Sabtu, 31 Maret 2012

Proses osifikasi, faktor pertumbuhan tulang & suplai darah pd tulang

A.    Proses osifikasi

    Osifikasi adalah perubahan tulang rawan menjadi tulang keras atau perbaikan tulang yang rusak, proses ini terbentuk di dalam perikondrium. Proses osifikasi di mulai dengan terbentuknya sel-sel osteoblas yang terdapat dalam kartilago sedangkan kartilago tersusun dari sel-sel mesenkim, yakni sel-sel pembentuk tulang.
1.      Pada tahap awal proses osifikasi, osteoblas akan membentuk suatu lapisan kompak sehingga perikondrium berubah menjadi periosteum (selaput tulang keras), setelah osteoblas mengisi jaringan sekelilingnya akan membentuk osteosit (sel-sel tulang).   Bersamaan dengan proses tersebut, pada bagian tulang rawan di daerah diafisis atau pusat batang (pusat osifikasi primer), sel-sel kondrosit membesar akhirnya pecah.
2.      Sel-sel tulang dibentuk secara bertahap dari arah dalam ke arah luar sehingga pembentukannya konsentris. Setiap sel-sel tulang ini melingkari suatu pembuluh darah dan saraf membentuk suatu sistem yang disebut sistem havers. Selain itu disekeliling sel-sel tulang ini terbentuk senyawa protein pembentuk matriks tulang dan akan mengeras karena adanya garam kapur dan garam fosfat. Hal ini mengganggu komponen nutrisi bagi sel-sel kondrosit akhirnya mati.
3.      Perikondrium yang mengelilingi diafisis di pusat osifikasi berubah menjadi periosteum. Lapisan osteogenik didalam membentuk kolar tulang (klavikula), dan kemudian mengelilingi kartilago yang telah terkalsifikasi.
4.      Kondrosit (sel-sel kartilago) yang nutrisinya telah di putuskan oleh kolar akan berdegenerasi dan kehilangan kemampuan untuk mempertahankan matrik kartilago.
5.      Kuncup perioteal mengandung pembuluh darah dan osteoblas yang masuk ke dalam spikula kartilago terkalsifikasi melalui ruang yang di bentuk osteoklas pada kolar tulang.
6.      Jika kuncup periosteal mencapai puncak pertumbuhan akan menyebar dua arah menuju epifisis.
7.      Kemudian tumbuh pusat osifikasi sekunder dalam kartilago epifisis pada kedua ujung tulang panjang.
8.      Semua elongasi tulang yang terjadi selanjutnya adalah hasil dari pembelahan sel-sel kartilago dalam lempeng epifisis.
9.      Saat pertumbuhan seseorang penuh seluruh kartilago dalam lempeng epifisis menjadi tulang dan akan berhenti.

Proses osifikasi dibagi menjadi 2 yaitu:
1.      Osifikasi intramembranosa atau penulangan langsung (osifikasi primer) adalah proses jaringan penyambung padat digantikan oleh simpanan garam-garam kalsium untuk membentuk tulang. Misalnya pada tulang pipih seperti tulang-tulang tengkorak. Penulangan ini secara langsung tidak akan terulang lagi.
2.      Osifikasi endokondral intrakartilaginosa adalah proses tulang rawan digantikan oleh tulang. Misalnya tulang pipa, osifikasi ini hanya akan membuat tulang semakin panjang.


Osifikasi






                  




                                                 Osifikasi tulang

Osifikasi langsung                                           Osifiksi tidak langsung

                        Osteoblas                                                                    Osteoblas

               Osteoid                                                                     Osteoid

                Osteosit      Osteoklas                                             Osteoid     Osteoklas
 

                                (membentuk)                                                              (muncul)
                              Serabut kolagen                                                      Serabut kolagen
                                   
                               Tulang lamellar                                                       Tulang Lamelar






 

                              Tulang asli/sejati                                                       Tulang Rawan
                                                                                                                  
                                                                                               Endokondral                Perikondral
                                                                                                              
                                                                                     Epiifisis          Defisis           SebagianDefisis                                                                          
                                                                               Zona cuping     Detruksi tulang  Detruksi tulang
                                                                                    Osifikasi               Penyingkiran tulang

                                                                                    Rawan                         tulang sejati
                                                               (pembelahan sel dan berkembang)
B.     Factor yang mempengaruhi pertumbuhan tulang
1.      Herediter (genetic)
Tinggi badan anak secara umum bergantung pada orang tua, anak-anak dari orang tua yang tinggi biasanya mempunyai badan yang tinggi juga.
2.      Factor nutrisi
Suplai bahan makanan yang mengandung kalsium, fosfat, protein, vitamin A, C, D penting untuk generasi pertumbuhan tulang serta untuk memelihara rangka yang sehat.
3.      Factor endokrin
a.       Hormone paratiroid (PTH) satu sama lain saling berlawanan dalam memelihara kadar kalsium darah. Sekresi PTH terjadi dengan cara:
1)      Merangsang osteoklas, reapsobsi tulang dan melepas kalsium ke dalam darah.
2)      Merangsang absorbsi kalsium dan fosfat dari usus.
3)      Meresorbsi kalsium dari tubulus renalis.
b.      Tirokalsitonin, hormone yang dihasilkan dari sel-sel parafolikuler dari kelenjar tiroid, cara kerjanya menghambat resorbsi tulang.
c.       Hormone pertumbuhan yang di hasilkan hipofise anterior penting untuk proliferasi (bertambah banyak) secara normal dari rawan epifisealis untuk memelihara tinggi badan yang normal dari seseorang.
d.      Tiroksi bertanggung jawab untuk pertumbuhan tulang yang layak, remodeling tulang dan kematangan tulang.
4.      Factor persyarafan
Gangguan suplai persyarafan mengakibatkan penipisan tulang seperti yang terlihat pada kelainan poliomyelitis.
a.       Factor mekanis
Kekuatan dan arah dari tuberkula tulang ditentukan oleh gaya-gaya mekanis yang bekerja padanya.
b.      Penyakit
Penyakit mempunyai pengaruh yang kurang baik terhadap pertumbuhan tulang. 


C.  Suplai Darah pada Tulang
1.      Tulang-tulang panjang
a.       Arteri nutrisia : arteri tunggal yang berbelok-belok masuk foramen nutrisia oblik ke atas atau ke bawah menuju ke arah yang berlawwanan untuk pertumbuhan tulang, satu arteri disertai dengan 1-2 buah vena selama dalam korteks arteri memberikan cabang-cabang menuju kanalis havers.
b.      Arteri periosteale : arteri kecil yang menyuplai perousteum berjalan sepanjang perlengketan otot.
c.       Arteri metapisiale : rangkaian yang membentuk anastomosis di sekeliling sendi yang di sebut sirkulus vaskulosus, cabangnya masuk melalui foramina vaskularis tempat keluarnya vena-vena epifise.
2.      Tulang-tulang gepeng. Arteri epifisiale sebuah arteri nutrisia tunggal dan bercabang-cabang, sejumlah cabang menyuplai substansia spongeosa dalam substansia kompakta tulang.
3.      Tulang-tulang iga. Arteri nutrisia memasuki tulang distalis dari tuberkulum kosta dan membagi diri menjadi cabang-cabang anterior longus dan posterior brevis yang menyuplai seluruh bagian tulang iga.
4.      Tulang-tulang vertebrae. Terdapat 2 arteri yang besar memasuki permukaan posterior korpus vertebrae. Arkus neuralis disuplai oleh pembuluh darah yang memasuki prosesus transversus, bercabang menuju prosesus spinosus foramina ke vena vertebralis pada permukaan posterior korpus vertebrae.

