BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Penulisan
Pertumbuhan dan
perkembangan manusia merupakan hal yang berjalan terus dan berliku-liku, proses
kompleks yang sering dibagi kedalam tahap yang diatur sesuai kelompok umur.
Kronologis tersebut berdasarkan waktu dan rangkaian tugas perkembangan yang
harus di capai individu untuk maju ke tahap berikutnya (Potter & Perry, 2005
p.638)
Mobilisasi mengacu
pada kemampuan seorang untuk bergerak dengan bebas, dan imobilisasi mengacu
pada ketidakmampuan seseorang untuk bergerak dengan bebas (Potter & Perry,
2005 p.1192).
Pengkajian mobilisasi pasien berfokus pada
rentang gerak (latihan ROM), gaya berjalan (menggunakan kruk, walker, dan
tongkat), latihan, toleransi aktivitas serta kesejajaran tubuh.
Menurut Kozier dan Erb (2009) kruk adalah bentuk perangkat medis
yang umumnya digunakan oleh individu yang tidak bisa berjalan dengan baik atau
mengalami kesulitan ekstrim dan rasa sakit saat berjalan, penggunaannya dapat
sementara (kerusakan ligamen di lutut) atau permanen (pasien paralisis
ektremitas bawah).
Memindahkan pasien mengunakan Pegangkat
hidrolik untuk pasien yang tidak dapat membantu dirinya sendiri atau yang
terlalu berat untuk diangkat oleh pengangkat lain dengan aman (Kozier, Erb,
Berman & Snyder 2004).
B.
Tujuan
Penulisan
Tujuan penulisan
makalah ini antara lain adalah sebagai berikut :
1.
Memenuhi tugas mandiri
mahasiswa.
2.
Memperkaya bahan bacaan
pada perpustakaan yang dapat dimanfaatkan oleh mahasiswa lain untuk menambah
pengetahuan.
3.
Mengerti dan memahami fisiologi
otot kerangka.
4.
Memahami mobilisasi sesuai dengan
tahap tumbuh kembang.
5.
Memahami prosedur tindakan
keperawatan memindahkan pasien dengan menggunakan hydraulic lift.
6.
Memahami prosedur tindakan
keperawatan berjalan dengan Kruk Loftsrand
(kruk lengan bawah).
BAB II
PEMBAHASAN
I.
Fisiologi
Otot Kerangka
Menurut Drs. H. Syaifuddin, AMK (dalam
buku Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan, 2006 p.106-119) Sel otot
dapat dirangsang secara kimia, listrik dan mekanik untuk menimbulkan suatu
potensial aksi yang dihantarkan sepanjang membrane sel. Sel ini mengandung
protein kontraktil dan mempunyai mekanisme yang diaktifasi oleh potensial aksi. Kira-kira 40% dari seluruh tubuh terdiri dari
otot rangka, dan mungkin 10% lainnya berupa otot polos dan otot jantung.
Beberapa prinsip dasar yang sama mengenai kontraksi dapat diterapkan pada semua
jenis otot yang berbeda ini (Guyton & Hall, 2007 p.74).
Sifat-sifat khusus otot adalah mudah
terangsang (irritability), mudah berkontraksi
(contractility), dapat melebar (extensibility), dapat diregang (elasticity) dan mempunyai irama
kontraksi (otot jantung).
A.
Susunan
otot kerangka
Otot kerangka terdiri dari serabut otot
tersendiri yang merupakan kompleks bangunan susunan saraf. Tiap serabut otot
merupakan suatu sel tunggal, multinuklear, panjang dan silindris. Serabut otot
dibentuk dari fibril yang dibagi ke filamen tersendiri dan dibentuk dari
protein kontraktil.
Gambar 2.1 Organisasi otot rangka, dari
yang besar sampai ketingkat molekul. F,G,H dan I adalah penampang melintang
pada tingkat yang ditunjukkan (Digambar oleh Sylvia Colard Keene. Dimodifikasi
dari Fawcett DW : Bloom dan Fawcet : A Textbook of Histology. Philadelphia: W.
B Sauders,1998)
Sumber :
Guyton & Hall (2007 p.75)
1. Serat
otot rangka
Semua otot rangka dibentuk oleh sejumlah
serat yang diameternya berkisar 10-80 mikrometer. Masing-masing serat ini
terbuat dari rangkain subunit yang lebih kecil. Sebagian besar dari otot
serat-seratnya membentang disepanjang otot.
Gambar 2.2 Filamen aktin, yang terdiri
atas dua untai heliks F aktin dan dua untai molekul tropomiosin yang cocok
berada dalam lekukan antar untaian aktin. Terlekat pada salah satu ujung setiap
molekul tropomiosin adalah kompleks troponin yang mengawali kontraksi.
Sumber :
Guyton & Hall (2007 p.78)
2. Sarkolema
Membran sel dari serat otot terdiri dari
membrane sel yang disebut plasma, yaitu lapisan tipin bahan polisakarida yang
mengandung sejumlah serat kolagen tipis. Pada ujung serat otot lapisan
sarkolema ini bersatu dengan serat tendo dan berkumpul menjadi berkas untuk
membenruk tendo yang menyisip pada tulang.
3. Miofibril
Setiap serat otot mengandung beberapa ratus
sampai beberapa ribu miofibril. Setiap miofibril terletak berdampingan,
memiliki 1500 filamen miosin dan 3000 filamen aktin yang merupakan molekul
protein polimer besar yang bertanggung jawab untuk kontraksi otot. Filamen
miosin dan aktin sebagian besar saling bertautan sehingga menyebabkan myofibril
memiliki pita terang dan gelap yang selang seling.
4. Sarkoplasma
Miofibril yang terpendam dalam serat otot
terdiri dari unsur-unsur intraselular. Cairan sarkoplasma mengandung kalium,
fosfat dan enzim protein dalam jumlah besar. Miofibril berkontraksi membutuhkan
sejumlah besar adesonin trifosfat (ATP) yang dibentuk oleh mitokondria.
5. Retikulum
sarkoplasmik
Di dalam sarkolema terdapat reticulum
endoplasma yang dalam serat otot disebut reticulum sarkolema yang mempunyai
susunan khusus dalam pengaturan kontraksi otot. Semakin cepat kontraksi suatu
otot semakin banyak reticulum sarkolema.
B.
Sifat
listrik otot kerangka
Kejadian listrik dan
aliran ion dalam otot kerangka yang mendasarinya sama dengan yang ada dalam
saraf. Potensi membrane istirahat 90 mv. Potensial aksi berlangsung 2-4 m/det
dan dihantarkan sepanjang serabut otot sekitar 5m/det. Masa refrakter absolut
selama 1-3 m/det dan polarisasi (gelombang listrik) susulan relatif memanjang.
