Rabu, 28 Maret 2012

Mekanika tubuh

I. Mekanika Tubuh (Body Mechanic) A. Definisi Mekanika tubuh adalah istilah yang digunakan dalam menjelaskan penggunaan tubuh yang aman, efisien, dan terkoordinasi untuk menggerakkan objek dan melakukan aktifitas hidup sehari-hari (Kozier, B., Erb, G., Berman A., Snyder S. 2004 p.216) Mekanika tubuh merupakan usaha koordinasi dari muskuloskeletal dan sistem saraf untuk mempertahankan keseimbangan dengan tepat. Pada dasarnya, mekanika tubuh adalah cara menggunakan tubuh secara efisien, yaitu tidak banyak mengeluarkan tenaga, berkoordinasi serta aman dalam mengerakkan dan mempertahankan keseimbangan selama beraktivitas (Alimul A. Aziz.2006. p.96) Mekanika tubuh meliputi 3 elemen dasar yaitu : 1. Body Aligment (postur tubuh) 2. Balance/Keseimbangan 3. Koordinated body movement (gerakan tubuh yang terkoordinir) B. Tujuan Tujuan utama mekanika tubuh yaitu menfasilitasi penggunaan kelompok otot yang tepat secara aman dan efisien guna menjaga keseimbangan, mengurangi energi yang digunakan, menurunkan keletihan dan menurunkan resiko cedera. Mekanika tubuh yang baik sangat penting untuk pasien dan perawat. Cedera punggung terjadi hingga 38% dari semua perawat (American Nurses Assosiasion, 2000. Dalam buku Kozier, B., Erb, G., Berman A., Snyder S. 2004 p.216) Penggunaan mekanika tubuh secara benar dapat meningkatkan fungsi tubuh terhadap susunan muskuloskeletal, mengurangi energy yang di keluarkan, dan mengurangi kelelahan. Kebutuhan bergerak sangat dibutuhkan karena pergerakan dapat memenuhi kebutuhan dasar manusia dan melindungi diri dari kecelakaan, seperti jatuh (Alimul A. Aziz.2006. p.96). Menurut Alimul A. Aziz.(2006) Tujuan mekanika tubuh adalah sebagai berikut : 1. Menentukan perubahan fisiologis normal pada kesejajaran tubuh akibat pertumbuhan dan perkembangan. 2. Mengidentifikasi penyimpangan kesejajaran tubuh yang disebabkan postur yang buruk. 3. Memberi kesempatan pasien untuk mengobservasi posturnya. 4. Mengidentifikasi kebutuhan belajar pasien untuk mempertahankan kesejajaran tubuh yang benar. 5. Mengidentifikasi trauma, kerusakan otot atau disfungsi saraf. 6. Memperoleh informasi mengenai faktor-faktor lain yang memengaruhi kesejajaran yang buruk, seperti kelelahan, malnutrisi dan masalah psikologis. Indikasi : pasien yang mengalami gangguan fungsi sistem muskuloskeletal, saraf atau otot dan pasien yang mengalami kelemahan serta kekakuan. C. Prinsip Mekanika Tubuh Berdasarkan Alimul A. Aziz. (2006. p.96) Prinsip yang digunakan dalam mekanika tubuh adalah sebagai berikut : 1. Gravitasi. Merupakan prinsip yang pertama yang harus diperhatikan dalam melakukan mekanika tubuh dengan benar, yaitu memandang gravitasi sebagai sumbu dalam pergerakan tubuh. Terdapat tiga faktor yang perlu diperhatikan dalam gravitasi : a. Pusat gravitasi (center of gravity), titik yang berada di pertengahan tubuh. b. Garis gravitasi (line of gravity), merupakan garis imajiner vertikal melalui pusat gravitasi. c. Dasar dari tumpuan (base of support), merupakan dasar tempat seseorang dalam posisi istirahat untuk menopang/menahan tubuh. 2. Keseimbangan. Keseimbangan dalam penggunaan mekanika tubuh dicapai dengan cara mempertahankan posisi garis gravitasi di antara pusat gravitasi dan dasar tumpuan. 3. Berat. Dalam menggunakan mekanika tubuh, yang sangat diperhatikan adalah berat atau bobot benda yang akan di angkat karena berat benda tersebut akan memengaruhi mekanika tubuh. D. Pergerakan Dasar Dalam Mekanika Tubuh Mekanika tubuh dan ambulasi merupakan bagian dari kebutuhan aktivitas manusia. Menurut Alimul A. Aziz. (2006 p.96) Sebelum melakukan mekanika tubuh, terdapat beberapa pergerakan dasar yang harus diperhatikan, di antaranya : 1. Gerakan (ambulating) Gerakan yang benar dapat membantu dalam mempertahankan keseimbangan tubuh. Sebagai contoh, keseimbangan pada saat orang berdiri dan saat orang berjalan akan berbeda. Orang yang berdiri akan lebih mudah stabil dibandingkan dengan orang yang berjalan karena pada saat berjalan terjadi perpindahan dasar tumpuan dari sisi satu dan pusat gravitasi selalu berubah pada posisi kaki. pada saat berjalan terdapat dua fase, yaitu fase menahan berat dan fase mengayun, yang kan menghasilkan gerakan halus dan berirama. 