Kata-Kata Istilah
Perikondrium  : Lapisan dan membran jaringan penyambung fibrosa irregular yang mengitari kartilago hialin dan elastik.
Osteoblas        : Sel pembentuk tulang yang berasal dari mesenkim embrionik, dan selama perkembangan awal tulang rangka, osteoblas berdiferensiasi dari fibroblast yang berfungsi dalam proses pembentukan jaringan tulang.
Kartilago         : Jaringan ikat penyokong yang padat dan non-vaskular yang tersusun atas kondrosit dan bermacam-macam serat atau zat dasar.
Mesenkim       : Sel pembentuk tulang.

Rabu, 28 Maret 2012

Mekanika tubuh

I. Mekanika Tubuh (Body Mechanic) A. Definisi Mekanika tubuh adalah istilah yang digunakan dalam menjelaskan penggunaan tubuh yang aman, efisien, dan terkoordinasi untuk menggerakkan objek dan melakukan aktifitas hidup sehari-hari (Kozier, B., Erb, G., Berman A., Snyder S. 2004 p.216) Mekanika tubuh merupakan usaha koordinasi dari muskuloskeletal dan sistem saraf untuk mempertahankan keseimbangan dengan tepat. Pada dasarnya, mekanika tubuh adalah cara menggunakan tubuh secara efisien, yaitu tidak banyak mengeluarkan tenaga, berkoordinasi serta aman dalam mengerakkan dan mempertahankan keseimbangan selama beraktivitas (Alimul A. Aziz.2006. p.96) Mekanika tubuh meliputi 3 elemen dasar yaitu : 1. Body Aligment (postur tubuh) 2. Balance/Keseimbangan 3. Koordinated body movement (gerakan tubuh yang terkoordinir) B. Tujuan Tujuan utama mekanika tubuh yaitu menfasilitasi penggunaan kelompok otot yang tepat secara aman dan efisien guna menjaga keseimbangan, mengurangi energi yang digunakan, menurunkan keletihan dan menurunkan resiko cedera. Mekanika tubuh yang baik sangat penting untuk pasien dan perawat. Cedera punggung terjadi hingga 38% dari semua perawat (American Nurses Assosiasion, 2000. Dalam buku Kozier, B., Erb, G., Berman A., Snyder S. 2004 p.216) Penggunaan mekanika tubuh secara benar dapat meningkatkan fungsi tubuh terhadap susunan muskuloskeletal, mengurangi energy yang di keluarkan, dan mengurangi kelelahan. Kebutuhan bergerak sangat dibutuhkan karena pergerakan dapat memenuhi kebutuhan dasar manusia dan melindungi diri dari kecelakaan, seperti jatuh (Alimul A. Aziz.2006. p.96). Menurut Alimul A. Aziz.(2006) Tujuan mekanika tubuh adalah sebagai berikut : 1. Menentukan perubahan fisiologis normal pada kesejajaran tubuh akibat pertumbuhan dan perkembangan. 2. Mengidentifikasi penyimpangan kesejajaran tubuh yang disebabkan postur yang buruk. 3. Memberi kesempatan pasien untuk mengobservasi posturnya. 4. Mengidentifikasi kebutuhan belajar pasien untuk mempertahankan kesejajaran tubuh yang benar. 5. Mengidentifikasi trauma, kerusakan otot atau disfungsi saraf. 6. Memperoleh informasi mengenai faktor-faktor lain yang memengaruhi kesejajaran yang buruk, seperti kelelahan, malnutrisi dan masalah psikologis. Indikasi : pasien yang mengalami gangguan fungsi sistem muskuloskeletal, saraf atau otot dan pasien yang mengalami kelemahan serta kekakuan. C. Prinsip Mekanika Tubuh Berdasarkan Alimul A. Aziz. (2006. p.96) Prinsip yang digunakan dalam mekanika tubuh adalah sebagai berikut : 1. Gravitasi. Merupakan prinsip yang pertama yang harus diperhatikan dalam melakukan mekanika tubuh dengan benar, yaitu memandang gravitasi sebagai sumbu dalam pergerakan tubuh. Terdapat tiga faktor yang perlu diperhatikan dalam gravitasi : a. Pusat gravitasi (center of gravity), titik yang berada di pertengahan tubuh. b. Garis gravitasi (line of gravity), merupakan garis imajiner vertikal melalui pusat gravitasi. c. Dasar dari tumpuan (base of support), merupakan dasar tempat seseorang dalam posisi istirahat untuk menopang/menahan tubuh. 2. Keseimbangan. Keseimbangan dalam penggunaan mekanika tubuh dicapai dengan cara mempertahankan posisi garis gravitasi di antara pusat gravitasi dan dasar tumpuan. 3. Berat. Dalam menggunakan mekanika tubuh, yang sangat diperhatikan adalah berat atau bobot benda yang akan di angkat karena berat benda tersebut akan memengaruhi mekanika tubuh. D. Pergerakan Dasar Dalam Mekanika Tubuh Mekanika tubuh dan ambulasi merupakan bagian dari kebutuhan aktivitas manusia. Menurut Alimul A. Aziz. (2006 p.96) Sebelum melakukan mekanika tubuh, terdapat beberapa pergerakan dasar yang harus diperhatikan, di antaranya : 1. Gerakan (ambulating) Gerakan yang benar dapat membantu dalam mempertahankan keseimbangan tubuh. Sebagai contoh, keseimbangan pada saat orang berdiri dan saat orang berjalan akan berbeda. Orang yang berdiri akan lebih mudah stabil dibandingkan dengan orang yang berjalan karena pada saat berjalan terjadi perpindahan dasar tumpuan dari sisi satu dan pusat gravitasi selalu berubah pada posisi kaki. pada saat berjalan terdapat dua fase, yaitu fase menahan berat dan fase mengayun, yang kan menghasilkan gerakan halus dan berirama. 2. Menahan (squatting) Dalam melakukan pergantian, posisi menahan selalu berubah. Sebagai contoh, posisi orang yang duduk akan berbeda dengan orang yang jongkok, dan tentunya berbeda dengan posisi membungkuk. Gravitasi adalah hal yang perlu diperhatikan untuk memberikan posisi yang tepat dalam menahan. Dalam menahan, sangat diperlukan dasar tumpuan yang tepat untuk mencegah kelainan tubuh dan memudahkan gerakan yang akan dilakukan. 3. Menarik (pulling) Menarik dengan benar akan memudahkan dalam memindahkan benda. Terdapat beberapa hal yang diperhatikan sebelum menarik benda, diantaranya : a. Ketinggian. b. Letak benda (sebaiknya berada didepan orang yang akan menarik). c. Posisi kaki dan tubuh dalam menarik (seperti condong kedepan dari panggul). d. Sodorkan telapak tangan dan lengan atas dibawah pusat gravitasi pasien. e. Lengan atas dan siku diletakkan pada permukaan tempat tidur, serta pinggul, lutut dan pergelangan kaki ditekuk. 4. Mengangkat (lifting) Mengangkat merupakan cara pergerakan dengan menggunakan daya tarik ke atas. Ketika melakukan pergerakan ini, gunakan otot-otot besar dari tumit, paha bagian atas, kaki bagian bawah, perut, dan pinggul untuk mengurangi rasa sakit pada daerah tubuh bagian belakang (Alimul Hidayat, A. Aziz.2006. p.97). 