Walaupun sifat listrik serabut sendiri didalam otot tidak cukup berbeda untuk
menghasilkan sesuatu yang menyerupai potensial aksi gabungan, namun ada
perbedaan ringan dalam ambang berbagai serabut.
1. Respons
kontraktil
Walaupun suatu respons normal tidak terjadi
tanpa yang lain namun sifat fisiologinya berbeda, depolarisasi (proses
netralisasi keadaan polar/kutub) membrane serabut otot normalnya dimulai pada
lempeng akhir motorik, struktur ujung saraf motorik potensial aksi hantaran
sepanjang serabut otot melalui respons kontraktil.
Tabel 2.1 Distribusi ion pada otot
rangka mamalia.
Konsentrasi
(mmol/L)
|
|||
Ion a
|
Cairan
Intrasel
|
Cairan
eksternal
|
Potensial
ekuilibrium (mV)
|
Na+
K+
H+
Cl-
HCO3-
A-
|
12
155
13 X 10 -5
3.8
8
155
|
145
4
3.8 X 10 -5
120
27
0
|
+65
-95
-32
-90
-32
. . .
|
Potensial
membran = -90mV
|
Sumber : Ruch TC, Patton HD (editors) :
Physiology and Biophysics, 19th ed. WB Saunders,1965 (dalam buku Fisiologi kedokteran Ganong, F. 2008
p.71)
2. Potensial
aksi otot
Potensial aksi dalam saraf dapat diterapkan
pada serat otot rangka. Serat otot rangka demikian besarnya sehingga potensial
aksi sepanjang membrane permukaannya hamper tidak menimbulkan aliran di dalam
serat.
Untuk menimbulkan kontraksi, arus listrik
ini harus menembus di sekitar myofibril yang terpisah penyebarannya sepanjang
tubulus transversa (tubulus T) yang menembus seluruh jalan melalui srat otot
dari satu sisi ke sisi lain. Hal ini menyebabkan reticulum sarkolemik segera
melepaskan ion-ion kalsiumkesekitar myofibril dan ion kalsium ini menimbulkan
kontraksi.
3. Mekanisme
umum kontraksi otot
Timbul dan berakhirnya kontraksi otot
terjadi dalam urutan sebagai berikut :
a. Potensial
aksi berjalan sepanjang sebuah saraf motorik sampai ke ujung serat saraf.
b. Setiap
ujung saraf menyekresi substansi neurotransmitter yaitu asetilkolin dalam
jumlah sedikit.
c. Asetilkolin
bekerja untuk area setempat pada membrane serat otot guna membuka saluran
asetilkolin melalui molekul-molekul protein dalam membrane serat otot.
d. Terbukanya
saluran asetilkolin memungkinkan sejumlah besar ion natrium mengalir ke bagian
dalam membrane serat otot pada titik terminal saraf. Peristiwa ini menimbulkan
potensial aksi serat saraf.
e. Potensial
aksi berjalan sepanjang membrane saraf oto dengan cara yang sama seperti
potensial aksi berjalan sepanjang membran saraf.
f. Potensial
aksi akan menimbulkan depolarisasi membrane serat otot, berjalan dalam serat
otot ketika potensial aksi menyebabkan reticulum sarkolema melepas sejumlah ion
kalsium, yang disimpan dalam retikulum kedalam moofibril
g. Ion
kalsium menimbulkan kekuatan menarik antara filamen aktin dan myosin yang
menyebabkan bergerak bersama-sama menghasilkan kontraksi.
h. Setelah
kurang dari satu detik kalsium dipompakan kembali kedalam reticulum sarkoplasma
tempat ion-ion disimpan sampai potensial aksi otot yang baru lagi.
4. Kedutan
otot
Potensial aksi tunggal menyebabkan
kontraksi singkat yang diikuti oleh relaksasi, respons ini dinamakan kedutan
otot. kedutan otot dimulai sekitar 2 mikrometer/detik setelah memulai
depolarisasi membran.
Serabut otot cepat terutama berhubungan
dengan gerakan halus. serabut otot lambat terutama terlihat dengan gerakan yang
kuat, kasar dan terus menerus mempunyai kedutan berlangsung sampai 100
mikrometer/detik. Lama kontraksi ini disesuaikan dengan fungsi masing-masing
otot, pergerakan mata harus sangat cepat supaya dapat mempertahankan fiksasi
mata pada objek-objek spesifik.
5. Mekanisme
molekular kontraksi otot
Pada keadaan relaksasi ujung-ujung filament
aktin berasal dari dua lempeng saling tumpang tindih satu sama lainnya. Pada
waktu yang bersamaan menjadi lebih dekat dengan filament myosin, tumpang tindih
satu sama lain secara meluas. Lempeng ini ditarik oleh filament sampai ke ujung
miosin.
Selama kontraksi kuat, filamet aktin dapat
ditarik bersama-sama, begitu eratnya sehingga ujung filament myosin melekuk.
Kontraksi otot terjadi karena mekanisme pergeseran filament.
Kekuatan mekanisme dibentuk oleh interaksi
jembatan penyeberangan dari filament myosin dengan filament aktin. Bil;a sebuah
potensial aksi berjalan keseluruh membrane serat otot akan menyebabkan
reticulum sakroplasmik melepaskan ion kalsium dan jumlah besar yang dengan
cepat menembus miofibril.
Gambar 2.3 Mekanisme “berjalan-bersama”
(walk-along) untuk kontraksi otot.
Sumber :
Guyton & Hall (2007 p.79)
Tabel 2.2 Urutan peristiwa yang terjadi
pada kontraksi dan relaksasi otot rangka
Tahap-tahap kontraksi
1.
Pelepasan muatan oleh neuron
motorik.
2.
Pelepasan transmitter
(asetikolin) di end-plate motorik.
3.
Pengikatan asetikolin ke
reseptor asetikolin nikotinik.
4.
Peningkatan konduktansi Na+
dan K+ di membran end-plate.
5.
Pembentukan potensial end-plate.
6.
Pembentukan potensial aksi di
serabut-serabut otot.
7.
Penyebaran depolarisasi kedalam
disepanjang tubulus T.
8.
Pelepasan Ca2+ dari
sisterna terminalis reticulum sarkoplasma serta difusi Ca2+ ke
filamen tebal dan filament tipis.
9.
Pengikatan Ca2+ ke
tropoin C, sehingga membuka tempat pengikatan myosin di molekul aktin.