2. Menahan (squatting) Dalam melakukan pergantian, posisi menahan selalu berubah. Sebagai contoh, posisi orang yang duduk akan berbeda dengan orang yang jongkok, dan tentunya berbeda dengan posisi membungkuk. Gravitasi adalah hal yang perlu diperhatikan untuk memberikan posisi yang tepat dalam menahan. Dalam menahan, sangat diperlukan dasar tumpuan yang tepat untuk mencegah kelainan tubuh dan memudahkan gerakan yang akan dilakukan. 3. Menarik (pulling) Menarik dengan benar akan memudahkan dalam memindahkan benda. Terdapat beberapa hal yang diperhatikan sebelum menarik benda, diantaranya : a. Ketinggian. b. Letak benda (sebaiknya berada didepan orang yang akan menarik). c. Posisi kaki dan tubuh dalam menarik (seperti condong kedepan dari panggul). d. Sodorkan telapak tangan dan lengan atas dibawah pusat gravitasi pasien. e. Lengan atas dan siku diletakkan pada permukaan tempat tidur, serta pinggul, lutut dan pergelangan kaki ditekuk. 4. Mengangkat (lifting) Mengangkat merupakan cara pergerakan dengan menggunakan daya tarik ke atas. Ketika melakukan pergerakan ini, gunakan otot-otot besar dari tumit, paha bagian atas, kaki bagian bawah, perut, dan pinggul untuk mengurangi rasa sakit pada daerah tubuh bagian belakang (Alimul Hidayat, A. Aziz.2006. p.97). 5. Memutar (pivoting) Memutar merupakan gerakan untuk berputarnya anggota tubuh dengan bertumpu pada tulang belakang. Gerakan memutar yang baik adalah dengan memerhatikan ketiga unsure gravitasi dalam pergerakan agar tidak memberi pengaruh buruk pada postur tubuh (Alimul Hidayat, A. Aziz.2006. p.97). E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mekanika Tubuh Adapun menurut Alimul A. Aziz. (2006 p.97) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi mekanika tubuh adalah : 1. Status kesehatan Perubahan status kesehatan dapat memengaruhi sistem muskuloskeletal dan sistem saraf berupa penurunan koordinasi. Perubahan tersebut dapat disebabkan oleh penyakit, berkurangnya kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari, dan lain-lain. 2. Nutrisi Salah satu fungsi nutrisi bagi tubuh adalah membantu proses pertumbuhan tulang dan perbaikan sel. Kekurangan nutrisi bagi tubuh dapat menyebabkann kelemahan otot dan memudahkan terjadinya penyakit. Sebagai contoh : tubuh yang kekurangan kalsium akan lebih mudah mengalami fraktur. 3. Emosi Kondisi psikologis memengaruhi perubahan dalam perilaku indivisu sehingga dapat menjadi penyebab menurunnya kemampuan mekanika tubuh dan ambulasi yang baik. Seseorang yang mengalami perasaan tidak aman, tidak bersemangat, dan harga diri yang rendah, akan mudah mengalami perubahan dalam mekanika tubuh dan ambulasi. 4. Situasi dan kebiasaan Situasi dan kebiasaan yang dilakukan seseorang, misalnya sering mengangkat benda-benda berat akan menyebabkan perubahan mekanika tubuh dan ambulasi. 5. Gaya hidup Perubahan pola hidup seseorang dapat menyebabkan stres dan kemungkinan besar akan menimbulkan kecerobohan dan beraktivitas, sehingga dapat menganggu koordinasi antara sistem muskuloskeletal dan saraf. Hal tersebut pada akhirnya akan mengakibatkan perubahan mekanika tubuh. 