5. Memutar (pivoting) Memutar merupakan gerakan untuk berputarnya anggota tubuh dengan bertumpu pada tulang belakang. Gerakan memutar yang baik adalah dengan memerhatikan ketiga unsure gravitasi dalam pergerakan agar tidak memberi pengaruh buruk pada postur tubuh (Alimul Hidayat, A. Aziz.2006. p.97). E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mekanika Tubuh Adapun menurut Alimul A. Aziz. (2006 p.97) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi mekanika tubuh adalah : 1. Status kesehatan Perubahan status kesehatan dapat memengaruhi sistem muskuloskeletal dan sistem saraf berupa penurunan koordinasi. Perubahan tersebut dapat disebabkan oleh penyakit, berkurangnya kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari, dan lain-lain. 2. Nutrisi Salah satu fungsi nutrisi bagi tubuh adalah membantu proses pertumbuhan tulang dan perbaikan sel. Kekurangan nutrisi bagi tubuh dapat menyebabkann kelemahan otot dan memudahkan terjadinya penyakit. Sebagai contoh : tubuh yang kekurangan kalsium akan lebih mudah mengalami fraktur. 3. Emosi Kondisi psikologis memengaruhi perubahan dalam perilaku indivisu sehingga dapat menjadi penyebab menurunnya kemampuan mekanika tubuh dan ambulasi yang baik. Seseorang yang mengalami perasaan tidak aman, tidak bersemangat, dan harga diri yang rendah, akan mudah mengalami perubahan dalam mekanika tubuh dan ambulasi. 4. Situasi dan kebiasaan Situasi dan kebiasaan yang dilakukan seseorang, misalnya sering mengangkat benda-benda berat akan menyebabkan perubahan mekanika tubuh dan ambulasi. 5. Gaya hidup Perubahan pola hidup seseorang dapat menyebabkan stres dan kemungkinan besar akan menimbulkan kecerobohan dan beraktivitas, sehingga dapat menganggu koordinasi antara sistem muskuloskeletal dan saraf. Hal tersebut pada akhirnya akan mengakibatkan perubahan mekanika tubuh. 6. Pengetahuan Pengetahuan yang baik terhadap mekanika tubuh akan mendorong seseorang untuk menggunakannya secara benar, sehingga akan mengurangi energi yang telah dikeluarkan. Sebaliknya, pengetahuan yang kurang memadai dalam penggunaan mekanika tubuh akan menjadikan seseorang berisiko mengalami gangguan koordinasi system musculoskeletal dan saraf. F. Dampak mekanika tubuh Penggunaan mekanika tubuh secara benar dapat mengurangi pengeluaran energi secara berlebihan. Menurut Alimul Hidayat, A. Aziz (2006. p.98) kesalahan dalam penggunaan mekanika tubuh dapat menimbulkan dampak sebagi berikut : 1. Terjadi ketegangan sehingga memudahkan timbulnya kelelahan dan gangguan dalam system musculoskeletal. 2. Risiko terjadinya kecelakaan pada sistem muskuloskeletal. Apabila seseorang salah dalam berjongkok atau berdiri, maka akan memudahkan terjadinya gangguan dalam struktur muskuloskeletal. Misalnya kelainan pada tulang vertebrata. A.1 Kesejajaran Tubuh (Body Aligment) Kesejajaran tubuh dan postur merupakan istilah yang sama, dan mengacu pada posisi sendi, tendon, ligamen, dan otot selama berdiri, duduk dan berbaring. Kesejajaran tubuh yang benar mengurangi ketegangan pada struktur muskulosmkeletal, mempertahankan tonus otot secara adekuat, dan menunjang keseimbangan. Pengkajian kesejajaran tubuh dapat dilakukan pada klien yang berdiri, duduk, atau berbaring. Berdiri. Perawat harus memfokuskan pengkajian kesejajaran tubuh pada klien yang berdiri sesuai hal-hal berikut : a. Kepala tegak dan midline b. Ketika dilihat dari arah posterior, bahu dan pinggul lurus dan sejajar. c. Ketika dilihat dari posterior, tulang belakang lurus. d. Ketika klien dilihat dari arah lateral, kepala tegak dan garis tulang belakang di garis dalam pola S terbalik. Tulang belakang servikal pada arah anterior adalah cembung, dan tulang belakang lumbal pada arah anterior adalah cembung. e. Lengan klien nyaman disamping. f. Kaki ditempatkan sedikit berjauhan untuk mendapatkan dasar penopang dan jari-jari menghadap ke depan. Duduk. Perawat mengkaji kesejajaran pada klien yang duduk dengan menobservasi hal-hal sebagai berikut : a. Kepela tegak, leher dan tulang belakang berada pada kesejajaran yang lurus. b. Berat badan terbagi rata pada bokong dan paha. c. Paha sejajar dan berada pada potongan horizontal. d. Kedua kaki ditopang di lantai. Pada klien pendek tinggi, alat bantu kaki digunakan dan pergelangan kaki menjadi fleksi dengan nyaman. e. Jarak 2-4 cm dipertahankan antara sudut tempat duduk dan ruang popliteal pada permukaan lutut bagian posterior. f. Lengan bawah klien ditopang pada pegangan tangan, di pangkuan atau di atas meja depan kursi. Berbaring. Pada orang sadar mempunyai kontrol otot volunter dan persepsi normal terhadap tekanan. Sehingga mereka biasa merasakan posisi nyaman ketika berbaring. Pemgkajian kesejajaran tubuh ketika berbaring membutuhkan posisi lateral pada klien dengan menggunakan satu bantal, dan semua penopangnya di angkat dari tempat tidur. Tubuh harus ditopang oleh matras yang adekuat. Tulang belakang harus berada dalam kesejajaran lurus tanpa ada lekungan yang terlihat. 1. Teknik mengangkat kebanyakan cedera punggung yang terjadi adalah ketegangan pada kelompok otot lumbar termasuk otot di sekitar vertebra lumbar (Owen dan Garg, 1991). Cedera otot di area ini berpengaruh pada kemampuan membungkuk ke depan, ke belakang, ke samping. Selain itu kemampuan memutar pinggul dan punggung bagian bawah menurun. Perawat beresiko mengalami cedera otot lumbal ketika mengangkat, memindahkan, atau mengubah posisi klien imobilisasi. Sebelum mengangkat, perawat harus mengkaji kemampuan mengangkat klien atau objek yang akan diangkat dengan menentukan kriteria dasar cara mengangkat sebagai berikut ini: a. Posisi beban. Beban yang akan di angkat berada sedekat mungkin dengan pengangkat. Posisikan objek pada keadaan seperti di atas ketika perawat menggunakan gaya mengangkat dikarenakan objek berada dalam potongan sama (Stamps,1989) b. Tinggi objek Tinggi yang paling baik untuk mengangkat vertical adalah sedikit di atas jari tengah seseorang dengan lengan tergantung di samping (Owen & Garg, 1991) c. Posisi tubuh Ketika posisi tubuh pengangkat bervariasi dengan tugas mengangkat yang berbeda, maka petunjuk umum berikut mampu di pakai untuk sebagian besar keadaan. Tubuh diposisikan dengan batang tubuh tegak sehingga kelompok otot-otot multiple bekerja sama dengan cara yang sinkron. d. Berat maksimum. Setiap perawat harus mengetahui berat maksimun yang