10. Pembentukan
ikatan-silang (cross linkage) antara aktin dan myosin dan pergeseran filament
tipis pada filament tebal, sehingga menghasilkan gerakan.
|
Tahap-tahap relaksasi
1.
Ca2+ dipompa kembali
kedalam reticulum sarkoplasma.
2.
Pelepasan Ca2+ dari
troponin.
3.
Penghentian interaksi antara
aktin dan myosin.
|
Sumber : Gonang, F (2008 P. 72)
6. Dasar
molekular kontraksi
Proses yang menimbulkan pemendekan unsurt
kontraktil didalam otot merupakan peluncuran filamen (serabut/benang halus)
tipis diatas filament tebal, karena otot memendek maka filament tipis dari
ujung sarkomer (kontraktil dari myofibril) saling mendekat, saat pendekatan
filament ini tumpang tindih.
Peluncuran selama kontraksi otot dihasilkan
oleh pemutusan dan pembentukan kembali hubungan antara aktin (protein
myofibril) dan myosin (protein globulin) menghasilkan gerakan selama kontraksi
cepat. Sumber kontraksi cepat otot adalah ATP, hidrolisis ikatan antara gugusan
fosfat. Senyawa ini berhubungan dengan pelepasan tenaga dalam jumlah besar
sehingga ikatan ini dinamakan ikatan fosfat bertenaga tinggi.
Di dalam otot, hidrolisis ATP ke ADP
dilakukan oleh protein kontraktil myosin. Proses depolarisasi serabut otot yang
memulai kontraksi dinamakan perangkaian eksitasi kontraksi. Potensial aksi
dihantarkan kesemua fibril didalam serabut melalui pelepasan Ca2+ dari
sisterna terminalis. Gerakan ini membuka ikatan myosin sehingga ATP dipecah dan
timbul kontraksi.
7. ATP
sebagai sumber energi untuk kontraksi
Bila sebuah otot berkontraksi, timbul satu
kerja yang memerlukan energy. Sejumlah ATP dipecah membentuk ADP selama proses konraksi. Selanjutnya semakin hebat
kerja yang dilakukan semakin besar jumlah ATP yang dipecahkan.
Proses ini akan berlangsung terus menerus
sampai filament aktin meanrik membrane menyentuh ujung akhir filament myosin
atau sampai beban pada otot menjadi terlalu besar untuk terjadinya tarikan
lebih lanjut.
8. Hubungan
antara kecepatan kontraksi dan beban
Sebuah otot akan berkontraksi sangat cepat
bila berkontraksi tanpa melawan beban dan mencapai keadaan kontraksi penuh
kira-kira dalam 0,1 detik untuk otot rata-rata.
Bila diberi beban, kecepatan kontraksi akan
menurun secara progresif seiring dengan penambahan beban. Bila beban meningkat
sampai sama dengan kekuatan maksimum yang dilakukan otot tersebut, kecepatan
kontraksi menjadi nol dan tidak terjadi kontraksi sama sekali walaupun terjadi
aktivitas serat otot.
Penurunan kecepatan otot dengan beban ini
karena beban pada otot yang berkontraksi kekuatannya berlawanan arah melawan
kontraksi. Akibat kontraksi otot kekuatan otot netto yang tersedia menimbulkan
kecepatan pemendekan akan berkurang secara seimbang.
9. Pembentukan
energi pada kontraksi otot
Bila suatu otot berkontraksi melawan suatu
beban dikatakan otot itu melakukan kerja. Hal ini berarti ada energi yang
dipindahkan dari otot ke beban internal. Misalnya untuk mengangkat suatu objek
ketempat yang lebih tinggi atau untuk mengimbangi tahanan pada waktu melakukan
gerak, dalam perhitungan
W = L x D
W
= Hasil kerja
L
=
Beban
D = Jarak gerakan terhadap beban
Energi yang dibutuhkan untuk melakukan
kerja berasal dari reaksi kimia dalam sel otot selama kontraksi.
10. Jenis
kontraksi
Kontraksi otot melibatkan pemendekan unsur
otot kontraktil. Tetapi karena otot mempunyai unsure elastic dan kental dalam
rangkaian dengan mekanisme kontraktil, maka kontraksi timbul tanpa suatu
penurunan yang layak dalam panjang keseluruhan otot. Kontraksi yang demikian
disebut isometric (panjang ukuran sama). Kontraksi melawan beban tetap dengan
pendekatan ujung otot dinamakan isotonik (tegangan sama).
Kontraksi otot yang kuat dan alam
mengakibatkan kelelahan otot. Sebagian besar kelelahan akibat dari ketidak
mampuan proses kontraksi dan metabolic serat otot untuk terus memberi hasil
kerja yang sama dan akan menurun setelah aktivitas otot mengurangi kontraksi
mengakibatkan kelelahan dan hamper sempurna karena kehilangan suplai makanan
terutama kehilangan oksigen.
11. Sistem
pengungkit tubuh
Otot-otot bekerja dengan menggunakan
tegangan pada tempat-tempat insersi didalam tulang dan tulang kemudian
membentuk berbagai jenis sistem pengungkit yang diaktifkan oleh otot biseps
untuk mengangkat lengan bawah. Suatu analisis mengenai sistem pengungkit tubuh
bergantung pada :
a. Pengetahuan
tentang tempat insersi otot
b. Jaraknya
dari pengungkit
c. Panjang
lengan pengungkit
d. Posisi
pengungkit
Tubuh banyak membutuhkan jenis pergerakan
diantaranya membutuhkan kekuatan yang besar dan jarak pergerakan yang jauh.
Beberapa otot ukurannya panjang dan berkontraksi lama dan yang lain berukuran
pendek, mempunyai luas penampang lintang yang besar serta menghasilkan kekuatan
kontraksi yang ektrem pada jarak yang pendek.
12. Sumber
dan metabolisme tenaga
Kontraksi otot memerlukan tenaga. Otot
merupakan suatu mesin untuk mengubah tenaga kimia ke mekanik. Sumber cepat
tenaga ini merupakn turunan fosfat organic kaya tenaga didalam otot. Sumber
akhir merupakan metabolism antara karbohidrat dan lipis hidrolisis ATP untuk
memberikan tenaga bagi kontraksi.