6. Pengetahuan Pengetahuan yang baik terhadap mekanika tubuh akan mendorong seseorang untuk menggunakannya secara benar, sehingga akan mengurangi energi yang telah dikeluarkan. Sebaliknya, pengetahuan yang kurang memadai dalam penggunaan mekanika tubuh akan menjadikan seseorang berisiko mengalami gangguan koordinasi system musculoskeletal dan saraf. F. Dampak mekanika tubuh Penggunaan mekanika tubuh secara benar dapat mengurangi pengeluaran energi secara berlebihan. Menurut Alimul Hidayat, A. Aziz (2006. p.98) kesalahan dalam penggunaan mekanika tubuh dapat menimbulkan dampak sebagi berikut : 1. Terjadi ketegangan sehingga memudahkan timbulnya kelelahan dan gangguan dalam system musculoskeletal. 2. Risiko terjadinya kecelakaan pada sistem muskuloskeletal. Apabila seseorang salah dalam berjongkok atau berdiri, maka akan memudahkan terjadinya gangguan dalam struktur muskuloskeletal. Misalnya kelainan pada tulang vertebrata. A.1 Kesejajaran Tubuh (Body Aligment) Kesejajaran tubuh dan postur merupakan istilah yang sama, dan mengacu pada posisi sendi, tendon, ligamen, dan otot selama berdiri, duduk dan berbaring. Kesejajaran tubuh yang benar mengurangi ketegangan pada struktur muskulosmkeletal, mempertahankan tonus otot secara adekuat, dan menunjang keseimbangan. Pengkajian kesejajaran tubuh dapat dilakukan pada klien yang berdiri, duduk, atau berbaring. Berdiri. Perawat harus memfokuskan pengkajian kesejajaran tubuh pada klien yang berdiri sesuai hal-hal berikut : a. Kepala tegak dan midline b. Ketika dilihat dari arah posterior, bahu dan pinggul lurus dan sejajar. c. Ketika dilihat dari posterior, tulang belakang lurus. d. Ketika klien dilihat dari arah lateral, kepala tegak dan garis tulang belakang di garis dalam pola S terbalik. Tulang belakang servikal pada arah anterior adalah cembung, dan tulang belakang lumbal pada arah anterior adalah cembung. e. Lengan klien nyaman disamping. f. Kaki ditempatkan sedikit berjauhan untuk mendapatkan dasar penopang dan jari-jari menghadap ke depan. Duduk. Perawat mengkaji kesejajaran pada klien yang duduk dengan menobservasi hal-hal sebagai berikut : a. Kepela tegak, leher dan tulang belakang berada pada kesejajaran yang lurus. b. Berat badan terbagi rata pada bokong dan paha. c. Paha sejajar dan berada pada potongan horizontal. d. Kedua kaki ditopang di lantai. Pada klien pendek tinggi, alat bantu kaki digunakan dan pergelangan kaki menjadi fleksi dengan nyaman. e. Jarak 2-4 cm dipertahankan antara sudut tempat duduk dan ruang popliteal pada permukaan lutut bagian posterior. f. Lengan bawah klien ditopang pada pegangan tangan, di pangkuan atau di atas meja depan kursi. Berbaring. Pada orang sadar mempunyai kontrol otot volunter dan persepsi normal terhadap tekanan. Sehingga mereka biasa merasakan posisi nyaman ketika berbaring. Pemgkajian kesejajaran tubuh ketika berbaring membutuhkan posisi lateral pada klien dengan menggunakan satu bantal, dan semua penopangnya di angkat dari tempat tidur. Tubuh harus ditopang oleh matras yang adekuat. Tulang belakang harus berada dalam kesejajaran lurus tanpa ada lekungan yang terlihat. 1. Teknik mengangkat kebanyakan cedera punggung yang terjadi adalah ketegangan pada kelompok otot lumbar termasuk otot di sekitar vertebra lumbar (Owen dan Garg, 1991). Cedera otot di area ini berpengaruh pada kemampuan membungkuk ke depan, ke belakang, ke samping. Selain itu kemampuan memutar pinggul dan punggung bagian bawah menurun. Perawat beresiko mengalami cedera otot lumbal ketika mengangkat, memindahkan, atau mengubah posisi klien imobilisasi. Sebelum mengangkat, perawat harus mengkaji kemampuan mengangkat klien atau objek yang akan diangkat dengan menentukan kriteria dasar cara mengangkat sebagai berikut ini: a. Posisi beban. Beban yang akan di angkat berada sedekat mungkin dengan pengangkat. Posisikan objek pada keadaan seperti di atas ketika perawat menggunakan gaya mengangkat dikarenakan objek berada dalam potongan sama (Stamps,1989) b. Tinggi objek Tinggi yang paling baik untuk mengangkat vertical adalah sedikit di atas jari tengah seseorang