aman untuk diangkat-aman bagi perawat dan klien. Objek yang terlalu berat adalah jika beratnya sama dengan atau lebih dari 35% berat badan orang yang mengangkat. Oleh karena itu, perawat yang beratnya 59,1 kg tidak mencoba mengangkat klien imobilisasi yang beratnya 45,5 kg. meskipun nampaknya perawat mungkin mampu melakukannya, hal ini akan beresiko klien jatuh ayau menyebabkan cedera punggung perawat. Tekhnik mengangkat langkah rasional Kaji berat posisi, tinggi objek, posisi tubuh, dan berat maksimum. Menentukan apakah anda dapat melakukannya sendiri atau membutuhkan bantuan (Stamps, 1989). Angkat objek dengan benar dari bawah pusat gravitasi: Dekatkan pada objek yang akan dipindahkan. Perbesar dasar dukungan anda dengan menempatkan kedua kaki agak sedikit terbuka. Turunkan pusat gravitasi anda ke objek yang akan diangkat. Pertahankan kesejajaran yang tepat pada kepala dan leher dengan vertebrae, jaga tubuh tetap tegak. Memindahkan pusat gravitasi lebih dekat ke objek. Mempertahankan keseimbangan tubuh lebih baik, sehingga mengurangi resiko jatuh. Meningkatkan keseimbangan tubuh dan memungkinkan kelompok otot-otot bekerja sama dengan cara yang sinkron. Mengurangi resiko cedera vertebar lumbar dan kelompok otot (Owen dan Garg,1991). Angkat objek dengan benar dari atas pusat gravitasi tempat tidur: Gunakan alat melangkah yang aman dan stabil. Jangan berdiri di atas tangga teratas. Berdiri sedekat mungkin ke tempat tidur. Pindahkan berat objek dari tempat tidur dengan cepat pada lengan dan di atas dasar dukungan. Mencapai pusat gravitasi lebih dekat ke objek. Meningkatkan keseimbangan tubuh selama mengangkat. Mengurangi bahaya jatuh dengan Memindahkan objek yang di angkat dengan pusat gravitasi di atas dasar dukungan Mengangkat objek dari tempat tidur tinggi meningkatkan resiko karena lebih sulit mempertahankan keseimbangan tubuh. Untuk meraih objek yang berada di atas kepala, orang sering berdiri berjinjit dengan kakinya bersamaan sehingga menurunkan dasar topangan, menaikkan pusat gravitasi dan pada akhirnya menurunkan keseimbangan mereka. 1. Teknik mengubah posisi Klien yang mengalami gangguan fungsi system skeletal, saraf atau otot dan peningkatan kelemahan serta kekakuan biasanya membutuhkan bantuan perawat untuk memperoleh kesejajaran tubuh yang tepat ketika selama berada di tempat tidur atau duduk. Banyak alat bantu dapat dipakai perawat untuk mempertahankan kesejajaran tubuh klien yang baik selama diposisikan. a. Bantal Bantal siap dipakai di rumah sakit juga fasilitas perawatan yang diberikan. Padahal ketika klien di rumah, persediaan terbatas. Sebelum menggunakan sebuah bantal, perawat harus menentukan apakah ukurannya tepat. Bantal tebal di bawah kepala klien meningkatkan fleksi servikal. Bantal tipis di bawah bagian tubuh yang menonjol tidak adekuat melindungi kulit dan jaringan dari kerusakan akibat tekanan. Ketika bantal tambahan tidak dapat dipakai atau ukurannya tidak tepat perawat dapat melipat seprai, selimut atau handuk sebagai ganti bantal. b. Papan kaki (footboard) Papan kaki diletakkan tegak lurus dengan matras, sejajar dan menyentuh permukaan bawah kaki klien. Papan kaki mencegah footdrop dengan mempertahankan kaki dalam posisi dorsifleksi. Setelah menempatkan di atas tempat tidur, perawat perlu menentukan apakah penempatannya benar, dengan kaki klien berada di papan dengan pas. Posey footguard merupakan alat bantu yang menggunakan struktur busa untuk mempertahankan posisi kaki klien dorsifleksi. Cara lain yang umum adalah menggunakan teknik high-top tennis shoes. c. Trochanter roll Mencegah rotasi luar pada tungkai ketika klien berada posisi supine. Untuk membentuk trochanter roll, selimut mandi katun dilipat panjang kain untuk lebar yang akan melebar dari tronchanter femur terbesar sampai batas bawah popliteal. Selimut diletakkan di bawah bokong dan kemudian digulung berlawanan dengan jarum jam sampai paha berada posisi netral atau rotasi dalam. Jika kesejajaran pinggul yang tepat tercapai, maka patella langsung menghadap ke atas. d. Bantal pasir (sandbags) Adalah tabung-tabung plastik berisi pasir yang dapat membentuk sesuai bentuk tubuh. Sandbag dapat digunakan ditempatnya atau sebagai tambahan untuk trochanter roll. Alat-alat tersebut mengimobilisasi ekstermitas atau mempertahankan kesejajaran tubuh. e. Gulungan tangan (hand rolls) Mempertahankan ibu jari sedikit adduksi dan berada berlawanan dengan jari-jari. Hand roll mempertahankan tangan, ibu jari, dan jari-jari dalam posisi fungsional. Perawat mengevaluasi hand rolls untuk meyakinkan bahwa tangan benar-benar berada dalam fungsi fungsional. f. Pembebat pergelangan tangan (hand wrist splints) Adalah pembentuk individual bagi klien untuk mempertahankan kesejajaran ibu jari yang tepat (sedikit adduksi) dan pergelangan tangan (sedikit dorsifleksi). Pembebat ini hanya digunakan oleh klien dimana pembebat tersebuat dibuat untuknya. g. Trapeze bar Adalah alat bantu berbentuk segitiga yang dapat turun dengan aman di atas kepala yang di raih di tempat tidur. Hal ini memungkinkan klien menarik dengan ekstremitas atasnya untuk meraih bagian bawah tempat tidur, membantu memindahkan dari tempat tidur ke kursi roda, atau melakukan latihan dengan lengan atas. h. Restrain Adalah alat bantu yang digunakan untuk imobilisasi, terutama pada klien bingung atau disorientasi. Jaket restrain umum yang digunakan adalah jaket posey. Ketika memakaikan jaket pada klien, perawat menyusun satu sisi di atas sisi lain menyilang di punggung klien. tali diletakkan di bawah ikatan jaket dan diikatkan ke pinggir tempat tidur, kursi, atau kursi roda. i. Papan tempat tidur adalah papan tripleks yang ditempatkan di bawah keseluruhan matras. Papan ini berguna untusk meningkatkan sokongan dan kesejajaran punggung, khususnya matras lunak. 2. Macam-macam posisi pasien a. Posisi Fowler (Setengah Duduk) 1) Pengertian Posisi fowler adalah posisi setengah duduk atau duduk, dimana bagian kepala tempat tidur lebih tinggi atau dinaikkan. Posisi ini dilakukan untuk mempertahankan kenyamanan dan memfasilitasi fungsi pernapasan pasien. 2) Tujuan a) Mengurangi komplikasi akibat immobilisasi b) Meningkatkan rasa nyaman c) Meningkatkan dorongan pada diafragma sehingga meningkatnya ekspansi dada dan ventilasi paru d) Mengurangi kemungkinan tekanan pada tubuh akibat posisi yang menetap 3) Indikasi : Pada pasien yang mengalami gangguan pernapasan dan masalah jantung. b. Posisi sim’s 1) Pengertian Posisi sim adalah posisi miring kekanan atau miring kekiri. Posisi ini dilakukan untuk memberi kenyamanan dan memberikan obat per anus (supositirial). 2) Tujuan a) Meningkatkan drainage dari lumut pasien dan mencegah aspirasi. b) Mengurangi penekanan pada tulang sacrum dan trochanter mayor otot pinggang. 3) Indikasi Untuk pasien yang mengalami gangguan rasa nyaman dan pada pasien pemberian obat per anus c. Posisi Trendelenburg 1) Pengertian Pada posisi ini pasien berbaring di tempat tidur dengan bagian kepala lebih rendah daripada bagian kaki. Posisi ini dilakukan untuk melancarkan peredaran darah ke otak. 2) Tujuan a) Pasien dengan pembedahan pada daerah perut. b) Pasien shock. c) Pasien hipotensi. 3) Indikasi : Pada pasien shock dan hipertensi, d. Posisi Dorsal Recumbent 1) Pengertian Pada posisi ini pasien berbaring telentang dengan kedua lutut fleksi (ditarik atau direnggangkan) di atas tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk merawat dan memeriksa serta pada proses persalinan. 2) Tujuan Meningkatkan kenyamanan pasien, terutama dengan ketegangan punggung belakang. 3) Indikasi : Pada pasien persalinan dan pada psien pemeriksanan genetalia e. Posisi Lithotomi (Dorsal Sakral) 1) Pengertian Pada posisi ini pasien berbaring telentang dengan mengangkat kedua kaki dan menariknya ke atas bagian perut. Posisi ini dilakukan untuk memeriksa genitalia pada proses persalinan, dan memasang alat kontrasepsi. 2) Tujuan a) Memudahkan pemeriksaan daerah rongga panggul, misal vaginal taucher, pemeriksaan rectum, dan sistoscopy. b) Memudahkan pelaksanaan proses persalinan, operasi ambeien, pemasangan alat intra uterine devices (IUD), dan lain-lain. 3) Indikasi : a) Pada pasien pemeriksaan genekologis. b) Untuk menegakkan diagnose atau memberikan pengobatan terhadap penyakit pada uretra, rectum, vagina dan kandung kemih. f. Posisi Genu pectrocal (Knee Chest) 1) Pengertian Pada posisi ini pasien menungging dengan kedua kaki di tekuk dan dada menempel pada bagian alas tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk memeriksa daerah rektum dan sigmoid. 2) Tujuan : Memudahkan pemeriksaan daerah rektum, sigmoid, dan vagina. 3) Indikasi : a) Pasien hemorrhoid b) Pemeriksaan dan pengobatan daerah rectum, sigmoid dan vagina. g. Posisi orthopeneic 1) Pengertian Adalah posisi duduk dengan menyandarkan kepala pada penampang yang sejajar dada, seerti pada meja 2) Tujuan : Memudahkan ekspansi paru untuk pasien dengan kesulitan bernafas yang ekstrim dan tidak bisa tidur terlentang atau posisi kepala hanya bisa pada elevasi sedang 3) Indikasi : Pasien dengan sesak berat dan tidak bias tidur terlentang. h. Supinasi 1) Pengertian Adalah posisi telentang dengan pasien menyadarkan punggungnya agar dasar tubuh sama dengan kesejajaran berdiri yang baik 2) Tujuan : Meningkatkan kenyamanan pasien dan memfasilitasi penyembuhan terutama pada pasien pembedahan atau dalam proses anestesi tertentu. 3) Indikasi : a) Pasien dengan tindakan post anestesi atau pembedahan tertentu (misalnya anestesi spinal) b) Pasien dengan kondisi yang sangat lemah atau koma. i. Posisi pronasi (tengkurap) 1) Pengertian Adalah pasien tidur dalam posisi telungkup Berbaring dengan wajah menghadap ke bantal 2) Tujuan a) Memberikan ekstensi maksimal pada sendi lutut dan pinggang b) Mencegah fleksi dan kontraktor pada pinggang dan lutut 3) Indikasi : a) Pasien yang menjalani bedah mulut atau kerongkongan b) Pasien dengan pemeriksaan pada daerahh bokong atau punggung) j. Posisi lateral (miring) 1) Pengertian : Posisi miring dimana pasien bersandar kesamping dengan sebagian besar berat tubuh berada pada pinggul dan bahu. 2) Tujuan a) Mempertahankan body aligement b) Mengurangi komplikasi akibat immobilisasi c) Meningkankan rasa nyaman d) Mengurangi kemungkinan tekanan yang menetap pada tubuh akibat posisi yang menetap 3) Indikasi : a) Pasien yang ingin istirahat b) Pasien yang ingin tidur c) Pasien dengan posisi Fowler atau dorsal recumbent dalam waktu yang lama. 2. Teknik memindahkan Perawat biasa memberi perawatan pada klien imobilisasi yang harus diubah posisi, dipindahkan dari tempat tidur dan harus dipindahkan dari tempat tidur ke kursi atau ke brankar. Mekanika tubuh yang sesuai memungkinkan perawat untuk menggerakkan, mengangkat, atau memindahkan klien dengan aman dan juga melindungi perawat dari cedera system musculoskeletal. Meskipun perawat menggunakan berbagai teknik memindahkan, berikut ini merupakan petunjuk umum yang harus diikuti saat memindahkan pada setiap prosedur pemindahan: a. Naikkan sisi bergerak pada sisi tempat tidur pada posisi berlawanan dengan perawat untuk mencegah klien jatuh dari tempat tidur. b. Tinggikan tempat tidur pada ketinggian yang nyaman. c. Kaji mobilisasi dan kekuatan klien untuk menentukan bantuan klien yang dapat digunakan saat memindahkan. d. Tentukan kebutuhan akan bantuan. e. Jelaskan prosedur dan gambarkan apa yang diharapkan dari klien. f. Kaji kesejajaran tubuh yang benar dan area tekanan setelah setiap kali memindahkan. 1. Memindahkan klien Klien membutuhkan tingkat bantuan yang bervariasi untuk mengangkat dari tempat tidur, menggerakkan ke posisi miring, atau duduk di sisi tempat tidur. Contoh, wanita muda dan sehat membutuhkan sedikit dukungan untuk duduk pertama kali di sisi tempat tidur setelah melahirkan, sedangkan laki tua mungkin membutuhkan bantuan satu atau lebih perawat untuk melakukan hal yang sama 1 hari setelah appendiktomi. Untuk menentukan apakah klien mampu melakukan sendiri dan berapa banyak orang yang dibutuhkan untuk membantu dan mengangkat klien di atas tempat tidur, perawat mengkaji klien untuk menentukan apakah penyakit klien ada kontraindikasi dalam pengerahan tenaga (seperti kardiovaskular). Kemudian, perawat menentukan apakah klien memahami apa yang di harapkan. Contohnya, klien yang baru saja mendapatkan pengobatan nyeri pascaoperasi mungkin terlalu lesu untuk mengerti instruksi, sehingga untuk menjamin keamanan, dibutuhkan dua perawat untuk menggerakkan klien. 2. Memindahkan klien dari tempat tidur ke kursi Memindahkan klien dari tempat tidur ke kursi oleh perawat membutuhkan bantuan klien dan tidak dilakukan pada klien yang tidak dapat membantu. Perawat menjelaskan prosedur pada klien sebelum pemindahan. Lingkungan juga dipersiapkan dengan memindahkan penghalang jalan. Kursi ditempatkan dekat tempat tidur dengan punggung kursi sejajar dengan bagian kepala tempat tidur. Penempatan kursi memungkinkan perawat berputar dengan klien dan memindahkan berat badan klien dengan cepat. 3. Memindahkan klien dari tempat tidur ke branker Klien imobilisasi yang dipindahkan dari tempat tidur ke brankar atau dari tempat tidur harus membutuhkan tiga orang pengangkat. Teknik ini bagus dilakukan jika orang-orang yang memindahkan mempunyai kesamaan tinggi. Jika pusat gravitasi mereka sama, mereka mengangkat sebagai satu tim. Cara lain memindahkan klien adalah dengan menggunakan kain pengangkat yang ditempatkan di bawah klien. kain pengangkat berguna sebagai “ayunan” ketika klien dipindahkan’ ke brankar. Pada teknik ini, perawat perlu berada di sisi berlawanan dari tempat tidur dan berpegang pada kain pengangkat ketika memindahkan klien ke brankar. Brankar dan tempat tidur ditempatkan berdampingan sehingga klien dapat dipindahkan dengan cepat dan mudah dengan menggunakan kain pengangkat. 4. Menggunakan alat bantu berjalan (Mechanical Aids) a. Tongkat (Canes) 1) Pengertian Tongkat adalah alat yang ringan, mudah dipindahkan setinggi pinggang, terbuat dari kayu atau logam. 2 tipe tongkat secara umum : tongkat berkaki panjang lurus (Singles straight legged) dan tongkat berkaki segiempat (Quad cane) 2) Tujuan a) Digunakan untuk sokongan dan keseimbangan pasien yang kekuatan kakinya menurun. b) Memberikan sokongan yang terbesar pada kaki yang mengalami sebagian atau keseluruhan paralisis atau hemiplegia. 3) Indikasi a) Pasien dengan kelemahan ektremitas bawah. b) Pasien paralisis atau hemiplegia b. Walker 1) Pengertian : suatu alat bantu mekanik setinggi pinggang, mterdiri dari 4 kaku untuk memindahkan pasien yang lebih banyak membutuhkan dukungan dari pada tongkat, mudah dipindahkan dan terbuat dari pipa logam. 2) Tujuan : untuk ambulasi (berjalan) pasien yang sangat lemah dan tidak stabil 3) Indikasi a) Pasien lemah dan tidak stabil dalam bergerak/berjalan b) Pasien yang mempunyai kekuatan otot lengan yang baik dan terkoordinasi. c. Kruk (Crutches) 1) Pengertian : alat bantu untuk mobilisasi yang terbuat dari kayu atau logam dimana penggunaannya dapat sementara (kerusakan ligament di lutut) atau permanen (pasien paralisis ektremitas bawah). 2) Tujuan : Meningkatkan kemampuan mobilisasi 3) Indikasi a) Pasien dengan kerusakan ligament di lutut atau tumit b) Pasien paralisis ektremitas bawah. A.2 Keseimbangan tubuh Kesejajaran tubuh menunjang keseimbangan tubuh. Tanpa keseimbangan ini, pusat gravitasi akan berubah, menyebabkan peningkatan gaya gravitasi, sehingga menyebabkan risiko jatuh dan cedera. Keseimbangan tubuh diperoleh jika dasar penopang luas, pusat gravitasi berada pada dasar penopang, dan garis vertikal dapat ditarik dari pusat gravitasi ke dasar penopang, keseimbangan tubuh juga dapat ditingkatkan dengan postur dan merendahkan pusat gravitasi, yang dapat dicapai dengan posisi jongkok. Semakin sejajar postur tubuh, semakin besar keseimbangannya (Perry dan Potter, 1994). Keseimbangan diperlukan untuk mempertahankan posisi, memperoleh kestabilan selama bergerak dari satu posisi ke posisi lain, melakukan aktivitas hidup sehari-hari, dan bergerak bebas di komunitas. Kemampuan untuk mencapai keseimbangan dipenagruhi oleh : 1. Penyakit 2. Gaya berjalan yang tudak stabil pada toddler 3. Kehamilan 4. Meditasi dan 5. Proses menua. Gangguan pada kemampuan ini merupakan ancaman untuk keselamatan fisik dan dapat menyebabkan ketakutan terhadap keselamatan seseorang dan membatasi diri dalam beraktivitas (Berg et al, 1992). A.3 Koordinasi Gerakan Tubuh Berat adalah gaya pada tubuh yang digunakan terhadap gravitasi. Ketika suatu objek diangkat, pengangkat harus menguasai berat objek dan mengetahui pusat gravitasi. Pada objek yang simetri pusat gravitasi berada tepat pada pusat objek. Karena manusia tidak mempunyai bentuk geosimetris yang sempurna, maka pusat gravitasinya biasa berada pada 55% sampai 57% tinggi badannya ketika berdiri dan berada di tengah. Gaya berat selalu mengarah ke bawah, hal ini menjadi alasan mengapa objek yang tidak seimbang itu jatuh. Klien yang tidak stabil itu jatuh karena pusat gravitasinya tidak seimbang, gaya gravitasi berat mereka yang akhirnya menyebabkan mereka jatuh. Oleh karena itu, perawat perlu mengatur irtervensi keperawatan yang melindungi pasien dari jatuh dan menjamin keselamatannya. Friksi adalah gaya yang muncul dengan arah gerakan yang berlawanan dengan gerakan benda. Jika perawat bergerak, berpindah, atau menggerakkan pasien di atas tempat tidur maka akan terjadi friksi. Perawat dapat mengurangi friksi dengan mengikuti beberapa prinsip dasar. Semakin besar area permukaan suatu objek yang bergerak, semakin besar friksi. Jika pasien tidak mampu pindah sendiri di tempat tidur maka lengan pasien diletakkan menyelang di dada. Hal ini meminimalkan permukaan tubuh dan mengurangi friksi. Klien pasif atau immobilisasi akan menghasilkan friksi yang lebih besar untuk bergerak, kemudian, bila memungkinkan, perawat menggunakan kekuatan dan gerakan klien saat mengangkat, memindahkan, atau menggerakkan pasien di atas tempat tidur. Hal ini dilakukan dengan penjelasan tentang prosedur dan memberitahu pasine ketika klien akan bergerak. Hasilnya harus menjadi gerakan sinkron yang mana pasien dapat berpatisipasi dan friksi dapat dikurangi. Friksi dapat juga dikurangi dengan mengangkat bukan mendorong pasien. Mengangkat merupakan kompenen gerakan ke atas dan mengurangi tekanan antara klien dan tempat tidur atau kursi. Referensi : Kozier, B., Erb, G., Berman A., Snyder S. 2004. Buku Ajar Keperawatan Klinis Eds 5. Jakarta : EGC Alimul Hidayat, A. Aziz. 2006. Keterampilan Dasar Praktik Klinis Kebidanan Eds 2. Jakarta : Salemba Medika http://www.scribd.com/doc/41821769/Bahan-Praktek di akses tanggal 13 Maret 2012

Ambulasi


Teknik Memindahkan
      Ambulasi adalah kegiatan berjalan (Kozier dkk.1995).
     Mekanika tubuh yang benar dapat mengurangi kepenatan dan ketegangan serta mencegah cedera yang serius dan memungkinkan perawat untuk menggerakkan,mengangkat dan memindahkan pasien dengan aman dan juga  melindungi perawat dari cedera system musculoskeletal.
    Perawatan yang dilakukan pada pasien imobilisasi adalah diubah posisi, dipindahkan diatas tempat tidur, dan harus dipindahkan dari tempat tidur ke kursi ataupun brankar. Menurut Hegner & Caldwell (2003. p. 198) perubahan posisi dapat menghindari :
1.      Deformitus musculoskeletal dan kehilangan kalsium tulang.
2.      Nutrisi kulit yang buruk dan berkembangnya luka karena tekanan.
3.      Komplikasi pernapasan seperti pneumonia.
4.      Berkurangnya sirkulasi yang dapat menyebabkan tromboflebitis dan kalkulus ginjal.
5.      Kehilangan kesempatan pertukaran sosial antara pasien dan staf.
     Menurut Potter & Perry (2005. p. 1215) Petunjuk umum yang harus di ikuti disetiap prosedur perpindahan adalah sebagai berikut :
1.      Naikkan sisi bergerak pada sisi tempat tidur pada posisi berlawanan dengan perawat untuk mencegah pasien jatuh dari tempat tidur.
2.      Tinggikan tempat tidur pada ketinggian yang nyaman.
3.      Kaji mobilisasi dan kekuatan pasien untuk mencegah pasien yang dapat digunakan saat memindahkan.
4.      Tentukan kebutuhan akan bantuan.
5.      Jelaskan prosedur dan gambarkan apa yang diharapkan dari pasien.
6.      Kaji kesejajaran tubuh yang benar dan area tekanan setelah setiap kali memindahkan.
    Berikut ini merupakan prosedur teknik memindahkan pasien menurut Potter & Perry (2005 p.1227) :
Tabel :
Langkah
Rasional
Persiapan untuk memindahkan
1.      Kaji kekuatan otot, mobilisasi sendi, paralisis atau paresis, hipotensi ortostatik, toleransi aktivitas, tingkat kesadaran, tingkat kenyamanan dan kemampuan pasien mengikuti intruksi.
2.      Siapkan peralatan dan persediaan yang di butuhkan :
a.       Tranfer belt (bila diperlukan).




b.      Kursi roda (posisi kursi pada sudut 45 derajat dari tempat tidur: rem terkunci; memindahkan kaki istirahat: rem tempat tidur terkunci).
c.       Brankar (posisi tempat tidur pada sudut 900: rem brankar terkunci: rem tempat tidur terkunci).
3.      Jelaskan prosedur kepada pasien.


4.      Tutup pintu/gorden.
5.      Cuci tangan.
Membantu Pasien Duduk Di Tempat Tidur
1.      Lengkapi persiapan langkah 1-5.
2.      Letakkan pasien pada posisi terlentang.



3.      Pindahkan bantal dari tempat tidur.

4.      Hadap kebagian kepala tempat tidur.

5.      Letakkan kaki terbuka dengan kaki yang terdekat tempat tidur dibelakang kaki yang lain
6.      Letakkan tangan yang terjauh dari pasien dibawah bahu, menyokong kepala dan vertebra servikal
7.      Letakkan tangan lainnya diatas permukaan tempat tidur
8.      Tinggikan pasien pada posisi duduk dengan mengubah berat perawat dari kaki depan ke kaki belakang
9.      Dorong berlawanan dengan tempat tidur menggunakan lengan yang terletak di permukaan tempat tidur
10.  lakukan penyelesaian langkah 1-4




Membantu pasien duduk disisi tempat tidur
1.      Lengkapi persiapan langkah 1-5
2.      Tempatkan pasien pada posisi side laying menghadap perawat pada sisi tempat tidur dimana pasien akan duduk
3.      Tinggikan bagian kepala tempat tidur dengan ketinggian yang di toleransi pasien
4.      Berdiri berlawanan dengan pinggul pasien
5.      Putar diagonal sehingga perawat berhadapan dengan pasien dan berada jauh sudut kaki tempat tidur
6.      Letakkan kaki terbuka dengan kaki terletak kepala tempat tidur berada didepan kaki lain

7.      Letakkan lengan terdekat kepala tempat tidur dibawah bahu pasien menyokong kepala dan leher
8.      Letakkan lengan lain diatas paha pasien.

9.      Pindahkan tungkai bawah pasien dan kaki diatas sisi tempat tidur
10.  Putar kearah bagian belakang tungkai perawat, memudahkan tungkai atas pasien mengayun kebawah.
11.  Pada saat bersamaan tindakan berat perawat kebagian belakang tungkai dan elefasikan pasien
12.  Tetap berada di depan pasien sampai pasien mencapai keseimbangan
13.  Turunkan ketinggian tempat tidur sampai kaki pasien menyentuh lantai
14.  Lakukan penyelesaian langkah 1-4
Memindahkan pasien dari tempat tidur ke kursi
1.      Lengkapi persiapan langkah 1-5
2.      Bantu pasien duduk disisi tempat tidur Letakkan kursi pada posisi sudut  45 0 pada tempat tidur
3.      Gunakan transfer belt bila diperlukan


4.      Pastikan pasien stabil, sepatu tidak tergelincir
5.      Lebarkan kaki perawat menjadi terbuka

6.      Fleksikan pinggul dan lutut perawat, luruskan lutut perawat sama dengan lutut pasien
7.      Genggam transfer belt dari bawah atau mencapainya melalui aksila pasien dan letakkan tangan di scapula pasien
8.      Tegakkan pasien untuk berdiri pada hitungan ketiga dengan meluruskan pinggul dan tungkai perawat, jaga lutut sedikit fleksi

9.      Pertahankan stabilitas tungkai lemah atau paralisis dengan lutut

10.  Putar kaki yang terjauh dari kursi


11.  Intruksikan pasien untuk menggunakan lengan bersandar pada kursi untuk topangan
12.  Fleksikan pinggul dan lutut perawat selama menurunkan pasien ke kursi.
13.  Kaji kesejajaran pasien yang sesuai untuk duduk
14.  Lakukan penyelesaian langkah 1-4
Melakukan dengan 3 orang pembawa
1.      Lengkapi persiapan langkah 1-5
2.      3 perawat yang hampir sama tinggi berdiri bersebelahan menghadap sisi tempat tidur pasien
3.      Setiap orang bertanggung jawab untuk 1 dari 3 area : kepala dengan bahu, pinggul dan paha dengan pergelangan kaki.
4.      Setiap orang membuat dasar sokongan ynag lebar dengan kaki terdekat brankar berada didepan dengan lutut sedikit fleksi.
5.      Lengan pengangkat diletakkan dibawah kepala dengan bahu, pinggul dan paha dengan tungkai bawah, dengan jari-jari tangan mereka terkunci melingkari sisi bagian tubuh pasien yang lain.
6.      Pengangkat memutar pasien kearah dada mereka.
7.      Pada hitungan ke 3 pasien diangkat dan dipegang kearah dada mereka
8.      Pada hitungan ke 2 dari 3 perawat melangkah ke belakang dan memutar kearah brankar. Memindahkan kedepan jika diperlukan
9.      Perawat menurunkan pasien secara perlahan ke pusat brankar dengan memfleksikan lutut dan pinggul mereka sampai siku mereka berada setinggi tepi brankar.
10.  Perawat mengkaji kesejajaran tubuh pasien, menempatkan ikat pinggang pengaman, menyilangi pasien dan meninggikan sisi bergerak.
11.  Lengkapi penyelesaian langkah 1-4
Penyelesaian pemindahan.
1.      Posisikan pasien pada posisi yang dipilih.
2.      Cuci tangan
3.      Observasi pasien untuk menentukan respon berpindah. Observasi kesejajaran tubuh yang benar dan adanya tekanan.
4.      Catat prosedur pada catatan perawat

Menentukan tingkat fisiologis dan kognitif pasien untuk berperan serta dalam teknik memindahkan.




Mengurangi risiko cedera. Sebaiknya digunakan pada semua pasien yang membutuhkan bantuan sedang sampai maksimal atau memiliki risiko cedera maupun jatuh.
Posisi kursi roda atau brankar memfasilitasi perpindahan tempat tidur ke kursi roda atau dari tempat tidur ke brankar dengan cepat.




Mendukung kerjasama pasien dan pemahaman tentang prosedur serta keuntungan mobilisasi.
Mendukung privasi.
Mengurangi perpindahan infeksi.



Memudahkan pengkajian kesejajaran tubuh pasien yang terus menerus dan pemberian tambahan perawatan seperti suksion dan kebutuhan kebersihan.
Mengurangi gangguan ketika pasien duduk di tempat tidur
Mengurangi perputaran tubuh perawat ketika memindahkan pasien.
Meningkatkan keseimbangan perawat dan memungkinkan perpindahan berat badan pasien.
Mempertahankan kesejajaran kepala vetebra serfikal serta memudahkan mengangkat tubuh bagian atas pasien
Memberi sokongan dan keseimbangan.

Meningkatkan keseimbangan perawat, menghilangkan inersia dan memindahkan berat pada arah dimana pasien dipindahkan.
Membagi aktivitas mengangkat pasien pada posisi duduk antara lengan dan kaki perawat dan melindungi punggung dari ketegangan. Penompang satu tangan berlawanan dengan matras dan mendorong berlawanan dengan matras seperti pasien terangkat, bagian dari beban ini akan diangkat oleh otot punggung dan dipindahkan melalui lengan ke matras.



Mempersiapkan pasien untuk pindah kesisi tempat tidur dan melindungi pasien dari jatuh.
Menurunkan jumlah kekuatan yang diperlukan pasien dan perawat untuk mengangkat pasien pada posisi duduk.
Menempatkan pusat gravitasi perawat mendekati pasien.
Mengurangi perputaran tubuh perawat karena perawat menghadap kearah gerakan.

Meningkatkan keseimbangan dan memungkinkan perawat memindahkan berat seperti pasien berada posisi duduk di sisi tempat tidur.
Mempertahankan kesejajaran kepala dan leher saat perawat memposisikan duduk pada pasien.
Menyokong pinggul dan mencegah pasien jatuh kebelakang selama prosedur.
Menurunkan friksi dan tahanan.

Memungkinkan gravitasi untuk menurunkan tungkai pasien.

Memungkinkah perawat memindahkan berat dalam gerakan langsung.

Mengurangi risiko jatuh

Menyokong kaki pasien dorso fleksi dan memungkinkan pasien lebih mudah berdiri disisi tempat tidur



Letakkan kursi untuk member kemudahan untuk berpindah

Membantu perawat mempertahankan kestabilan pasien selama pindah dan mengurangi risiko jatuh.
Mengurangi risiko terpeleset selama berpindah
Memberikan keseimbangan dengan dasar penyokong lebar.
Merendahkan pusat gravitasi perawat ke objek yang diangkat dan memberikan stabilisasi lutut ketika pasien berdiri.
Mengurangi tekanan aksila dan mempertahankan kestabilan pasien.

Memberikan momentum tubuh pasien dan memberikan sedikit usaha otot untuk mengangkat pasien. Gunakan mekanika tubuh yang tepat untuk menaikkan pasien berdiri.
Kemampuan berdiri sering dipertahankan pada anggota tubuh yang paralisis atau lemah dengan menyokong lutut untuk stabil.
Mempertahankan sokongan pada pasien selama mendapatkan ruang yang cukup bagi pasien untuk bergerak.
Meningkatkan kestabilan pasien.


Mencegah cedera akibat mekanika tubuh yang buruk.
Mencegah cedera pada pasien akibat kesejajaran tubuh yang buruk.



Mencegah perputaran tubuh. Kesejajaran tubuh pasien dipertahankan.

Mendistribusikan berat badan pasien.


Meningkatkan keseimbangan dan menurunkan pusat gravitasi pengangkat.


Mendistribusikan berat pasien diatas lengan bawah pengangkat.



Memindahkan beban kerja kedasar sokongan pengangkat.
Memudahkan pengangkat bekerjasama dan mengangkat pasien dengan aman.
Memindahkan badan ke brankar.



Mempertahankan kesejajaran tubuh selama pindah.



Mengurangi risiko cedera maupun jatuh akibat kesejajaran yang buruk.




Menguarngi risiko cedera system musculoskeletal dari posisi yang tidak tepat.
Mengurangi transmisi infeksi.
Mengurangi risiko cedera dari perpindahan berikutnya dan pengaturan posisi.

Mendokumentasikan efektivitas asuhan keperawatan. Mendukung konsistensi diantar tenaga keperawatan.
Sumber : Potter & Perry (2005. p.1227-1231)

Referensi :
Hegner, Barbara R & Caldwell, Esther. 2003. Asisten Keperawatan : Suatu Pendekatan
    Proses Keperawatan, Eds.6. Jakarta : EGC

Potter, Patricia A & Perry, Anne Griffin. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan,
    Volume 2 Eds.4. Jakarta : EGC