ATP disintesis ulang dari ADP oleh tambahan
suatu gugusan fosfat pada keadaan normal tenaga untuk reaksi endotermi
diberikan oleh pemecahan glukosa ke CO2 dan H2O. Didalam
otot ada senyawa fosfat yang kaya tenaga lainnya dinamakan fosforilkreatin yang
membentuk ATP dari ADP sehingga memungkinkan kontraksi berlanjut.
a. Pemecahan
karbohidrat
Banyak tenaga bagi sintesis ulang ATP dan
fosforilkreatin berasal dari pemecahan menjadi CO2 dan H2O
suatu bagian lintasan metabolic utama. Glukosa dalam aliran darah memasuki sel
melalui serangkaian reaksi kimia ke piruvat sumber lain bagi glukosa intrasel
berasal dari glikogen, polimer karbohidrat yang sangat banyak dalam hati dan
otot kerangka. Bila ada O2 yang adekuat maka piruvat memasuki siklus
asam sitrat dan metabolism melalui siklus lintasan enzim pernapasan, dinamakan
glikosis anaerobik.
b. Produksi
panas dalam otot
Secara termodinamik tenaga yang diberikan
ke otot harus sama denga pengeluaran tenaga dalam kerja yang dilakukan otot.
Efisiensi mekanik keseluruhan kerja otot rangka mengeluarkan tenaga sampai 50%,
sementara mengangkat beban selama berkontraksi isotonik pada hakikatnya 0%.
Selama berkontraksi isometric, simpanan tenaga dalam ikatan fosfat merupakan
factor kecil dan panas yang dihasilkan dalam otot dapat diukur secara tepat
dengan termokopel yang cocok.
Panas istirahat merupakan manifestasi luar
proses metabolic basal. Panas yang dihasilkan dalam kelebihan panas istirahat
selama kontraksi dinamakan panas awal yang membentuk panas aktivasi. Setelah
berkontraksi produksi panas melebihi panas istirahat kontinu selama 30 menit.
Selanjutnya akan terjadi pemulihan panas karena panas dilepas oleh proses
metabolism. Pelepasan panas ketika pemulihan otot pada keadaan sebelum otot
berkontraksi kira-kira sama dengan panas awal yang dihasilkan selama
pemulihana.
c. Pembentukan
energi pada kontraksi otot
Bila suatu otot berkontraksi melawan beban,
dikatakan otot ini kerja. Artinya energi yang dipindahkan dari otot ke beban
eksternal untuk mengangkat suatu objek ke tempat yang lebih tinggi atau
mengimbangi tahanan pada waktu melakukan gerak, dibutuhkan energi untuk
melakukan kerja dalam sel otot selama berkontraksi. Sebagian besar energi ini
dibutuhkan untuk menjalaqnkan mekanisme untuk memompakan kalsium dari
sarkoplasma kedalam reticulum sarkoplasmik. Dan setelah kontraksi berakhir,
memompakan ion-ion natrium dan kalium melalui membran serat otot mempertahankan
lingkungan yang cocok untuk pembentukan potensial aksi.
13. Sifat
otot dalam organisme utuh
a. Efek
denervasi
Dalam tubuh manusia yang utuh, otot rangka
yang sehat tidak berkontraksi kecuali dalam respons terhadap perangsangan
persarafan motoriknya. Kerusakan persarafan ini menyebabkan atrofi otot dan
peningkatan sensitivitas terhadap asetilkolin. Akibatnya muncul kontraksi halus
tak teratur pada serabut tersendiri (fibrilasi=kontraksi serat otot yang sangat
cepat)
b. Elektromiografi
Aktivitas unit motorik dapat diteliti
dengan elektromiografi dengan proses perekaman aktivitas listrik otot pada
osiloskop sinar katoda. Bisa dilakukan pada manusia yang tidak dianestesi
dengan menggunakan cakram logam kecil pada kulit diatas otot sebagi elektroda
penangkap atau dengan menggunakan elektroda jarum hipodermik. Rekaman yang
didapat dengan elektroda demikian merupakan elektromiogram (EMG). Dengan
elektroda jarum, biasanya mungkin menangka aktivitas serabut otot tunggal.
C.
Kekuatan
otot rangka
Otot rangka manusia dapat menimbulkan 3-4
kg tegangan per sentimeter persegi penampang melintang. Gambaran ini kira-kira
sama seperti yang didapat di dalam berbagai hewan percobaan dan tampaknya
konstan bagi semua spesies mamalia.
D.
Perubahan
bentuk otot
Semua otot tubuh secara terus menerus
dibentuk kembali untuk menyesuaikan fungsi-fungsi yang dibutuhkan olehnya.
Diameter diubah, panjang diubah, kekuatan diuabah, suplai pembuluh darah
diubah, bahkan tipe serat otot diubah. Peosaes perubahan bentuk ini seringkali
berlangsung cepat dalam waktu beberapa minggu.
1. Hipertrofi
Bila massa suatu otot menjadi besar akibat
peningkatan jumlah filamen aktin dan myosin dalam setiap serat otot, peristiwa ini terjadi sebagai respons terhadap kontraksi
otot yang berlangsung pada kekuatan maksimal. Hipertrofi yang sangat luas dapat
terjadi bila selam aproses kontraksi otot-otot diregang secara simultan, selama
maksimum dalam waktu 6-10 minggu. Kalau kontraksi sangat kuat, jumlah filamen
aktin dan miosin bertambah banyak secara progresif didalam myofibril. Miofibril
akan pecah disetiap otot untuk membentuk myofibril yang baru.
2. Atrofi
otot
Bila massa otot menurun karena otot tidak
digunakan dalam jangka waktu yang lama, kecepatan penghancuran protein
kontraktil dan jumlah miofibril yang timbul akan berlangsung lebih cepat
daripada kecepatan penggantinya. Akibatnya otot mengecil melebihi normal, dapat
menyebabkan atrofi. Peristiwa ini menyebabkan bertambahnya sarkomer-sarkomer
baru pada ujung serat oto tempat otot melekat pada tendo. Bila suatu otot tetap
memendek secara terus menerus kurang dari panjang normal, sarkomer-sarkomer pada
ujung otot akan menghilang hampir sama cepatnya. Melalui proses ini secara terus
menerus dibentuk kembali untuk memiliki panjang yang sesuai bagi otot tertentu.
3. Rigor
mortis
Beberapa jam setelah kematian, semua otot
tubuh masuk dalam keadaan kontraktur yang disebut rigor mortis yaitu otot berkontraksi
dan menjadi kaku walaupun tidak terdapat potensial aksi. Kekakuan ini disebabkan
hilangnya semua ATP yang dibutuhkan untuk menyebabkan pemisahan jembatan
penyeberangan dari filament aktin selama proses relaksasi.
Otot dalam keadaan kaku karena
protein-protein otot dihancurkan. Biasanya disebabkan oleh proses autolysis
akibat enzim yang dikeluarkan dari hormon 15-25 jam kemudian. Ini berlangsung
lebih cepat pada suhu yang lebih tinggi.
E.
Skema
otot
Tabel 2.3
Perbedaan otot
Item pembeda
|
Otot rangka
|
Otot polos
|
Otot jantung
|
Struktur
|
Bergaris
lintang, Tidak ada syncitium
|
Polos, Ada
syncitium
|
Bergaris
lintang Ada syncitium
|
Persarafan
|
Saraf tepi
|
Saraf otonom
|
Saraf otonom
|
Fungsi
|
volunter
|
involunter
|
involunter
|
Letak
|
Pada rangka
|
Pada alat dalam,
p.d.
|
Pada jantung
|
Kontraksi
|
Tidak
ada irama
|
Tidak ada irama
|
Ada irama
|
Sumber : Text
Book of Medical Physiology (11th) by Guyton and Hall
Jenis
otot :
1. Otot
motoris (serat lintang = lurik)
2. Otot
otonom (otot polos)
Menurut Guyton dan Hall (2007 p.95) otot
polos terdiri atas serabut-serabut kecil umumnya berdiameter 1-5 mikrometer dan
panjangnya hanya 20-500 mikrometer.
Gambar 2.4
Struktur fisik otot polos.Serabut di sisi kiri atas memperlihatkan filament
aktin yang memancarkan dari dence bodies. Serabut yang kiri bawah dan serabut
yang disebelah kanan memperlihatkan hubungan antara filament myosin dengan
filament aktin (Guyton & Hall, 2007 p.96)
a. Tipe-tipe
otot polos
1) Otot
polos multi-unit.
Tipe otot polos ini terdiri atas serabut
otot polos tersendiri dan terpisah. Sifat dari serabut otot polos multi-unit
ini adalah masing-masing serabut dapat berkontraksi dengan tidak bergantung
pada yang lain, dan pengaturannya terutama dilakukan oleh sinyal saraf. Contoh
otot polos multi-unit adalah otot silindris mata, otot iris mata, dan otot
piloerektor yang menyebabkan tegaknya rambut bila dirangsang oleh system saraf
simpatik.
Gambar 2.5 (a) otot polos unit-tunggal dan (b)
multi-unit
2) Otot
polos unit tunggal
Istilah ini mengartikan bahwa serabut otot
berkontraksi bersama-sama sebagai suatu unit tunggal.
b. Pengaturan
saraf kontraksi otot polos
Otot polos dapat dirangsang untuk
berkontraksi oleh berbagai jenis sinyal : oleh sinyal saraf, oleh rangsangan
hormonal, oleh regangan otot, dan beberapa cara lainnya (Guyton & Hall,
2007 p.99)
Gambar 2.6 Persarafan
otot polos (Guyton & Hall, 2007 p.99)
Gambar 2.7 (A)
Potensial aksi otot polos yang khas (potensial lajak) yang ditimbulkan oleh
rangsangan eksternal. (B) Serangkaian lajak yang ditimbulkan oleh gelombang
listrik berirama lambat yang terjadi secara spontan di oto polos dinding usus.
(C) Potensial aksi dengan pendataran yang direkam dari suatu serabut otot polos
uterus.
Sumber : Guyton
& Hall (2007 p.100)
3.
Otot jantung
Menurut Guyton dan Hall (2007, p.107) ada
tiga tipe otot jantung yaitu otot atrium,
otot trikel dan serabut otot eksitatorik. Dalam gambar 2.8 tampak
daerah-daerah gelap yang menyilang serabut-serabut otot jantung yang disebut
sebagai diskus interkalatus. Otot
jantung merupakan suatu sinistium
dari banyak sel-sel otot jantung tempat sel-sel otot jantung ini terikat dengan
sangat kuat sehingga bila salah satu sel otot terangsang, potensial aksi akan
menyebar dari satu sel ke sel yang lain.
Gambar 2.8 “Sinsitium” yang merupakan
sifat saling berhubungan dari serabut otot jantung (Guyton & Hall . 2007
p.108)
Jantung terdiri atas 2 sinistrium yaitu sinistrium atrium yang menyusun dinding kedua atrium dan sinistrium ventrikel yang membentuk
dinding kedua ventrikel.
F.
Macam
otot
1. Menurut
bentuk :
a. Bentuk
kumparan
b. Bentuk
Lipas
c. Bentuk
Melingkar
d. Bentuk
Sirip
e. Serabut
sejajar
2. Menurut
jumlah kepala :
a. Biseps
(berkepala dua)
b. Triseps
(berkepala tiga)
c. Quadriseps
(berkepala empat)
3. Menurut
pekerjaan :
a. Abduktor
(menjauhi tubuh)
b. Adduktor
(mendekati tubuh)
c. Antagonis
(berlawanan)
d. Dilatasi
(memanjang)
e. Eksorotasi
(memutar keluar)
f. Ekstensor
(meluruskan kembali)
g. Endorotasi
(memutar kedalam)
h. Fleksor
(membengkokkan sendi)
i.
Kontraksi
(memendek)
j.
Pronator (ulna
dan radial sejajar)
k. Sinergis
(bersamaan)
l.
Suppinator (ulna
dan radial menyilang)
4. Menurut
Letak :
a. Bagian
dada
b. Bagian
kaki (anggota gerak bawah)
c. Bagian
kepala
d. Bagian
leher
e. Bagian
lengan (anggota gerak atas)
f. Bagian
perut
g. Bagian
punggung
Tabel 2.4 Bagian
otot
Bagian otot
|
Muskulus kaput (kepala otot)
Muskulus venter (empal otot)
Muskulus kaudal (ekor otot)
Fasia (selaput pembungkus otot)
Origo (muskulus kaput melekat pada tulang)
Insersi (muskulus kaudal lekat pada tulang)
Tendo (jaringan ikat yang keras dan liat)
|
Sumber
: Syaifuddin (2006, p. 113)
Tabel 2.5 Otot
kerangka tubuh
Otot kerangka tubuh
|
|
Otot kepala
Pundak
kepala
Otot wajah
Mulut dan
bibir
Otot
pengunyah
Otot leher
Otot bahu dan dada
Otot bahu
Otot dada
Otot perut
Dinding
perut
Dinding
depan perut
Otot punggung dan belakang tubuh
Menggerakkan
lengan
Antar-ruas
iga
Punggung
sejati
Otot lengan
Pangkal
lengan
Kedang
Lengan bawah
Otot sekitar panggul
Sebelah
depan
Sebelah
belakang
Anggota gerak bawah (otot tungkai)
Otot paha
Tungkai
bawah
Otot ketul
empu jari bersama
Otot kedang
jari bersama
|
§
M. Frontalis
§
M. Oksipitalis
§
M. Rektus okuli
§
M. Obligues okuli
§
M. Orbikularis okuli
§
M. Levator kitebra
§
M. Triangularis
§
M. Quadratus labii sup
§
M. Quadratus labii inf
§
M. Buksinator
§
M. Zigomatikus
§
M. Maseter
§
M. Temporalis
§
M. Pterigoid
§
M. Platisma
§
M. Sternokleidomastoid
§
M. Longisimus kapitis
§
M. Splenius
§
M. Semispinalis kapitis
§
M. Deltoid (otot segitiga)
§
M. Subskapularis
§
M. Supraspinatus
§
M. Infraspinatus
§
M. Teres mayor
§
M. Teres minor
§
M. Pektoralis mayor
§
M. Pektarolis minor
§
M. Sublavikula
§
M. Seratus anterior superior
§
M. Seratus anterior inferior
§
M. Interkostalis eks/int
§
M. Diafragmatikus
§
M. Abdominis internal
§
M. Abdominis eksternal
§
M. Obliques internus abdominis
§
Aponeurosis
§
M. Rektus abdominis
§
M. Transfersus abdominus
§
M. Psoas (M. Quadratus
lumborum)
§
M. Iliakus
§
M. Trapezius
§
M. Latisimus dorsi
§
M. Romboid
§
M. Seratus posterior inferior
§
M. Seratus posterior superior
§
M. Interspinalis transfersi
§
M. Sakrospinalis erector spina
§
M. Quadratus lumborum
§
Otot ketul
§
M. Biseps brakii
§
M. Korakobrakialis
§
M. Trisep brakii
§
M. Kepala luar
§
M. Kepala dalam
§
M. Kepala panjang
§
Ketul
§
Telapak tangan-pronator teres
§
M. Palmaris longus
§
M. Fleksor karpi radialis
§
M. Fleksor digitorum sublimis
§
M. Fleksor digitorus profundus
§
Memutar radialis
§
M. Pronator teres quadrates
§
M. Supinator bravis
§
Punggung tangan
§
Telapak tangan
§
Tenar
§
Hipotenar
§
Kedang
§
M. Ekstensor karpi radialis
longus
§
M. Ekstensor karpi radialis
brevis
§
M. Ekstensor karpi ulnaris
§
M. Digitorum karpi radialis
§
M. Ekstensor policis longus
§
M. Posas mayor
§
M. Illiakus
§
M. Psoas minor
§
M. Gluteus maksimus
§
M. Gluteus medius minimus
§
Abduktor
§
M. Abduktor maldanus
§
M. Abduktor brevis
§
M. Abduktor longus
§
Ekstensor (quadriceps)
§
M. Rektus femoralis
§
M. Vastus lateralis eksternal
§
M. Vastus medialis internal
§
M. Intermedialis
§
Fleksor
§
M. Biseps femoris
§
M. Semimembranosus
§
M. Semitendinosis
§
M. Sartorius
§
M. Tibia anterior
§
M. EKstensor falangus longus
§
Kedang jempol
§
M. Popliteus (tendo Achilles)
§
M. Fleksor falangus longus
§
M. Tibialis posterior
|
Sumber
: Syaifuddin (2006, p.116-119)
II.
Mobilisasi
Sesuai Dengan Tahap Tumbuh Kembang
Menurut Potter & Perry (2006 p.1197) sepanjang
kehidupan, penampilan tubuh dan fungsi tubuh mengalami perubahan, terutama pada
usia kanak-kanak dan lansia.
A.
Bayi
Garis tulang belakang pertama kali muncul
ketika bayi memanjangkan leher dari posisi pronasi. Sejalan dengan pertumbuhan
dan peningkatan stabilitas, tulang belakang torakal menjadi tegak, dan garis
tulang belakang lumbal muncul, sehingga memungkinkan duduk dan berdiri. Pada
bayi yang matang, sistem muskuloskeletal menjadi lebih kuat, bayi mampu melawan
pergerakan, meraih dan menggengam objek. Pada saat bayi tumbuh, perkembangan sistem
muskuloskeletal membutuhkan dukungan berat badan untuk berdiri dan berjalan.
Posturnya aneh karena kepala dan tubuh berat badan tidak tersebar rata
sepanjang garis gravitasi sehingga posturnya tidak seimbang dan sering jatuh.
B.
Todler
Postur toddler agak
berpunggung lengkung dengan perut menonjol adalah aneh. Ketika anak berjalan,
tungkai dan kakinya biasanya berjauhan dan kaki agak terbuka. Pada masa akhir
toddler, penampakan postur berkurang keanehannya yaitu garis pada tulang
belakang serviks dan lumbal menonjol serta eversi pada kaki menghilang.
C.
Anak
Usia Prasekolah dan Sekolah
Pada usia 3 tahun,
tubuh lebih ramping, lebih tinggi, dan lebih baik keseimbangan. Perut yang
menonjol berkurang, kaki tidak terbuka berjauhan, lengan dan tungkai makin
panjang. Dari usia 3 tahun sampai permulaan remaja system musculoskeletal terus
berkembang. Tulang panjang di lengan dan tungkai tumbuh. Otot, ligament, dan
tendon yang lebih kuat mengakibatkan perbaikan postur dan peningkatan kekuatan
otot. Koordinasi lebih baik memungkinkan anak melakukan tugasnya yang
membutuhkan keterampilan motorik yang baik.
D.
Remaja
Tahap remaja di tandai dengan pertumbuhan
yang pesat. Pertumbuhan kadang tidak seimbang. Sehingga remaja tampak aneh dan
tidak terkoordinasi. Pertumbuhan dan perkembangan putrid biasa lebih cepat
dibandingkan dengan remaja putra. Pinggul, membesar, lemak di simpan di lengan
atas, paha, dan bokong. Perubahan bentuk pada remaja putra menghasilkan
pertumbuhan tulang panjang dan peningkatan massa otot. Tungkai menjadi lebih
panjang dan pinggul lebih sempit. Perkembangan otot meningkat di dada, lengan,
bahu dan tungkai atas.
E.
Dewasa
Perubahan postur normal
dan kesejajaran tubuh orang dewasa terjadi terutama pada wanita hamil.
Perubahan tersebut akibat respons adaptif tubuh terhadap penambahan berat dan
pertumbuhan fetus. Pusat gravitasi berpindah ke bagian anterior. Wanita hamil
bersandar ke belakang dan punggungnya agak lengkung. Wanita hamil biasa
mengeluh sakit punggung.
F.
Lansia
Kehilangan total massa tulang progresif
terjadi pada lansia. Beberapa kemungkinan untuk penyebab kehilangan ini
meliputi aktivitas fisik, perubahan hormonal dan resorpsi tulang actual.
Pengaruh kehilangan tulang adalah tulang menjadi lebih lemah, tulang belakang
lebih lunak dan tertekan, tulang panjang kurang resisten untuk membungkuk
(Lueckenote,1994). Selain itu lansia mengalami perubahan status fungsional
sekunder akibat perubahan status mobilisasi.
Proses menua biasanya dihubungkan dengan
perubahan fungsi seperti penurunan kekuatan otot dan kapasitas aerobic, tidak
stabilnya vasomotor, pengurangan ketebalan tulang, keterbatasan ventilasi paru,
perubahan sensori kontinen, selera makan dan haus serta cenderung inkontinensia
urin. Hospitalisasi dan tirah baring melapiskan beberapa faktor seperti
imobilisasi, pengurangan volume plasma, percepatan kehilangan tulang, peningkatan volume tertutup, dan kehilangan
sensori. Beberapa faktor tersebut emndorong lansia lebih mudah masuk ke dalam
status penurunan fungsi yang ireversibel.
Lansia berjalan lebih lambat dan tampak
kurang koordinasi. Lansia juga membuat langkah yang lebih pendek, menjaga kaki
mereka lebih dekat bersamaan yang mengurangi dasar dukungan. Sehingga
keseimbangan tubuh tidak stabil dan mereka berisiko jatuh dan cedera.
III. Prosedur Tindakan Keperawatan Memindahkan
Pasien Dengan Menggunakan Hydraulic lift
Pegangkat hidrolik sama seperti perangkat
hoyer terutama digunakan untuk pasien yang tidak dapat membantu dirinya sendiri
atau yang terlalu berat untuk diangkat oleh pengangkat lain dengan aman.
Pengangkat ini dapat digunakan untuk memindahkan pasien antara tempat tidur ke
kursi roda, tempat tidur ke kamar mandi, dan tempat tidur ke brankar.
Pengangkat hoyer terdiri dari satu dasar
diatas lereng, pompa mekanik hidrolik, tiang untuk berpegangan dan tali/kain
pegangan. Tali/kain ini biasanya terdiri dari satu atau dua kain terpa yang
digunakan untuk duduk pasien. kain pertama digunakan untuk mengangkat kepala
hingga lutut pasien, dan kain kedua digunakan untuk mengangkat bokong dan paha.
Ini adalah sesuatu yang penting yang harus diketahui model yang sering
digunakan dan disertai latihan untuk menggunakannya. sebelum menggunakan
pegangkat, perawat menjamin bahwa sangkutan pengait,rantai,tali pengikatnya dan
kain terpa itu dipersiapkan dengan baik. Banyak pihak menyarankan, pengangkat
ini di operasikan oleh 2 orang perawat.
Gambar 2.9 Hydaulic lift
Menurut Potter & Perry (2006 p. 1473),
prosedur memindahkan pasien dari tempat tidur ke kursi roda menggunakan
Hoyer/hidrolik :
Tabel 2.6
Tindakan
|
Rasional
|
1.
Bawa pengangkat ke sisi tempat tidur
2.
Posisi kursi dekat tempat tidur, dan memungkinkan ruang yang cukup untuk
angkat manuver.
3.
Angkat tempat tidur ke posisi tinggi dengan rel datar kasur, sisi bawah.
4.
Jauhkan rel tempat tidur menghadap ke atas pada sisi yang berlawanan anda.
5.
Gulingkan pasien pada sisi
jauh dari anda.
6.
Tempat tidur gantung atau kanvas strip bawah pasien untuk dari gendongan. Tempat potongan kanvas dua
sehingga tepi bawah sesuai di bawah lutut pasien (potongan lebar) dan tepi atas sesuai di bawah bahu pasien (bagian sempit)
7.
Angkat rel tempat tidur
8.
Pergi ke sisi berlawanan dan kereta api naik lebih rendah.
9.
Gulingkan pasien ke sisi berlawanan dan rel sisi bawah
10.
Gulingkan pasien ke kursi kanvas
11.
Bersihkan kacamata
pasien (jika perlu)
12.
Tempat mengangkat bar tapal kuda di bawah sisi tempat tidur (di sisi
tempat tidur dengan kursi)
13.
Turunkan bar horizontal untuk tingkat selempang dengan melepaskan katup
hidrolik. kunci katup
14.
Pasang kaitan pada tali (rantai) untuk lubang di selempang. rantai pendek
atau kail tali ke lubang atas sling, rantai lagi menghubungkan ke bawah dari
gendongan.
15.
Mengangkat kepala tempat tidur
16.
Lipat lengan pasien di depan dada
17.
Pompa hidrolik menggunakan gagang panjang, lambat, bahkan stroke sampai pasien dinaikkan dari tempat tidur.
18.
Menggunakan gagang kemudi untuk menarik angkat dari tempat tidur dan
manuver ke kursi.
19.
Peran dasar sekitar kursi.
20.
Lepaskan katup perlahan (putar ke kiri) dan pasien yang lebih rendah ke kursi
21.
Tutup katup segera setelah pasien sedang down dan tali bisa dilepas
22.
Angkat tali dan mekanik / hidrolik.
23.
Periksa keselarasan pasien duduk dan
perbaiki
(jika perlu).
|
1.
Memastikan elevasi aman dari pasien dari tempat tidur (sebelum menggunakan lift, secara menyeluruh akrab
dengan operasi perusahaan)
2.
Mempersiapkan lingkungan untuk penggunaan yang aman dari lift dan
transfer berikutnya.
3.
Menjaga keselarasan perawat selama transfer
4.
Menjaga keselamatan pasien.
5.
Lengkapi posisi klien pada mekanik / hidrolik sling.
6.
Dua jenis kursi diberikan diberikan dengan mekanik / hidrolik angkat.
gaya tidur gantung adalah lebih baik bagi pasien yang lembek, lemah, dan perlu dukungan, strip kanvas dapat digunakan
untuk klien dengan otot normal. Kait harus menghadap jauh dari kulit pasien. Tempat sling di bawah pasien pusat gravitasi dan bagian terbesar dari berat tubuh.
7.
Menjaga keselamatan pasien
8.
9.
Selesaikan posisi pasien pada mekanik / hidrolik sling.
10.
Sling harus diperluas dari bahu ke lutut (tempat tidur gantung) untuk
mendukung berat badan pasien sama-sama
11.
Putar
bar dekat dengan kepala pasien dan bisa memecahkan gelas mata
12.
Posisi mengangkat efisien dan dipromosikan kelancaran transfer
13.
Posisi lift hidrolik dekat dengan pasien. mengunci katup mencegah cedera pada pasien.
14.
mengamankan hidrolik lift untuk selempang
15.
Posisi pasien
dalam posisi duduk
16.
Mencegah cedera pada lengan lumpuh
17.
Posisi pasien dalam posisi duduk
18.
Memindahkan pasien dari tempat tidur ke kursi
19.
Posisi mengangkat di depan kursi di mana pasien akan ditransfer.
20.
Keselamatan panduan pasien ke belakang
kursi sebagai kursi turun.
21.
Jika katup dibiarkan terbuka, ledakan dapat terus menurunkan dan melukai pasien.
22.
Mencegah kerusakan pada kulit dan jaringan di bawahnya dari kanvas atau
kait.
23.
Mencegah cedera akibat sikap tubuh yang buruk.
|
Sumber : Potter &
Perry (2006 p. 1473).
Gambar : 2.10 Posisi memindahkan
pasien ke hydraulic lift
Gambar 2.11 Cara
memindahkan pasien ke hydraulic lift
IV. Prosedur Tindakan Keperawatan Berjalan Dengan
Kruk Lofstrand (Kruk Lengan Bawah)
Kruk digunakan untuk meningkatkan
mobilisasi. Kruk Lofstrand dengan
pengatur ganda atau kruk lengan bawah memiliki sebuah pegangan tangan dan
pembalut logam yang pas mengelingi lengan bawah. Diatur agar sesuai dengan
tinggi pasien (Potter & Perry, 2005 p.1235).
Kelebihan dalam menggunakan kruk lengan
bawah adalah ringan dan menyediakan pilihan untuk mengatur tingkat bagian
manset kruk sehingga pemakainya dapat mengatur sudut tekukan lengan bawah untuk
mencapai kenyamanan. Sedangkan, kekurangannya adalah menyebabkan kerusakan pada
sendi dan saraf di lengan dan tangan (Ehow, 2011; Grace, 2012).
Menurut Ehow (2011) cara menggunakannya
adalah :
A. Tegakkan
kruk lengan melawan tubuh Anda untuk memastikan bahwa tinggi keseluruhan kruk
sesuai.
B. Ketika
berdiri tegak, pegangan dari setiap penopang lengan bawah harus mencapai
sekitar pergelangan tangan.
C. Atur
penempatan manset pada lengan kruk sebelum mulai berjalan.
D. Gunakan
tombol di bagian atas setiap kruk untuk memindahkan manset atas atau
bawah. Manset harus kira-kira 1 sampai 2 inci di bawah siku.
E. Ambil
pegangan kruk, satu di masing-masing tangan, sementara tempatkan manset di
masing-masing lengan. Manset berbentuk seperti U, ujung terbuka U harus
menghadap ke luar.
F. Tempatkan
kruk tepat di depan dan mentransfer beberapa dari berat badan Anda ke kruk
lengan.
G. Gerakkan
kaki kanan hingga tepat di belakang kruk. Ambil langkah secara perlahan.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dalam makalah ini yang
dapat penulis ambil adalah sebagai berikut :
1.
Pertumbuhan
dan perkembangan manusia mengalami perubahan terutama pada usia kanak-kanak dan
lansia. Beberapa pasien mengalami kemunduran dan selanjutnya berada diantara
rentang mobilisasi-imobilisasi.
2.
Otot
adalah jaringan peka rangsang, yang mencetuskan mekanisme kontraksi spesialis
menjadi kontraksi pada tubuh, mampu mengubah energi listrik menjadi energi
kimiawi dan mengandung protein-protein kontraktil.
3.
Fisiologi
otot kerangka terdiri dari :
a.
Susunan
otot kerangka
b.
Sifat
listrik otot kerangka
c.
Kekuatan
otot rangka
d.
Perubahan
bentuk otot
e.
Skema
otot
f.
Macam
otot
4.
Pegangkat
hidrolik sama seperti perangkat hoyer digunakan untuk memindahkan pasien antara
tempat tidur ke kursi roda, tempat tidur ke kamar mandi, dan tempat tidur ke
brankar.
5.
Kruk digunakan
untuk orang yang memiliki satu kaki cedera atau sakit kaki, memiliki otot lemah
atau gaya berjalan yang tidak stabil, dan membantu mereka dalam berjalan tanpa
kesulitan (Ehow, 2011).
6.
Kruk lengan
bawah adalah bentuk paling umum dari kruk yang digunakan oleh individu yang
menderita cacat permanen (Carpenito,2009).
B. Saran
Dalam
makalah tugas mandiri ini memuat
informasi mengenai aspek-aspek yang
mencakup dalam kebutuhan seseorang untuk beraktifitas dan mobilisasi. Mungkin
dalam laporan tugas mandiri ini banyak sekali terdapat kekeliruan, Penulis
berharap agar pembaca dapat memakluminya karena penulis juga masih sangat
membutuhkan arahan dan kritik dari pembimbing dan pembaca. Serta masih banyak
buku-buku referensi yang menjelaskan secara detail mengenai hal tersebut.
Adapun saran penulis kepada pembaca adalah
sebagai berikut :
1. Diharapkan
mahasiswa dapat memahami serta mengaplikasikan pengetahuannya dengan
professionalisme.
2. Adanya
perluasan materi yang disampaikan lebih luas dan mencakup materi yang
diperlukan oleh mahasiswa lainnya.
3. Dapat
di pertimbangkan untuk dijadikan referensi lebih lanjut.
4. Memahami
kekurangan penulis dalam penyampaikan isi laporan serta memperbaikinya.
DAFTAR PUSTAKA
Ehow.
(2011) dikutip pada tanggal 21 Maret 2012 dari http://www.ehow.com/how_4780879_use-hoyer-lift-transfer-patient.html
Ganong, F
William. (2008) Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran. Eds.22 Jakarta : EGC
Guyton, Arthur
C. & John E. Hall. (2007). Buku Ajar
Fisiologi Kedokteran Eds 11. Jakarta : EGC
Kozier,
B., Erb, G., Berman A., Snyder S. (2004).
Fundamentals of nursing; Concept, process, and practice. 7 th ed. New Jersey
: Perason Education, Inc.
Potter,
Patricia A & Perry, Anne Griffin. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Volume 2 Eds 4. Jakarta : EGC
Potter,
Patricia A & Perry, Anne Griffin. (2006). Fundamentals of nursing;Concept,
process, and practice, 4 th ed. USA : Elsevier Mosby
Syaifuddin.
(2006). Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa
Keperawatan. Jakarta : EGC
mksh kak :) usk y kak??
BalasHapusIyaaa.. di Unsyiah ug :)
Hapus