dengan lengan tergantung di samping (Owen & Garg, 1991) c. Posisi tubuh Ketika posisi tubuh pengangkat bervariasi dengan tugas mengangkat yang berbeda, maka petunjuk umum berikut mampu di pakai untuk sebagian besar keadaan. Tubuh diposisikan dengan batang tubuh tegak sehingga kelompok otot-otot multiple bekerja sama dengan cara yang sinkron. d. Berat maksimum. Setiap perawat harus mengetahui berat maksimun yang aman untuk diangkat-aman bagi perawat dan klien. Objek yang terlalu berat adalah jika beratnya sama dengan atau lebih dari 35% berat badan orang yang mengangkat. Oleh karena itu, perawat yang beratnya 59,1 kg tidak mencoba mengangkat klien imobilisasi yang beratnya 45,5 kg. meskipun nampaknya perawat mungkin mampu melakukannya, hal ini akan beresiko klien jatuh ayau menyebabkan cedera punggung perawat. Tekhnik mengangkat langkah rasional Kaji berat posisi, tinggi objek, posisi tubuh, dan berat maksimum. Menentukan apakah anda dapat melakukannya sendiri atau membutuhkan bantuan (Stamps, 1989). Angkat objek dengan benar dari bawah pusat gravitasi: Dekatkan pada objek yang akan dipindahkan. Perbesar dasar dukungan anda dengan menempatkan kedua kaki agak sedikit terbuka. Turunkan pusat gravitasi anda ke objek yang akan diangkat. Pertahankan kesejajaran yang tepat pada kepala dan leher dengan vertebrae, jaga tubuh tetap tegak. Memindahkan pusat gravitasi lebih dekat ke objek. Mempertahankan keseimbangan tubuh lebih baik, sehingga mengurangi resiko jatuh. Meningkatkan keseimbangan tubuh dan memungkinkan kelompok otot-otot bekerja sama dengan cara yang sinkron. Mengurangi resiko cedera vertebar lumbar dan kelompok otot (Owen dan Garg,1991). Angkat objek dengan benar dari atas pusat gravitasi tempat tidur: Gunakan alat melangkah yang aman dan stabil. Jangan berdiri di atas tangga teratas. Berdiri sedekat mungkin ke tempat tidur. Pindahkan berat objek dari tempat tidur dengan cepat pada lengan dan di atas dasar dukungan. Mencapai pusat gravitasi lebih dekat ke objek. Meningkatkan keseimbangan tubuh selama mengangkat. Mengurangi bahaya jatuh dengan Memindahkan objek yang di angkat dengan pusat gravitasi di atas dasar dukungan Mengangkat objek dari tempat tidur tinggi meningkatkan resiko karena lebih sulit mempertahankan keseimbangan tubuh. Untuk meraih objek yang berada di atas kepala, orang sering berdiri berjinjit dengan kakinya bersamaan sehingga menurunkan dasar topangan, menaikkan pusat gravitasi dan pada akhirnya menurunkan keseimbangan mereka. 1. Teknik mengubah posisi Klien yang mengalami gangguan fungsi system skeletal, saraf atau otot dan peningkatan kelemahan serta kekakuan biasanya membutuhkan bantuan perawat untuk memperoleh kesejajaran tubuh yang tepat ketika selama berada di tempat tidur atau duduk. Banyak alat bantu dapat dipakai perawat untuk mempertahankan kesejajaran tubuh klien yang baik selama diposisikan. a. Bantal Bantal siap dipakai di rumah sakit juga fasilitas perawatan yang diberikan. Padahal ketika klien di rumah, persediaan terbatas. Sebelum menggunakan sebuah bantal, perawat harus menentukan apakah ukurannya tepat. Bantal tebal di bawah kepala klien meningkatkan fleksi servikal. Bantal tipis di bawah bagian tubuh yang menonjol tidak adekuat melindungi kulit dan jaringan dari kerusakan akibat tekanan. Ketika bantal tambahan tidak dapat dipakai atau ukurannya tidak tepat perawat dapat melipat seprai, selimut atau handuk sebagai ganti bantal. b. Papan kaki (footboard) Papan kaki diletakkan tegak lurus dengan matras, sejajar dan menyentuh permukaan bawah kaki klien. Papan kaki mencegah footdrop dengan mempertahankan kaki dalam posisi dorsifleksi. Setelah menempatkan di atas tempat tidur, perawat perlu menentukan apakah penempatannya benar, dengan kaki klien berada di papan dengan pas. Posey footguard merupakan alat bantu yang menggunakan struktur busa untuk mempertahankan posisi kaki klien dorsifleksi. Cara lain yang umum adalah menggunakan teknik high-top tennis shoes. c. Trochanter roll Mencegah rotasi luar pada tungkai ketika klien berada posisi supine. Untuk membentuk trochanter roll, selimut mandi katun dilipat panjang kain untuk lebar yang akan melebar dari tronchanter femur terbesar sampai batas bawah popliteal. Selimut diletakkan di bawah bokong dan kemudian digulung berlawanan dengan jarum jam sampai paha berada posisi netral atau rotasi dalam. Jika kesejajaran pinggul yang tepat tercapai, maka patella langsung menghadap ke atas. d. Bantal pasir (sandbags) Adalah tabung-tabung plastik berisi pasir yang dapat membentuk sesuai bentuk tubuh. Sandbag dapat digunakan ditempatnya atau sebagai tambahan untuk trochanter roll. Alat-alat tersebut mengimobilisasi ekstermitas atau mempertahankan kesejajaran tubuh. e. Gulungan tangan (hand rolls) Mempertahankan ibu jari sedikit adduksi dan berada berlawanan dengan jari-jari. Hand roll mempertahankan tangan, ibu jari, dan jari-jari dalam posisi fungsional. Perawat mengevaluasi hand rolls untuk meyakinkan bahwa tangan benar-benar berada dalam fungsi fungsional. f. Pembebat pergelangan tangan (hand wrist splints) Adalah pembentuk individual bagi klien untuk mempertahankan kesejajaran ibu jari yang tepat (sedikit adduksi) dan pergelangan tangan (sedikit dorsifleksi). Pembebat ini hanya digunakan oleh klien dimana pembebat tersebuat dibuat untuknya. g. Trapeze bar Adalah alat bantu berbentuk segitiga yang dapat turun dengan aman di atas kepala yang di raih di tempat tidur. Hal ini memungkinkan klien menarik dengan ekstremitas atasnya untuk meraih bagian bawah tempat tidur, membantu memindahkan dari tempat tidur ke kursi roda, atau melakukan latihan dengan lengan atas. h. Restrain Adalah alat bantu yang digunakan untuk imobilisasi, terutama pada klien bingung atau disorientasi. Jaket restrain umum yang digunakan adalah jaket posey. Ketika memakaikan jaket pada klien, perawat menyusun satu sisi di atas sisi lain menyilang di punggung klien. tali diletakkan di bawah ikatan jaket dan diikatkan ke pinggir tempat tidur, kursi, atau kursi roda. i. Papan tempat tidur adalah papan tripleks yang ditempatkan di bawah keseluruhan matras. Papan ini berguna untusk meningkatkan sokongan dan kesejajaran punggung, khususnya matras lunak. 2. Macam-macam posisi pasien a. Posisi Fowler (Setengah Duduk) 1) Pengertian Posisi fowler adalah posisi setengah duduk atau duduk, dimana bagian kepala tempat tidur lebih tinggi atau dinaikkan. Posisi ini dilakukan untuk mempertahankan kenyamanan dan memfasilitasi fungsi pernapasan pasien. 2) Tujuan a) Mengurangi komplikasi akibat immobilisasi b) Meningkatkan rasa nyaman c) Meningkatkan dorongan pada diafragma sehingga meningkatnya ekspansi dada dan ventilasi paru d) Mengurangi kemungkinan tekanan pada tubuh akibat posisi yang menetap 3) Indikasi : Pada pasien yang mengalami gangguan pernapasan dan masalah jantung. b. Posisi sim’s 1) Pengertian Posisi sim adalah posisi miring kekanan atau miring kekiri. Posisi ini dilakukan untuk memberi kenyamanan dan memberikan obat per anus (supositirial). 2) Tujuan a) Meningkatkan drainage dari lumut pasien dan mencegah aspirasi. b) Mengurangi penekanan pada tulang sacrum dan trochanter mayor otot pinggang. 3) Indikasi Untuk pasien yang mengalami gangguan rasa nyaman dan pada pasien pemberian obat per anus c. Posisi Trendelenburg 1) Pengertian Pada posisi ini pasien berbaring di tempat tidur dengan bagian kepala lebih rendah daripada bagian kaki. Posisi ini dilakukan untuk melancarkan peredaran darah ke otak. 2) Tujuan a) Pasien dengan pembedahan pada daerah perut. b) Pasien shock. c) Pasien hipotensi. 3) Indikasi : Pada pasien shock dan hipertensi, d. Posisi Dorsal Recumbent 1) Pengertian Pada posisi ini pasien berbaring telentang dengan kedua lutut fleksi (ditarik atau direnggangkan) di atas tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk merawat dan memeriksa serta pada proses persalinan. 2) Tujuan Meningkatkan kenyamanan pasien, terutama dengan ketegangan punggung belakang. 3) Indikasi : Pada pasien persalinan dan pada psien pemeriksanan genetalia e. Posisi Lithotomi (Dorsal Sakral) 1) Pengertian Pada posisi ini pasien berbaring telentang dengan mengangkat kedua kaki dan menariknya ke atas bagian perut. Posisi ini dilakukan untuk memeriksa genitalia pada proses persalinan, dan memasang alat kontrasepsi. 2) Tujuan a) Memudahkan pemeriksaan daerah rongga panggul, misal vaginal taucher, pemeriksaan rectum, dan sistoscopy. b) Memudahkan pelaksanaan proses persalinan, operasi ambeien, pemasangan alat intra uterine devices (IUD), dan lain-lain. 3) Indikasi : a) Pada pasien pemeriksaan genekologis. b) Untuk menegakkan diagnose atau memberikan pengobatan terhadap penyakit pada uretra, rectum, vagina dan kandung kemih. f. Posisi Genu pectrocal (Knee Chest) 1) Pengertian Pada posisi ini pasien menungging dengan kedua kaki di tekuk dan dada menempel pada bagian alas tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk memeriksa daerah rektum dan sigmoid. 2) Tujuan : Memudahkan pemeriksaan daerah rektum, sigmoid, dan vagina. 3) Indikasi : a) Pasien hemorrhoid b) Pemeriksaan dan pengobatan daerah rectum, sigmoid dan vagina. g. Posisi orthopeneic 1) Pengertian Adalah posisi duduk dengan menyandarkan kepala pada penampang yang sejajar dada, seerti pada meja 2) Tujuan : Memudahkan ekspansi paru untuk pasien dengan kesulitan bernafas yang ekstrim dan tidak bisa tidur terlentang atau posisi kepala hanya bisa pada elevasi sedang 3) Indikasi : Pasien dengan sesak berat dan tidak bias tidur terlentang. h. Supinasi 1) Pengertian Adalah posisi telentang dengan pasien menyadarkan punggungnya agar dasar tubuh sama dengan kesejajaran berdiri yang baik 2) Tujuan : Meningkatkan kenyamanan pasien dan memfasilitasi penyembuhan terutama pada pasien pembedahan atau dalam proses anestesi tertentu. 3) Indikasi : a) Pasien dengan tindakan post anestesi atau pembedahan tertentu (misalnya anestesi spinal) b) Pasien dengan kondisi yang sangat lemah atau koma. i. Posisi pronasi (tengkurap) 1) Pengertian Adalah pasien tidur dalam posisi telungkup Berbaring dengan wajah menghadap ke bantal 2) Tujuan a) Memberikan ekstensi maksimal pada sendi lutut dan pinggang b) Mencegah fleksi dan kontraktor pada pinggang dan lutut 3) Indikasi : a) Pasien yang menjalani bedah mulut atau kerongkongan b) Pasien dengan pemeriksaan pada daerahh bokong atau punggung) j. Posisi lateral (miring) 1) Pengertian : Posisi miring dimana pasien bersandar kesamping dengan sebagian besar berat tubuh berada pada pinggul dan bahu. 2) Tujuan a) Mempertahankan body aligement b) Mengurangi komplikasi akibat immobilisasi c) Meningkankan rasa nyaman d) Mengurangi kemungkinan tekanan yang menetap pada tubuh akibat posisi yang menetap 3) Indikasi : a) Pasien yang ingin istirahat b) Pasien yang ingin tidur c) Pasien dengan posisi Fowler atau dorsal recumbent dalam waktu yang lama. 2. Teknik memindahkan Perawat biasa memberi perawatan pada klien imobilisasi yang harus diubah posisi, dipindahkan dari tempat tidur dan harus dipindahkan dari tempat tidur ke kursi atau ke brankar. Mekanika tubuh yang sesuai memungkinkan perawat untuk menggerakkan, mengangkat, atau memindahkan klien dengan aman dan juga melindungi perawat dari cedera system musculoskeletal. Meskipun perawat menggunakan berbagai teknik memindahkan, berikut ini merupakan petunjuk umum yang harus diikuti saat memindahkan pada setiap prosedur pemindahan: a. Naikkan sisi bergerak pada sisi tempat tidur pada posisi berlawanan dengan perawat untuk mencegah klien jatuh dari tempat tidur. b. Tinggikan tempat tidur pada ketinggian yang nyaman. c. Kaji mobilisasi dan kekuatan klien untuk menentukan bantuan klien yang dapat digunakan saat memindahkan. d. Tentukan kebutuhan akan bantuan. e. Jelaskan prosedur dan gambarkan apa yang diharapkan dari klien. f. Kaji kesejajaran tubuh yang benar dan area tekanan setelah setiap kali memindahkan. 1. Memindahkan klien Klien membutuhkan tingkat bantuan yang bervariasi untuk mengangkat dari tempat tidur, menggerakkan ke posisi miring, atau duduk di sisi tempat tidur. Contoh, wanita muda dan sehat membutuhkan sedikit dukungan untuk duduk pertama kali di sisi tempat tidur setelah melahirkan, sedangkan laki tua mungkin membutuhkan bantuan satu atau lebih perawat untuk melakukan hal yang sama 1 hari setelah appendiktomi. Untuk menentukan apakah klien mampu melakukan sendiri dan berapa banyak orang yang dibutuhkan untuk membantu dan mengangkat klien di atas tempat tidur, perawat mengkaji klien untuk menentukan apakah penyakit klien ada kontraindikasi dalam pengerahan tenaga (seperti kardiovaskular). Kemudian, perawat menentukan apakah klien memahami apa yang di harapkan. Contohnya, klien yang baru saja mendapatkan pengobatan nyeri pascaoperasi mungkin terlalu lesu untuk mengerti instruksi, sehingga untuk menjamin keamanan, dibutuhkan dua perawat untuk menggerakkan klien. 2. Memindahkan klien dari tempat tidur ke kursi Memindahkan klien dari tempat tidur ke kursi oleh perawat membutuhkan bantuan klien dan tidak dilakukan pada klien yang tidak dapat membantu. Perawat menjelaskan prosedur pada klien sebelum pemindahan. Lingkungan juga dipersiapkan dengan memindahkan penghalang jalan. Kursi ditempatkan dekat tempat tidur dengan punggung kursi sejajar dengan bagian kepala tempat tidur. Penempatan kursi memungkinkan perawat berputar dengan klien dan memindahkan berat badan klien dengan cepat. 3. Memindahkan klien dari tempat tidur ke branker Klien imobilisasi yang dipindahkan dari tempat tidur ke brankar atau dari tempat tidur harus membutuhkan tiga orang pengangkat. Teknik ini bagus dilakukan jika orang-orang yang memindahkan mempunyai kesamaan tinggi. Jika pusat gravitasi mereka sama, mereka mengangkat sebagai satu tim. Cara lain memindahkan klien adalah dengan menggunakan kain pengangkat yang ditempatkan di bawah klien. kain pengangkat berguna sebagai “ayunan” ketika klien dipindahkan’ ke brankar. Pada teknik ini, perawat perlu berada di sisi berlawanan dari tempat tidur dan berpegang pada kain pengangkat ketika memindahkan klien ke brankar. Brankar dan tempat tidur ditempatkan berdampingan sehingga klien dapat dipindahkan dengan cepat dan mudah dengan menggunakan kain pengangkat. 4. Menggunakan alat bantu berjalan (Mechanical Aids) a. Tongkat (Canes) 1) Pengertian Tongkat adalah alat yang ringan, mudah dipindahkan setinggi pinggang, terbuat dari kayu atau logam. 2 tipe tongkat secara umum : tongkat berkaki panjang lurus (Singles straight legged) dan tongkat berkaki segiempat (Quad cane) 2) Tujuan a) Digunakan untuk sokongan dan keseimbangan pasien yang kekuatan kakinya menurun. b) Memberikan sokongan yang terbesar pada kaki yang mengalami sebagian atau keseluruhan paralisis atau hemiplegia. 3) Indikasi a) Pasien dengan kelemahan ektremitas bawah. b) Pasien paralisis atau hemiplegia b. Walker 1) Pengertian : suatu alat bantu mekanik setinggi pinggang, mterdiri dari 4 kaku untuk memindahkan pasien yang lebih banyak membutuhkan dukungan dari pada tongkat, mudah dipindahkan dan terbuat dari pipa logam. 2) Tujuan : untuk ambulasi (berjalan) pasien yang sangat lemah dan tidak stabil 3) Indikasi a) Pasien lemah dan tidak stabil dalam bergerak/berjalan b) Pasien yang mempunyai kekuatan otot lengan yang baik dan terkoordinasi. c. Kruk (Crutches) 1) Pengertian : alat bantu untuk mobilisasi yang terbuat dari kayu atau logam dimana penggunaannya dapat sementara (kerusakan ligament di lutut) atau permanen (pasien paralisis ektremitas bawah). 2) Tujuan : Meningkatkan kemampuan mobilisasi 3) Indikasi a) Pasien dengan kerusakan ligament di lutut atau tumit b) Pasien paralisis ektremitas bawah. A.2 Keseimbangan tubuh Kesejajaran tubuh menunjang keseimbangan tubuh. Tanpa keseimbangan ini, pusat gravitasi akan berubah, menyebabkan peningkatan gaya gravitasi, sehingga menyebabkan risiko jatuh dan cedera. Keseimbangan tubuh diperoleh jika dasar penopang luas, pusat gravitasi berada pada dasar penopang, dan garis vertikal dapat ditarik dari pusat gravitasi ke dasar penopang, keseimbangan tubuh juga dapat ditingkatkan dengan postur dan merendahkan pusat gravitasi, yang dapat dicapai dengan posisi jongkok. Semakin sejajar postur tubuh, semakin besar keseimbangannya (Perry dan Potter, 1994). Keseimbangan diperlukan untuk mempertahankan posisi, memperoleh kestabilan selama bergerak dari satu posisi ke posisi lain, melakukan aktivitas hidup sehari-hari, dan bergerak bebas di komunitas. Kemampuan untuk mencapai keseimbangan dipenagruhi oleh : 1. Penyakit 2. Gaya berjalan yang tudak stabil pada toddler 3. Kehamilan 4. Meditasi dan 5. Proses menua. Gangguan pada kemampuan ini merupakan ancaman untuk keselamatan fisik dan dapat menyebabkan ketakutan terhadap keselamatan seseorang dan membatasi diri dalam beraktivitas (Berg et al, 1992). A.3 Koordinasi Gerakan Tubuh Berat adalah gaya pada tubuh yang digunakan terhadap gravitasi. Ketika suatu objek diangkat, pengangkat harus menguasai berat objek dan mengetahui pusat gravitasi. Pada objek yang simetri pusat gravitasi berada tepat pada pusat objek. Karena manusia tidak mempunyai bentuk geosimetris yang sempurna, maka pusat gravitasinya biasa berada pada 55% sampai 57% tinggi badannya ketika berdiri dan berada di tengah. Gaya berat selalu mengarah ke bawah, hal ini menjadi alasan mengapa objek yang tidak seimbang itu jatuh. Klien yang tidak stabil itu jatuh karena pusat gravitasinya tidak seimbang, gaya gravitasi berat mereka yang akhirnya menyebabkan mereka jatuh. Oleh karena itu, perawat perlu mengatur irtervensi keperawatan yang melindungi pasien dari jatuh dan menjamin keselamatannya. Friksi adalah gaya yang muncul dengan arah gerakan yang berlawanan dengan gerakan benda. Jika perawat bergerak, berpindah, atau menggerakkan pasien di atas tempat tidur maka akan terjadi friksi. Perawat dapat mengurangi friksi dengan mengikuti beberapa prinsip dasar. Semakin besar area permukaan suatu objek yang bergerak, semakin besar friksi. Jika pasien tidak mampu pindah sendiri di tempat tidur maka lengan pasien diletakkan menyelang di dada. Hal ini meminimalkan permukaan tubuh dan mengurangi friksi. Klien pasif atau immobilisasi akan menghasilkan friksi yang lebih besar untuk bergerak, kemudian, bila memungkinkan, perawat menggunakan kekuatan dan gerakan klien saat mengangkat, memindahkan, atau menggerakkan pasien di atas tempat tidur. Hal ini dilakukan dengan penjelasan tentang prosedur dan memberitahu pasine ketika klien akan bergerak. Hasilnya harus menjadi gerakan sinkron yang mana pasien dapat berpatisipasi dan friksi dapat dikurangi. Friksi dapat juga dikurangi dengan mengangkat bukan mendorong pasien. Mengangkat merupakan kompenen gerakan ke atas dan mengurangi tekanan antara klien dan tempat tidur atau kursi. Referensi : Kozier, B., Erb, G., Berman A., Snyder S. 2004. Buku Ajar Keperawatan Klinis Eds 5. Jakarta : EGC Alimul Hidayat, A. Aziz. 2006. Keterampilan Dasar Praktik Klinis Kebidanan Eds 2. Jakarta : Salemba Medika http://www.scribd.com/doc/41821769/Bahan-Praktek di akses tanggal 13 Maret 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar