang shalih di surga sehingga dia bertanya, ‘Wahai Rabbku,
darimana nikmat ini hamba terima?’ Allah berfirman, ‘Karena Istiqfar anakmu
untukmu”. (HR. Ahmad).
7) Istiqfar
adalah sebab disucikannya hati
Dari Abu Hurairah ra
berkata, rasulullah bersabda yang artinya : “Sungguh
apabila seorang mukmin melakukan suatu dosa maka itu adalah setitik karat hitam
yang tertoreh dihatinya. Jika dia bertaubat dan menanggalkannya serta
beristiqfar, hatinya kembali bersih darinya, tapi kalau dia tambah melakukan
dosa bertambah pula karat hitam itu sampai menutupi (seluruh) hatinya. Itulah
‘ar-ram’ yang Allah sebutkan dalam Kitabnya, “Sekali-kali tidak (demikian), Sebenarnya apa yang selalu mereka
usahakan itu menutupi hati mereka” (QS. Al-Muthaffifin ; 14).
8) Istiqfar
adalah sebab memperoleh anak
Dalam
QS. Nuh ayat 10-12 terdapat beberapa faidah yaitu : ampunan dosa, turunya hujan dan keluarnya
rizki, diberikan harta dan anak oleh Allah SWT dan dijadikan kebun dan sungai-sungai.
9) Istiqfar
adalah sebab menikmati kesehatan dan kekuatan
“Dan (Dia berkata):
"Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya,
niscaya dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan dia akan menambahkan
kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat
dosa." (QS. Hud : 52).
10) Istiqfar
adalah kabar gembira bagi para wanita
Dari
Ibnu Umar ra bahwa Nabi SAW bersabda, yang artinya : “ Hai para wanita! Bersedekahlah dan perbanyak istiqfar. Karena
sesungguhnya aku melihat kalian pailng banyak menghuni neraka. ‘Seorang wanita
bertanya, ‘Apa sebabnya kami menjadi penghuni neraka paling banyak?’ Beliau
menjawab, ‘Karena kalian para wanita banyak melaknat dan mendurhakai suami, aku
tidak melihat orang berakal yang kurang akal dan agamanya yang lebih
mengalahkan laki-laki berakal daripada kalian para wanita. ‘Dia berkata lagi,
‘Bagaimana lemah akal dan agama itu?’ Beliau menjawab, ‘Kesaksian dua wanita
sama dengan kesaksian satu laki-laki dan wanita tidak shalat selama beberapa
hari’,” (HR. Muslim)
C. Wudhu
dan mandi
1. Wudhu
Wudhu
adalah salah satu rukun shalat, tidak sah mengerjakan shalat tanpa wudhu. Atha
bin Yasar meriwayatkan bahwa Ibnu Abbas berwudhu, dia membasuh mukanya,
kemudian dia mengambil seceduk air, berkumur dan menghirup air ke hidungnya,
kemudian mengambil seceduk air lagi dan menjadikannya begini, mengambil air
kedua di tangannya, maka ia membasuh mukanya dengan air itu, kemudian mengambil
seceduk air dan membasuh tangan kanannya, kemudian mengambil seceduk air lagi
dan membasuh tangan kirinya, kemudian mengusap kepalanya, kemudian mengambil
seceduk air dan menyiram kaki kanannya hingga basah, kemudian mengambil seceduk
air dan membasuh kakinya yakni yang kiri, kemudian ia berkata : “Demikian aku
melihat Rasulullah berwudhu” (As-Sayyid, 2005; 70).
Diriwayatkan
dari Abu Malik Al-Asy’ari bahwa Rasulullah saw. bersabda : Wudhu itu setengah
dari iman. Dari Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda : Apabila
seorang muslim atau mukmin berwudhu, kemudian ia membasuh mukanya, niscaya
keluar dari mukanya semua kesalahan yang ia lihat dengan matanya bersama air
atau bersama tetesan air terakhir atau yang semisal, jika ia membasuh kedua
tangannya niscaya keluar semua dosa yang diperbuat dengan kedua tangannya
bersama air ataua bersama tetesan air terakhir sehingga ia selesai berwudhu
dalam keadaan bersih dari dosa ( Musnad Ahmad dalam As-Sayyid, 2005; 71).
Wudhu
dilakukan paling sedikit lima kali dalam sehari semalam, jika seorang muslim
senantiasa berwudhu, hasilnya adalah sebagai berikut (As-Sayyid, 2005; 73).
a. Seorang
muslim akan berada dalam keadaan suci yang sempurna dan berada dalam derajat
kebersihan yang paling tinggi.
b. Seorang
muslim ketika berwudhu, ia akan sampai kepada batasan yang tinggi dalam menjaga
kebersihan pribadi dan kebersihan sebagian tubuh.
c. Jika
kita menganggap bahwa Rasulullah saw. menunjukkan bateri dengan kata Al-Khathaya
(dosa-dosa) yang dihapus dengan air wudhu, niscaya kita akan sampai kepada
sebuah konklusi bahwa wudhu merupakan garis pertahanan pertama untuk melindungi
seorang muslim dari berbagai macam kuman.
Dr. Musthafa Syahatah, Dekan Fakultas
THT (telinga, hidung, dan tenggorokan) Universitas Alexandria, mengatakan bahwa
berwudhu dapat melindungi seseorang dari kuman-kuman penyakit, dan terbukti
bahwa jumlah kuman pada orang yang berwudhu lebih sedikit daripada orang yang
tidak berwudhu (As-Sayyid, 2005; 73).
Para ilmuwan membuktikan bahwa wudhu
dapat mencegah lebih dari tujuh belas macam penyakit, di antaranya (As-Sayyid,
2005; 73):
a. Trakhoma
b. Influenza
c. Batuk
rejan
d. Radang
amandel
e. Penyakit-penyakit
telinga, dan penyakit-penyakit kulit.
Dalam berwudhu ada yang namanya istinsyaq
dan istintsar , dan
diriwayatkan bahwa Rasululullah saw. sangat menyempurnakan dalam dua perbuatan
itu. Al-Istinsyaq adalah menghirup air ke dalam hidung, sedangkan Al-Istintsar
adalah mengeluarkan dengan napasnya (As-Sayyid, 2005; 74).
Studi kedokteran menjelaskan bahwa istinsyaq
tiga kali wudhu, sebelum shalat lima waktu akan membersihkan sebelas macam
kuman dan bakteri berbahaya yang terdapat di hidung, yang biasa menyebabkan
pernapasan, radang paru-paru, demam rematik, sinusitis, dan alergi (As-Sayyid,
2005; 74).
Dr. Musthafa Syahatah mengatakan, bahwa
jumlah kuman-kuman yang ada di hidung akan berkurang setengah setelah istinsyaq
pertama, kemudian berkurang seperempat setelah istinsyaq kedua, kemudian sangat sedikit
setelah istinsyaq ketiga.
Penelitian-penelitian ilmiah membuktikan bahwa hidung manusia ketika
benar-benar bersih dari kuman setelah proses istinsyaq yang kontinu akan tetap bersih
dari kuman selama lima jam, kemudian mulai tercemar setelah itu, maka manusia
perlu membersihkannya kembali. Ini artinya bahwa pekerjaan wudhu, termasu di
dalamnya adalah istinsyaq yang berulang kali setiap shalat, adalah cara
efektif untk membersihkan hidung, mensterilkannya dan mengurangi kuman-kuman
yang bersembunyi di dalamnya (As-Sayyid, 2005; 74).
Rasulullah saw. bersabda : Apabila
kalian bangun dari tiddur makan berwudhulah dan istintsar-lah (menghirup air ke
hidung kemudian mengeluarkannya) tiga kali. Beliau berkata: Sempurnakanlah
wudhu, ratakanlah air di antara jari-jemari dan bersungguhlah dalam istinsyaq,
kecuali kamu berpuasa ( HR Bukhari dan Muslim dalam As-Sayyid, 2005; 75).
Dalam berwudhu dianjurkan bersiwak, ini
adalah salah satu sunah wudhu yng ditegaskan dalam sunah Rasulullah saw.,
bahkan hampir wajib. Bersiwak adalah tindakan penting dalam ilmu kedokteran
preventif, Nabi saw. apabila bangun malam, membersihkan mulutnya dengan siwak.
Beliau setiap kali bangun tidur baik siang atau malam pasti bersiwak dulu
sebelum berwudhu (As-Sayyid, 2005; 75).
Beliau bersabda : Jika saja tidak
memberatkan umatku, sudah pasti akan Aku wajibkan kepada mereka bersiwak setiap
kali wudhu (HR. Imam Malik dalam (As-Sayyid, 2005; 75). Kebersihan mulut
adalah pondasi yang paling vital dalam ilmu kedokteran preventif, hubungan
antara kebersihan mulut dan terjangkitnya penyakit sangat erat dan sudah
dikenal luas. Sisa-sisa makan yang tertinggal dalam mulut akan membusuk dan
akan menjadi tempat kuman di dalam mulut dan gigi. Kuman-kuman ini dibantu
dengan enzim-enzim merusak gigi dan gusi, sehingga gigi dan gsi terinfeksi.
Gigi dan gusi yang sakit akan menyebarkan racun-racun dan bakteri melalui darah
ke seluruh tubuh, mungkin saja akan memengaruhi mata, rongga hidung, atua
menyebabkan radang lambung atau usus dua belas jari. Usus besar, paru-paru,
ginjal, dan kantong empedu tidak lepas dari bahaya yang mengancam ini. Bahkan
pengaruhnya dapat menimpa kulit dengan penyakit alergi atau eksim, hingga
jerawat yang muncul tidak mudah diobati kecuali stelah membersihkan kantong
nanah yang mencemari mulut (As-Sayyid, 2005; 75).
2. Mandi
Mandi
adalah salah satu kewajiban dalam Islam dan merupakan hal yang disunahkan.
Dalam sebagian keadaan bisa wajib dan dalam keadaan yang lain adalah sunah yang
dianjurkan (As-Sayyid, 2005; 75).
Mandi
disunahkan sebelum mengerjakan shalat jumat, dua hari aya, shalat Istisqa’
(shlat minta hujan), shalat gerhana matahari dan rembulan (pertemuan-pertemuan
umum), mandi karena memandikan mayat, mandinya orang kafir ketika masuk Islam,
mandinya orang gila dan pingsan ketika telah sadar, mandi ketika mengambil
ihram untuk haji, mandi karena akan memasuki kota Mekah, mandi untuk wukuf di
Arafah, mandi untuk menginap di Muzdalifah dan untuk melempar tiga jumrah,
mandi untuk thawaf, ketika hijamah (mengambil darah kotor melalui
kepala) dan ketika i’tikaf, mandi untuk shalat jamaah, mandi karena akan masuk
ke kota Madinah, mandi ketika bau badan tidak sedap, dan ketika akan menghadiri
pertemuan-pertemuan kebaikan (As-Sayyid, 2005; 80).
Dalam
hal ini, Aisyah ra. Berkata : “Pada suatu ketika Rasulullah saw. Dalam
keadaan junub, kemudian beliau tidur dan tidak menyentuh air sampai dia bangun
kemudian mandi.” (HR. Imam Ahmad dalam (As-Sayyid, 2005; 80)
Imam
Nafi’ merriwayatkan bahwa apabila Abdullah bin Umar mandi janabah, dia memulai
dengan membasuh tangan kanannya, kemudian mencuci kemaluannya, stelah itu
berkumur dan mengirup air dari hidung dan mengeluarkannya, kemudian membasuh
mukanya dan memercikkan air ke matanya, kemudian mencuci tangan kanannya
setelah itu tangan kirinya, kemudian mengguyurkan air ke kepalanya,setelah itu
mandi dan mer atakan air ke seluruh tubuh (As-Sayyid, 2005; 80).
Rasulullah
saw. Bersabda : Apabila datang hari Jumat kepada kalian, maka mandilah (HR.
Al-Bukhari, Muslim, dan An-Nasa’i dalam (As-Sayyid, 2005; 81)).
Sabda
Rasulullah saw. : Kewajiban setiap muslim dalam tujuh hari sekali adalah
mandi satu hari, pada hari itu dia mencuci rambut dan seluruh tubuhnya (HR.
Al-Bukhari, Muslim, dan An-Nasa’i dalam (As-Sayyid, 2005; 81)).
Sabda
Rasulullah saw. Yang lain : Mandi pada hari Jumat adalah wajib bagi setiap
orang yang sudah baligh (HR. Imam Ahmad, Abu Dawud, dan An-Nasa’i dalam
(As-Sayyid, 2005; 81)) .
Dengan
demikian, telah diketahui bahwa Rasulullah saw. Tidak cukup memerintahkan wudhu
saja, yang merupakan kebersihan sebagian tubuh, akan tetapi beliau
memerintahkan umat Islam tentang pentingnya mandi paling sedikit sekali atau
dua kali dalam seminggu, untuk menambah perhatian umat Islam terhadap
kebersihan pribadi, dan menjaga kesehatan umum masyarakat Islam (As-Sayyid, 2005;
81).
Dalam
hal ini, kita lihat betapa besar perhatian Rasulullah saw. Terhadap kebersihan
dan pencegahan dari berbagai macam penyakit serta menghilangkan kuman-kuman
dari seluruh anggota badan (As-Sayyid, 2005; 81).
D. Sunah-sunah
Fitrah
Diriwayatkan
dari Aisyah ra. bahwa Nabi saw. Bersabda : Ada sepuluh macam sunah fitrah : memendekkan
kumis, memanjangkan jenggot, bersiwak, istinsyaq, memotong kuku, mencuci ruas
jari dan sela-selanya, mencabut bulu ketiak, mencukur bulu kemaluan, istinja’
(cebok), dan berkumur (HR. At-Tarmidzi dan An-Nasa’i dalam (As-Sayyid,
2005; 81)).
Dalam
riwayat yang lain : Sunah fitrah ada lima, yaitu khitan, mencukur bulu
kemaluan, , mencabut bulu ketiak, memotong kuku, dan memendekkan kumis (HR.
Al-Bukhari, Muslim, At-Tirmidzi, An-Nasa’i, Abu Dawud, Ibnu Majah, Imam Ahmad,
Imam Malik, dan bunyi hadis ini dari Al-Bukhari dalam (As-Sayyid, 2005; 82)).
Anas
bin Malik ra. Meriwayatkan hadis marfu’ dari Rasulullah saw. Bahwa bagi setiap
muslim untuk mencukur rambut yang telah panjang setiap minggu, tidak boleh
membiarkannya lebih dari empat puluh hari, Nabi saw. Telah menentukan waktu
mencukur kumis, memotong kuku, mencabut bulu ketiak, mencukur bulu kemaluan
paling sedikit empat puluh hari (As-Sayyid, 2005; 82).
Manfaat
dari beberapa sunah fitrah di antaranya adalah sebagai berikut.
1. Kuku
jika dibiarkan panjang tanpa dipotng dan dibersihkan akan menjadi sarang
penyakit, tempat bakteri-bakteri berbahaya hidup di bawahnya, seperti cacing
Scaras, disentri, tifus, dan lain sebagainya. Sehingga kuku harus dipotong
untuk menghindari wabah penyakit. Dengan demikian, membersihkan kuku termasuk
tindakan kedokteran preventif modern. Hal ini telah diperingatkan oleh
Rasulullah saw. dalam sunahnya yang berbunyi: Potonglah kukumu karena setan
telah tinggal di bawah kuku yang panjang. Rasulullah saw. menjadikan potong
kuku termasuk dalam fitrah, yakni perkara yang harus menjadi urusan fitrah,
tanpa paksaan dan keberatan, disenangi jiwa, dan mudah melakukannya (As-Sayyid,
2005; 82).
2. Adapun
mencabut bulu ketiak dan mencukur bulu kemaluan adalah kebersihan tubuh bagian
dalam. Dari sini kita melihat Rasulullah saw. tidak hanya menaruh perhatian
terhadap kebersihan luar tubuh, tetapi juga memerhatikan kebersihan dalam
tubuh. Banyak orang melupakan tempat-tempat ini karena mereka kebanyakan
memerhatikan penampilan luar saja, seperti aksesosris dan anggota bahan yang
terlihat, disebabkan kondisi sosial yang menuntuk peruatan demikian dan
melupakan apa yang tidak terlihat oleh pandangan manusia. Akan tetapi,
Rasulullah saw. menjadikan salah satu sunah fitrah adalah memerhatikan
urusan-urusan yang bersifat pribadi, sehingga seorang muslim akan menjadi
bersih luar dalam (As-Sayyid, 2005; 82).
3. Istinja’
adalah membersihkan tempat keluarnya air seni dan kotoran, ini termasuk urusan
kebersihan pribadi dan termasuk kewajiban yang ditetapkan leh sunah
nabawiyah.Para ulama mengatakan bahwa ber-istinja’ hukumnya wajib setelah buang
air besar dan kecil dan lainnya dari setiap benda yang keluar dari keduanya dan
kototr, untuk membersihkan najis dan menyucikan tempat keluarnya (As-Sayyid,
2005; 83).
Nabi
saw. bersabda : Apabila kamu buang air seni, maka jangan memegang kemaluan
dengan tangan kananny dan jangan ber-istinja’ dengan tangan kanan (HR.
Al-Bukhari dalam(As-Sayyid, 2005; 83)).
Nabi saw. bersabda : Kebanyakan
siksa kubur berasal dari kencing (HR. Abu Dawud dalam (As-Sayyid, 2005;
83)).
Anas
bin Malik ra. berkata : “Apabila Rasulullah saw. membuang hajat, aku
membawakan air kepadanya, sehingga beliau bersuci dengan air tersebut.” (HR.
Imam Ahmad dalam (As-Sayyid, 2005; 84)).
Dari
Aisyah ra. berkata bahwa sekelompok perempuan dari Bashrah mendatanginya, mak
beliau memerintahkan mereka untuk ber-istinja’ dengan air, kemudian beliau
berkata :”Perintahkan suami-suami kalian ber-istinja’, karena sesungguhnya
Nabi saw. melakukannya.” (HR. Imam Ahmad dalam (As-Sayyid, 2005; 84)).
Diriwayatkan
dari Mu’adzah bahwa Aisyah berkata : “Perintahkan suami-suami kalian
membasuh bekas-bekas air seni dan kotoran, karena kita malu kepada mereka. Dan
Rasulullah saw. melakukan hal itu.” (HR. Imam Ahmad dalam (As-Sayyid, 2005;
84)).
Tempat
keluarnya air seni dan kotoran adalah tempat berkumannya kuman dan bakteri.
Tindakan preventifnya adalah mencucinya dengan teratur. Tidak ditemukan
perhatian yang besar terhadap istinja’ dalam sistem masyarakat atau agama
seperti apa yang ada dalam sunah Rasullah saw. dan menjadikannya salah satu
syarat sah shalat. Oleh karena itu, wajib bagi setiap muslim untuk membasuh
tempat ini paling sedikit lima kali sehari, jumlah ini cukup untuk membasmi
kuman-kuman yang mungkn ada di tempat tersebut (As-Sayyid, 2005; 84).
4. Adapun
khitan adalah memotong kulit yang menutupi kepala penis (kulup), dan disunahkan
pada hari ketujuh kelahiran. Nabi saw. telah mengkhitan Hasan dan Husain.
Sedangan Nabi Ibrahim berkhitan pada umur 80 tahun, dan telah diriwayatkan dari
Nabi saw. bahwa jika ada yang mau masuk Islam di hadapannya, belau akan berkata
kepadanya : Cukurlah rambutmu dan berkhitanlah (HR. Imam Ahmad dalam
(As-Sayyid, 2005; 84)) .
Berkhitan
akan menjaga seseorang dari berbagai penyakit yang menimpa orang-orang yang
tidak berkhitan, karena tempat ini cocok untuk pertumbuhan bakteri dan
kuman-kuman. Sehingga sunah Rasulullah dan ajaran Islam dalam berkhitan adalah
salah satu sebab pencegahan terhadap penyakit ini (As-Sayyid, 2005; 84).
E.
Haji
Haji
adalah rukun kelima dari rukun Islam. Ia dilakukan bagi siapapun yang telah
mampu mengerjakannya dan hanya sekali semumur hidup dengan syarat -syarat yang
telah ditentukan. Haji memiliki kedudukan yang tinggi dalam Islam. Karena dengannyalah
seorang muslim pergi ke Baitullah Haram di Mekah pada hari-hari yang telah
ditentukan setiap tahunnya dengan melakukan wukuf di Arafah dan mengerjakan
manasik haji lainnya (Az-Zahrani, 2005; 491).
Dengan
niat haji inilah perasaan individu muslim akan selalu bergemuruh dalam rasa
aman, tenang, dan bahagia. Dengan haji pulalah muslim melatih dirinya dalam
memikul beban dan lelah (Az-Zahrani, 2005; 492).
Haji
merupakan pusat latihan dari segalanya bagi muslim. Dalam haji, seorang muslim
akan selalu mengingat Allah, selalu berdoa kepada-Nya setiap waktunya,
mengerjakan shalat dengan kekhusyuan, dan memotonh hewan kurban bagi yang tidak
sedang melaksanakan ibadah haji. Di sana ada kerendahhatian di mana seseorang
akan melepaskan pakaian kebesarannya dan mengenakan pakaian haji yang sederhana
yang tidak membedakan tingkatan. Haji akan selalu menguatkan persaudaraan
antara sesama kaum muslimin dengan bernagai bentuk, jenis, suku, warna kulit
dengan berkumpul bersamaan pada satu tempat dan satu waktu berdoa kepada Allah
dan menyembah-Nya serta memohon dan mengharap hanya kepada-Nya. Pertemuan
besar-besaran semua kaum muslimin ini telah memberikan kesempatan bagi mereka
untuk saling mengenal, saling memberikan cinta kasihnya, dan slaing menguatkan
persaudaraan yang ada selama ini (Az-Zahrani, 2005; 492).
Haji
adalah satu pelatihan bagi kaum muslimin agar mereka dapat mengendalikan
syahwat dan hawa nafsunya. Seorang muslim yang sedang dalam keadaan Ihram tidak
diperkenankan untuk menggauli wanita, bertengkar, mencela, berdebat,
mengucapkan hal-hal yang dapat membangkitkan gairah dan sejenisnya, dan juga
tidak melakukan hal-hal yang menimbulkan kefasikan. Dalam haji pun diwajibkan
untuk meninggalkan semua dosa-dosa kecil, apalagi dosa-dosa besar, hingga kaum
muslimin bisa meluruskan peilakunya dan dapat berinteraksi dengan sesamanya
dengan baik (Az-Zahrani, 2005; 492) .
Rasulullah
bersabda : “Orang-orang yang mengerjakan ibadah haji dan umrah adalah
tamu-tamu Allah. Allah memberi kepada mereka apa yang mereka minta. Dan
Dia mengabulkan semua doa mereka,
kemudian Dia mengganti semua hara yang mereka belanjakan untuk-Nya. Satu dirham
menjadi sejuta dirham” (HR. Baihaqi dalam ( Azwar, 2007)).
Ketika
Rasulullah saw. tiba di Masjidil Haram, beliau terus melakukan thawaf di
Baitullah sebanyak 7 putaran, mendirikan shalat sebanyak dua rakaan di belakang
Mawqam Ibrahim, serta sa’i di antara Shafa dan Marwah sebanyak tujuh kali (
Azwar, 2007 ; 14).
Thawaf
di Baitullah dapat digolongkan kedalam hipnotisme dan prana. Hipnotisme
termasuk dalam kategori pertama pembagian Kedokteran Alternatif oleh National
Institutes of Health (NIH) Amerika Serikat, yaitu mindbody intervention atau intervensi rohani terhadap jasmani yang
berpengaruh terhadap sistem kekebalan tubuh. Prana atau pranic healing (penyembuhan dengan prana) termasuk ke dalam bioelectric
medicine, kategori kedua dari Kedokteran Alternatif menurut oleh National
Institutes of Health (NIH) Amerika Serikat ( Azwar, 2007 ; 15).
Hipnotisme
sendiri bermanfaat untuk berbagai penyakit, kecuali infeksi. Penyakit tersebut
antara lain ( Azwar, 2007 ; 15):
1.
Kelainan jantung dan
pembulu darah, seperti tekanan darah tinggi (essential hypertension) dn
penyakit jantung koroner (angina pectoris, coronary heart disease).
2.
Kanker, nyeri pada
kanker.
3.
Penyakit pencernaan,
ingfeksi usus (ulcerative colitis) dan sakit maag (peptic ulcer).
4.
Penyakit ibu, seperti dismenorea (rasa sakit ketika sedang haidh).
5.
Penyakit kulit, seperti (atopic
dermatitis, acne, allergic reactions, warts, urticaria, neurodermatitis) dan sebagainya antara lain asma, rematik sendi (rheumatic arthritis), sakit kepala (tension headaches, migraine headaches), kencing manis (diabetes mellitus), kegemukan (obesity), penyakit gondok (hyperthyroidism), dan hipoglikemia (hypoglycemia).
Dalam
kedokteran modern, hipnotisme dipraktekkan oleh Psikiater atau Dokter Kesehatan
Jiwa. Ia dapat dilakukan dengan memperngaruhi alam sadar pasien. Lazimnya
dilakukan melalui penglihatan, pendengaran, dan gerakan. Mata dipaksa
berkonsentrasi memperhatikan suatu benda seperti jam yang digerakkan dengan
konsisten dan beraturan, dalam irama tertentu. Telinga dipaksa dengan perintah
verbal yang menoton dan berulan-ulang. Dengan cara yang sama bisa menghipnosis
sirinya sendiri ( Azwar, 2007 ; 16).
Thawaf
dapat menghipnosis diri sendiri bila mampu mencapai taraf khusuk seperti para
sufi. Perubhan kesadaran itu terjadi
sewaktu mata berkonsentrasi memperhatikan sesuatu yang tidak terlihat. Telinga
sesak dengan alunan tasbih dan zikir yang menderu . Kaki melangkah dengan
gerakan tertentu mengikuti manusia berseragam ihram dan bertelanjang kaki
lainnya, menurut alur tatacara tertentu
seperti lengan terangkat dalam
irama tertentu setiap melewati Hajar Aswad ( Azwar, 2007 ; 17).
Apabila
thawaf adlah hipnotis, berjalan dengan kaki telanjang di Masjidil Haram
mengelilingi Baitullah adalah prana. Dalam bahasa Sanskerta, prana berari
kekuatan untuk hidup (life-force), suatu bio-energi yang tidak terlihat
untuk mempertahankan kehidupan dan menjaga agar tubuh tetap sehat, ibarat
bensin untuk mobil. Ia juga disebut “tenaga dalam” ( Azwar, 2007; 20). Selain
itu, dapat disimpulkan bahwa Baitullah, yang pertama kali dibangun oleh Adam as.
adalah sumber prana ilahiyah ( Azwar, 2007 ; 23).
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Ketentraman
dan kebahagian dalam kesehatan sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam sebagai
upaya meraih Ridha Allah SWT. Tujuan ini akan mengantarkan pada keseimbangan
diri dan lingkungan sesuai dengan fitrah kemanusiaannya akan membawa
kebahagiaan bagi manusia. Sehingga dalam keadaan lingkungan yang bagaimanapun
kesiapan diri dan kejiwaan yang telah terbentengi dengan nilai-nilai agama
tidak akan terpengaruhi dan mengalami goncangan.
1. Kelebihan
metode psikoterapi islam atau praktik ibadah dalam terapi penyembuhan :
Kelebihan-kelebihan
tersebut antara lain ;
a. Metode
Psikoterapi Islam berangkat dari nilai-nilai dan ajaran dari agama Islam itu
sendiri. Mudah diterima oleh kalangan umat Islam karena tidak akan terjadi
pertentangan-pertentangan konsep, media penyembuhan tentu akan disambut dengan
baik oleh umat Islam.
b. Metode
ini menggunakan amalan, ajaran dan peribadahan yang sudah menjadi sikap hidup
dan dilakukan secara rutin oleh umat Islam. Amal ibadah yang mereka lakukan
tidak hanya akan bersifat formalistik belaka, tetapi berpengaruh pada
penghayatan dan menjadi faktor spiritual dalam kehidupan sehari-hari.
c. Psikoterapi
Islam ini dapat dilakukan dengan pendekatan keagamaan, yang dalam prakteknya membutuhkan
pendampingan maupun juga memungkinkan untuk dilakukan secara mandiri.
d. Memiliki
cakupan terapi yang lebih luas, tidak hanya ditujukan pada perubahan
kepribadian dan emosional saja, tetapi sekaligus juga perubahan sikap mental
dalam kehidupan sosialnya.
e. Dalam
masyarakat dewasa ini, psikoterapi telah banyak dibutuhkan untuk menanggulangi
masalah-masalah kejiwaan dan kepribadian sebagai efek dari perubahan masyarakat
dan lajunya peradaban.
2. Kelemahan
metode psikoterapi islam
a. Sangat
efektif terbatas pada kalangan umat Islam saja, sedangkan untuk ditujukan
kepada orang atau masyarakat non muslim akan mengalami banyak kesulitan dan
hambatan.
b. Umat
Islam sendiri dalam melakukan amal peribadahan masih banyak yang kurang
memahami dan menghayati amal ibadah yang mereka laksanakan sehingga amal ibadah
tersebut hanya menjadi aktifitas formal belaka.
c. Psikolog
dan psikiater dari kalangan muslim yang belum berani mengambil inisiatif untuk
mengembangkan nilai-nilai dan ajaran Islam sebagai sumber inspirasi dalam
proses terapinya.
d. Adanya
anggapan di kalangan masyarakat, bahwa psikoterapi adalah sesuatu yang mewah,
mahal, dan berbelit- belit, sehingga masyarakat terutama umat Islam belum
memeberdayakan psikoterapi Islam dalam kehidupannya.
e. Masih
sedikit diantara psikolog muslim yang memahami persoalan ke-Islam-an, sehingga
para psikolog atau terapis dalam mengembangkan strategi penyembuhan.
Keberhasilan tergantung dari terapis dan klien termasuk kondisi kejiwaannya.
B.
Saran
Upaya-Upaya Untuk
Mengatasi Kelemahan Metode Psikoterapi Islam diantaranya :
1. Psikolog
maupun psikiater dari kalangan Islam harus memandang secara positif dan optimis
bahwa dalam Islam memiliki ajaran-ajaran dan nilai-nilai yang mengandung aspek
terapi kejiwaan sehingga terus melakukan pengungkapan dan pengembangan dari
ajaran Islam tersebut menjadi konsep-konsep psikologi dan psikoterapi.
2. Terapis
harus meningkatkan pemahaman dan penghayatan terhadap nilai-nilai dan ajaran,
praktek amal ibadah yang dilakukan umat Islam, sehingga dapat mengambil hikmah
dari hal-hal tersebut sebagai alat untuk mengobati dan mencegah terjadinya
gangguan kejiwaan, dan mengembangkan kepribadian yang sehat yang dapat
melahirkan perilaku yang sesuai dengan norma-norma tuntunan agama Islam di
kalangan umat Islam.
3. Psikolog
atau terapis memberikan pemahaman kepada klien, bahwa amal ibadah dan ajaran
Islam yang mereka lakukan memiliki nilai, makna atau hikmah yang berguna bagi
kehidupan, sehingga klien akan dapat menghayati amal perbuatan yang dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an al-Karim
As-Sayid,
Abdul Basith Muhammad (2005). Metode Pengobatan Preventif Rasulullah saw. Jakarta : AMZAH
As-Saayid,
Rasyad Fuad (2004). Puasa Sebagai Terapi
Penyembuhan Berbagai Penyakit, Jakarta: Hikmah.
Azwar,
Bahar (2007). Manfaat Haji & Umrah bagi Kesehatan. Jakarta : Qultum Media
Az-Zahrani,
Musfir bin Said (2005). Konseling Terapi. Jakarta : Gema Insani Press
Burhani,
Ahmad Najib. (2002). Manusia Modern
Mendamba Allah, Jakarta : Iman dan Hikmah
Hasan,
Ahmad bin Hasan Hammam. (2007). Keajaiban
Sedekah dan Istiqfar. Jakarta :
DARUL HAQ
Salim,
Muhammad Ibrahim (2009). The Miracle Of
Shaun. Jakarta: Amzah.
Prawita,
Johana E. dkk., (2002). Psikoterapi:
Pendekatatan Konvensional dan Kontemporer. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Offset.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar